Taruna STIP Tewas

Nasib Keluarga Tegar Rafi Taruna STIP Penganiaya Putu Satria hingga Tewas, Rumahnya Sepi, Sembunyi?

Nasib keluarga Tegar Rafi Sanjaya (21), taruna STIP tersangka pemukul juniornya, Putu Satria Ananta Rustika (19) hingga tewas ikut jadi sorotan.

kolase Kompas.com
Tegar Rafi (kiri) Taruna STIP Penganiaya Putu Satria hingga Tewas, dan rumahnya (kanan). Nasib keluarganya kini ikut jadi sorotan. 

SURYA.co.id - Nasib keluarga Tegar Rafi Sanjaya (21), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) tersangka pemukul juniornya, Putu Satria Ananta Rustika (19) hingga tewas ikut jadi sorotan.

Pasalnya, keluarga Tegar tampaknya tak berada di rumah sejak kasus ini mencuat.

Rumah Tegar di Bekasi terlihat tak berpenghuni.

Pantauan Tribunnews.com di Kampung Bulak, Jati Asih, Bekasi, Minggu (5/5/2024) sekitar 14.00 WIB. 

Rumah bernomor 13 itu terlihat ditinggalkan penghuninya.

Baca juga: Nasib Tegar Rafi Taruna STIP Penganiaya Putu Satria hingga Tewas, Motif Penganiayaan Ternyata Sepele

Lampu di luar rumah terlihat menyala. Tak hanya itu gorden bagian dalam terllihat menutupi pandangan kaca bagian depan.

Pagar berwarna hitam juga terlihat tertutup dengan rapat.

Sementara itu ketua RT setempat Triyono membenarkan bahwa rumah Tegar tengah ditinggalkan penghuninya.

Diketahui rumah tersebut dihuni ibu dan dua kakak perempuan Tegar.

"Tadi saya fogging ke depan dan belakang dekat Kluster Firdaus. Rumah (Tegar) lampunya menyala," kata Triyono kepada Tribunnews.com di Bekasi, Minggu (5/5/2024).

Diketahui Polisi telah menetapkan seorang tersangka dalam kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Cilincing, Jakarta Utara.

Tersangka diketahui bernama Tegar Rafi Sanjaya (21), mahasiswa tingkat 2 STIP Jakarta.

Sementara itu, korban yang merupakan mahasiswa tingkat 1 di STIP Jakarta, Putu Satria Ananta Rustika (19), tewas akibat adanya luka di bagian ulu hati.

Baca juga: Nasib Taruna STIP Penganiaya Putu Satria hingga Tewas: Status Dicopot, Kelakuan Dibongkar Sosok Ini

Tegar hadir dengan mengenakan baju tahanan warna oren, memakai masker, dan tangan terborgol.

Ia digiring oleh anggota Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara.

"Kamu baik-baik ya di dalam, jalani saja apa yang seharusnya dijalani," kata Kombes Pol Gidion kepada Tegar.

"Siap," kata Tegar singkat menjawab sang Kapolres.

Tegar ditetapkan tersangka dengan jeratan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan juncto pasal 351 KUHP tentang penganiayaan berat.

Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan, polisi menetapkan Tegar sebagai tersangka tunggal dalam kasus ini.

Pasalnya, Tegar terbukti telah melakukan pemukulan sebanyak lima kali ke arah ulu hati korban.

Kemudian ketika korban lemas dan tak sadarkan diri, tersangka Tegar memasukkan tangannya ke dalam mulut korban namun nyatanya korban malah meninggal dunia.

"Kami menyimpulkan tersangka tunggal di dalam proses atau peristiwa pidana ini yaitu saudara TRS, salah satu taruna STIP tingkat 2," kata Gidion dalam konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Utara, Sabtu (4/5/2024) malam.

Motif Penganiayaan

Diketahui, Putu Satria meregang nyawa usai dianiaya di dalam toilet koridor kelas KALK C, lantai 2 gedung STIP Jakarta, Jumat pagi sekitar pukul 8.00 WIB.

Baca juga: Rekam Jejak Eko Patrio yang Disiapkan Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran, Asal Nganjuk Jatim

Penganiayaan ini terjadi ketika korban dan empat rekan seangkatan lainnya sedang mengecek salah satu ruang kelas.

Berdasar kronologi kejadian, saat turun ke lantai 2 rombongan korban dipanggil oleh tersangka yang saat itu juga sedang bersama-sama dengan empat orang lainnya yang merupakan taruna tingkat 2 STIP Jakarta.

Putu Satria, taruna STIP asal Bali yang tewas diduga dianiaya seniornya pada Jumat (3/5/2024).
Putu Satria, taruna STIP asal Bali yang tewas diduga dianiaya seniornya pada Jumat (3/5/2024). (kolase instagram)

Saat itu tersangka menanyakan alasan korban dan empat teman seangkatannya mengenakan baju olahraga.

Tersangka lalu meminta lima juniornya itu untuk masuk ke dalam toilet dan berbaris. 

Putu Satria menjadi orang pertama yang maju ke hadapan Tegar karena dianggap dirinya paling kuat.

Putu Satria pun hanya bisa berdiri ketika Tegar melakukan pemukulan sebanyak lima kali ke bagian ulu hatinya, di dalam toilet kampus tersebut.

Usai tak sadarkan diri, korban kemudian dibopong ke klinik kampus dan akhirnya dinyatakan tutup usia.

Baca juga: Kekayaan Mundjidah Wahab Kandidat Calon Pendamping Khofifah di Pilgub Jatim 2024, Totalnya Rp 12 M

Berdasarkan hasil autopsi, Putu Satria mengalami luka di bagian ulu hati korban yang menyebabkan pecahnya jaringan paru-paru.

Kemudian, polisi juga mendapati bahwa penyebab hilangnya nyawa korban yang paling utama adalah upaya pertolongan yang tidak sesuai prosedur dilakukan oleh tersangka.

"Ketika dilakukan upaya, menurut tersangka ini adalah penyelamatan, di bagian mulut, sehingga itu menutup oksigen, saluran pernapasan, kemudian mengakibatkan organ vital tidak mendapat asupan oksigen sehingga menyebabkan kematian," jelas Gidion.

"Jadi luka yang di paru itu mempercepat proses kematian, sementara yang menyebabkan kematiannya justru setelah melihat korban pingsan atau tidak berdaya, sehingga panik kemudian dilakukan upaya-upaya penyelamatan yang tidak sesuai prosedur," papar Gidion.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved