Berita Gresik

Bukan TikTok, Tetapi Tok-Tok Disebut Tradisi Bawean, DKG Gresik Dituntut Meminta Maaf Terbuka

Semua berawal usulan dari DKG bahwa Tok-Tok atau aduan sapi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia dari Bawean.

Penulis: Sugiyono | Editor: Deddy Humana
surya/mochammad sugiyono (sugiyono)
Spanduk protes warga Pulau Bawean atas pernyataan DKG Gresik terkait Tok-tok yang disebut budaya Pulau Bawean, Senin (10/6/2024). 

SURYA.CO.ID, GRESIK – Berbeda dengan platform media sosial TikTok yang disukai banyak orang, Tok-Tok atau Thok-Thok malah ditolak masyarakat di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Dan sampai sekarang perkara Tok-Tok ini membuka perselisihan antara masyarakat Bawean dengan Dewan Kesenian Gresik (DKG).

Semua berawal usulan dari DKG bahwa Tok-Tok atau aduan sapi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia dari Bawean. Hal itu memicu protes warga Bawean, dan disampaikan dalam spanduk dan dipasang di Pulau Bawean, Senin (10/6/2024).

Praktisi Hukum asal Pulau Bawean, Baharuddin SH mengatakan, kegiatan bidang kebudayaan berupa sosialisasi Museum Gresik di Pesanggrahan Bawean tidak ada nilai positif bagi warga Bawean.

Namun permintaan maaf dari DKG atas pengajuan Tok-Tok sebagai WBTB sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat dan tokoh di Pulau Bawean.

“Klarifikasi atas penominasian Tok-Tok sapi sebagai WBTB melalui laman daksa budaya Provinsi Jawa Timur yang kni telah di-takedown, tidak dilakukan. Malah DKG membuat panggung seadanya yang masih lebih bagus acara perpisahan sekolah. Ini sudah keterlaluan dan menganggap event di Pulau Bawean kelas rendahan,” kata Baharuddin melalui telepon selulernya.

Baharuddin menambahkan, seharusnya Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparekrafbudpora) Gresik selaku Pembina DKG segera menyelesaikan kasus poster Tok-Tok sapi Pulau Bawean yang sempat viral.

“Bidang Kebudayaan dan Kepala Disparekrafbudpora seharusnya menyelesaikan kasus Tok-Tok di Pulau Bawean. Bukan membuat event tidak jelas yang tidak ditonton masyarakat Pulau Bawean. Memangnya sosialisasi ini untuk siapa?” katanya.

Pemerhati budaya Pulau Bawean, Kiai Ali Masyhar yang mengatakan, sekarang sedang ramainya protes di InstaGram DKG yang memposting poster Tok-Tok sapi Pulau Bawean sebagai budaya dan adat istiadat di Pulau Bawean. Tetapi setelah dijelaskan, DKG sudah meminta maaf.

“Ternyata, diduga ada yang melatarbelakangi DKG membuat poster di laman IG Disparekrafbudpora dan pada tahun 2022 memasukkan Tok-Tok sebagai objek pemajuan kebudayaan adat istiadat Pulau Bawean tanpa ada konfirmasi dan kajian mendalam pada tokoh masyarakat," kata Kiai Ali.

"Apa benar Tok-Tok itu budaya dan istiadat masyarakat Pulau Bawean atau hanya sekadar hiburan yang datang dari luar Pulau Bawean?” tambah Kiai Ali Masyhar melalui telepon selulernya.

Atas kejadian tersebut, Kiai Ali Masyhar menyarankan dinas terkait menjelaskan dan klarifikasi pada tokoh masyarakat Bawean atas tindakan sepihak DKG tersebut.

“Tetapi faktanya hanya mendengarkan dari penggemar hiburan Tok-Tok sapi. Dan harapan besar kami, dinas terkait berkunjung ke Pulau Bawean untuk mengklarifikasinya. Bukan membuat pertunjukan yang kurang menarik,” tegasnya.

Sementara Ketua DKG Gresik, Irfan tidak mau memberikan penjelasan secara panjang lebar. “Kami tidak ingin masalah ini ramai lagi,” kata Irfan melalui telepon selulernya. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved