Laka Maut di Tol Solo Ngawi

Korban Meninggal Kecelakaan Elf di Tol Solo-Ngawi Adalah Keluarga Pimpinan YP Darul Falah Surabaya

Sebanyak lima korban tewas penumpang Elf menabrak truk di Tol Solo-Ngawi merupakan rombongan keluarga pengasuh Yayasan Pendidikan Darul Falah Surabaya

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: irwan sy
luhur pambudi/TribunJatim.com
Keluarga korban tewas kecelakaan Minibus Elf menabrak truk muatan bata ringan di Tol Solo-Ngawi, KM 497.800, pada Sabtu (13/7/2024) dini hari, saat ditemui di rumah duka di Jalan Kalilom Lor 1 No 25, Tanah Kali Kedinding, Kenjeran Surabaya. 

Mungkin sebagai kompensasi untuk memberi penyegaran refresing kepada para guru dan pengurus yayasan.

Ia menambahkan suaminya mengagendakan perjalanan berlibur tersebut mulai Jumat (12/7/2024) malam, hingga Minggu (14/7/2024).

"Perjalanan itu rangkaian habis raker yayasan. Habis raker, hari terakhir liburan. Itu perjalanan mau berangkat. Berangkat jam 22.00 Jumat kemarin," katanya.

Namun, Luluk mengaku sempat berkomunikasi dengan Fahmi Muhammad, anak kelimanya yang menjadi salah satu rombongan tersebut, melalui pesan singkat WhatsApp (WA).

Isi pesannya menanyakan kondisi perjalanan pada malam hari itu, sekitar pukul 23.00 WIB, atau sejam setelah Minibus Elf yang rombongan tersebut bertolak dari rumah.

Pesan tersebut, lanjut Luluk, dijawab oleh sang anak, bahwa perjalanan rombongan dalam keadaan baik-baik saja.

"Jam 23.00 saya sempat SMS Fahmi (anak kelima); gimana le perjalanannya mobilnya enak le? Lalu dibalas dia; enggeh enak. Saya kan enggak enak perasaan. Setelah itu enggak tahu lagi, iya pesan terakhir," pungkasnya.

Sementara itu, anak keempat Abdul Manan, Firdausatun Ni'mah (31) mengatakan, dirinya sejatinya nyaris menjadi korban dalam rombongan perjalanan berlibur tersebut.

Namun, sejak awal adanya rencana mendadak atas agenda perjalanan tersebut, ia sengaja tidak mengikutinya.

Pasalnya, ia merasa, jikalau hampir semua keluarga besarnya yang juga pengurus yayasan turut dalam perjalanan tersebut, lantas siapa yang menjaga komplek yayasan sekolah.

Menurutnya, kalau cuma mengandalkan sang ibunda yang telah 'sepuh', untuk sekadar mengawasi area komplek yayasan seluas tersebut, juga tak patut.

"Akhirnya, hari ini gak ada orang. Nah kalau ditinggal, sekolah besar ini siapa yang jaga. Apalagi kondisi ibu enggak memungkinkan untuk ikut. Ibu enggak ikut. Akhirnya, saya juga enggak iku," ujarnya.

Mengenai firasat petanda kepergian para korban.

Firdausatun Ni'mah mengaku, tidak memiliki petanda dalam bentuk apapun.

Hanya saja, sejak mendengar adanya rencana perjalanan liburan ke Yogyakarta dari obrolan bersama beberapa orang guru yang dikenalnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved