Berita Bangkalan

Relaksasi Untuk Sapi-Sapi Kurban di Bangkalan, Diasapi dan Disuguhi Rumput Segar Sebelum Dipotong

Daging sapi Madura berkharakter rendah kandungan lemak, berwarna merah cerah, tekstur empuk, dan berserat halus.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya/ahmad faisol (edo)
Peternak sapi di Kampung Lengguleng, Desa Keleyan, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan menjaga asap dari diang perapian tetap mengepul untuk menjaga puluhan hewan kurban itu tetap nyaman, rileks, dan aman dari nyamuk serta lalat, Kamis (13/6/2024). 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Peringatan Hari Raya Kurban saat Idul Adha terasa begitu spesial bagi umat Islam, terutama masyarakat Madura. Begitu pentingnya, sampai sapi-sapi kurban pun diperlakukan bak raja, mendapat perawatan khusus serta mendapat asupan gizi berlebih, sampai 'mental' hewan ternak itu jadi perhatian.

Tidak berlebihan, karena kesehatan hewan kurban sapi menjadi salah satu prioritas para peternak sapi di Kabupaten Bangkalan Apalagi di tengah derasnya arus penjualan menjelang perayaan Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban.

Tidak cukup memberikan asupan rumput segar nan hijau, namun perasaan nyaman dan rileks juga dibutuhkan sapi melalui kepulan asap dari diang perapian yang dijaga tetap menyala di dekat kandang selama 24 jam.

Dengus riuh suara saling bersahutan dari 30 ekor sapi sayup terdengar memecah keheningan pagi buta di Kampung Lengguleng, Desa Keleyan, Kecamatan Socah, Bangkalan, Kamis (13/6/2024). Bagi Moh Rivai (45), dengus suara sapi-sapi saling bersahutan di kandangnya itu bak alarm pagi.

Bapak dengan dua anak itu mengambil sebilah sabit, selembar karung kosong, dan bergegas menuju hamparan rumput berembun di ladang milik keluarga, sekitar 400 meter arah Timur rumahnya. Rumput hijau lengkap dengan embun dipilih karena lebih banyak kandungan vitamin untuk sapi.

“Sapi-sapi sangat lahap, pemberian pakan rumput sehari tiga kali. Pertama selepas waktu Subuh hingga pukul 6 pagi, dilanjutkan setelah waktu Dzuhur hingga pukul 2 siang, dan terakhir pada pukul 5 sore hingga jam 8 malam,” ungkap Rivai kepada SURYA.

Selain menjaga asupan pakan rumput hijau segar tiga kali sehari, pemberian air putih untuk kebutuhan minum sapi-sapinya cukup sehari sekali di waktu sore sekitar pukul 15.00 WIB. Sementara memandikan sapi hanya dibutuhkan sekali dalam satu minggu.

“Saya juga memberikan ramuan rempah-rempah seperti kunyit, temulawak, dicampur telur sebagai jamu yang diminumkan sebulan sekali. Itu untuk menjaga kebugaran sapi dan menambah nafsu makan,” jelasnya.

Selain asupan pakan rumput segar, air putih, hingga jamu, Rivai secara khusus juga memanjakan sapi-sapi kurban dengan kepulan asap dari tumpukan jerami di dekat kandang sapi atau yang biasa disebut diang perapian.

“Diang ini saya jaga tetap mengepul selama 24 jam, sapi-sapi di kandang merasa nyaman dan rileks karena aman dari gangguan nyamuk dan lalat. Dan hal penting lainnya yakni menjaga kebersihan kandang untuk menghindarkan kuman maupun virus, sehingga kondisi sehat dan kualitas daging terjaga,” papar Rivai.

Kualitas daging sapi Madura memang dikenal di Indonesia sebagai yang terbaik kedua setelah daging sapi Bali. Daging sapi Madura berkharakter rendah kandungan lemak, berwarna merah cerah, tekstur empuk, dan berserat halus.

Selain karena kekuatan kharakternya, karkas daging sapi Madura mencapai 48 persen dari berat badan. Karkas meliputi berat total daging; tanpa kepala, kaki, jeroan, dan kulit. Sementara karkas sapi Bali mencapai 51 persen, sementara karkas sapi-sapi lain di Pulau Jawa hanya mencapai 45 persen.

“Saya memilih sapi jantan Madura yang unggul, sudah menggunakan eartag sebagaimana menjadi regulasi pemerintah belakangan ini. Hingga menjelang H-4 Idul Kurban ini, Alhamdulilah sudah 18 ekor sapi yang terjual. Para pembeli mayoritas dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo,” kata Rivai.

Sebelumnya, rombongan Tim Pemantau Hewan Kurban Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan melakukan pemantauan pada sapi-sapi di kandang milik Rivai pada Sabtu (8/6/2024).

Hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa hewan-hewan qurban bebas dari penyakit mulut dan kaki (PMK) sapi termasuk menghindari penyebaran Lumpy Skin Disease (LSD).

“Betul, kemarin itu saya mendapat lembaran SKKHK (Surat Keterangan Kesehatan Hewan Kurban) dari Dinas Peternakan. Selain sapi-sapi sudah pakai anting (eartag), saya juga beri layanan gratis ongkir dan jasa rawat. Biasanya para pembeli mengambil sapinya mulai H-1 lebaran,” pungkas pria yang sudah menggeluti usaha peternakan sapi sejak tahun 2016 itu.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Dinas Peternakan Bangkalan, drh Siti Sumirah mengungkapkan, sejak 10 Juni 2024 hingga Kamis (13/6/2023) pihaknya telah melakukan pemeriksaan kesehatan dan kelayakan untuk kebutuhan kurban terhadap 393 ekor hewan kurban.

Sebanyak 393 hewan kurban yang telah dilakukan pemeriksaan itu terdiri dari 250 ekor sapi, 133 ekor kambing dan 10 ekor domba. Tersebar di Kecamatan Socah, Kota, Tanah Merah, Labang, dan Kecamatan Galis.

“Semua sehat, sudah pakai eartag. Kami anjurkan masyarakat bahwa sapi yang memakai eartag bisa dipilih sebagai hewan kurban karena sudah divaksin,” singkat Siti Sumirah melalui sambungan selulernya.

Sekadar diketahui, eartag sapi adalah tanda yang dipasang di telinga sapi sebagai pengenal yang dilengkapi dengan data-data sapi. Baik berupa nomor atau disertakan pula nama pembelinya.

Nomor tersebut akan diinput ke sistem komputer dan berisi data-data sapi dengan eartag. Data informasi yang diinput di antaranya meliputi asal-usul sapi, tanggal kedatangan, hingga bobot awal.

Terhitung sejak tahun 2022 hingga 11 Juni 2024, penandaan dan pendataan hewan ternak yang dihimpun SURYA dari Bidang Pembibitan, Pakan, dan Produksi Peternakan (P4) Dinas Peternakan Bangkalan menyebutkan sejumlah 253.369 ekor sapi dan kerbau. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved