Berita Viral

Kisah Guru Ngaji Rawat Anaknya yang Idap Autis dan Kelainan Darah, Berjuang Meski Punya 1 Tangan

Uswatun sendiri terlahir hanya memiliki satu tangan. Meski begitu ia terus berjuang merawat anaknya yang autis. Ini kisah lengkapnya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase laman berbuatbaik.id
Uswatun, guru mengaji merawat anaknya yang autis 

Kisah Guru Ngaji Rawat Anaknya yang Idap Autis dan Kelainan Darah, Berjuang meski Punya 1 Tangan

SURYA.CO.ID - Sungguh luar biasa perjuangan Uswatun Hasanah demi mengurus anaknya yang mengidap autis

Apalagi, Uswatun sendiri terlahir dalam fisiknya tak lengkap. Ia hanya memiliki satu tangan.

Sehari-hari wanita yang berprofesi sebagai guru mengaji ini mengandalkan tangan kirinya untuk beraktivitas.

Mulai dari mengajar mengaji, mengurus rumah, serta merawat anak-anaknya. 

"Saya itu memang dilahirin udah gini. Jadi tangan saya memang lahirnya agak lemes."

"Kata ibu sih begini, dulu kan saya lahir di dukun nih, jadi semua organ tubuh ini udah pada keluar ini tangan ketinggalan terus ditarik, katanya gitu."

"Jadi sarafnya pada putus gitu." ungkapnya, dikutip dari laman berbuatbaik.id.

Penghasilan sebagai guru mengaji tentu saja tak bisa mencukupi kebutuhan keluarganya yang terdiri dari 5 anak dengan 2 di antaranya mengalami sakit.

Baca juga: UPDATE Kasus Adik Bunuh Kakak di Ponorogo, Kepala Desa Ungkap Penyebabnya

"Karena kita kan sosial yah, cuman kadang-kadang saya bisa dapet Rp 500 ya. Alhamdulillah saya terima. Karena kita kan memang gak nyari materi gitu."

"Aaya biasanya kalo sore terima privat ngaji, terima privat baca tulis, terus kalo malemnya saya ada majelis taklim. Ya itu juga gak bisa kita prediksi ya, gak menentu gitu," jelas dia.

Suami Uswatun, Ikhwan, juga tak bisa berbuat banyak setelah mengalami patah tangan akibat terjatuh.

Dulu, Ikhwan bekerja sebagai sopir ojek, tapi sekarang semua itu terhenti.

Kini ia tak bisa seaktif dulu lagi akibat tangannya yang sudah tak kuat untuk melakukan aktivitas berat.

Saat ini Ikhwan menjadi pekerja lepas dari tawaran beberapa rekannya, mayoritas tawarannya adalah sopir antar jemput.

Keduanya bersama fokus untuk membesarkan 5 anak yang 2 di antaranya sakit.

Anak sulungnya, Kholil (17), didiagnosa epilepsi sejak 2 minggu terlahir ke dunia. Serangan kejang tanpa panas sering kali terjadi, mengakibatkan perkembangan motoriknya yang lambat.

2 tahun melalui berbagai pengobatan, Kholil ternyata mengalami Delayed Development dan autisme. Bahkan saat ini Kholil juga mengalami kebutaan.

Hal itu terjadi karena Kholil yang seringkali tantrum dengan menyakiti dirinya sendiri. Ia membenturkan kepalanya terus menerus sehingga berimbas kepada penglihatannya saat ini.

Dengan beberapa penyakit yang menyerang sang anak sulung, Pak Ikhwan merasa sangat terpukul saat itu. Berharap bisa mencapai kesembuhan, Kholil rupanya harus diterpa berbagai penyakit.

"Dengan diagnosa begitu saya bener-bener terpukul banget 2018 itu. Anak yang tadinya normal harus kehilangan bola mata dua-duanya."

"Maksudnya saya kan biar punya kekurangan tapi paling enggak dia bisa keluar main ngeliat dunia. Ya saya saat itu down. Apa ya dibilangnya gak bisa menerima kenyataan." ungkap Ikhwan lirih.

Selain Kholil, putra kedua mereka, Kahfi, juga harus hidup berdampingan dengan penyakit Idiopathic Thrombocytopenic Purpura merupakan penyakit kelainan darah yang dipicu oleh virus yang membuat trombosit terganggu.

Hal tersebut memaksanya untuk tidak boleh beraktivitas berat hingga kelelahan. Hal ini membuat Ikhwan dan istri perlu menjaga Kahfi dengan ekstra.

"Dia gak boleh capek, gak boleh terluka, gak boleh stress. Nanti kalo udah itu dia mimisan pendarahan gak berhenti-berhenti, kecuali dikasih obat pemberhenti darah." tutur sang ibu menjelaskan.

Jika orangtuanya sedang sibuk, Aisyah atau kerap disapa Ica paling sering bertugas menjaga sang kakak sulung.

Duduk dibangku kelas 3 SD, Aisyah tak jarang harus banyak mengalah demi mengurus abang tercinta.

Izin tak masuk sekolah hingga tak bisa bermain bersama teman-teman sebayanya ia lakukan guna menjaga abangnya yang kini lebih banyak terbaring di atas kasur.

"Pokoknya saya udah ngomong ke anak-anak, kita semuanya harus bisa kerjasama ya. Kan kita ngerti abangnya kayak gitu. Kita harus selalu tolongin."

"Dan inget ya kak, abang itu udah punya kunci surga loh, kalo kita baik ke abang nanti kita dibantu sama abang masuk surga." pungkas Uswatun.

Menjalani hidup dengan penghasilan yang tak menentu, sering kali membuat mereka cemas.

Untuk makan sehari-hari anak agar perut kenyang saja terkadang rasanya sulit, apalagi untuk memenuhi biaya berobat anak-anak spesialnya.

Meski hidup penuh tantangan, kasih sayang dan pengorbanan tanpa batas terus mereka berikan demi masa depan yang lebih baik bagi anak-anak.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved