Berita Trenggalek

Waspada Siklus 5 Tahunan, Kasus DBD di Trenggalek Sedang Tinggi

Dinkes Trenggalek mencatat pada bulan Januari ada 56 kasus DBD, lalu bulan Februari 108 kasus dan bulan Maret 60 kasus.

Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Sofyan Arif Candra Sakti
Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek, Sunarto. 

SURYA.CO.ID, TRENGGALEK - Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Trenggalek mengimbau masyarakat untuk mewaspadai penularan Demam Berdarah Dengue (DBD).

Hal tersebut diserukan, karena kasus DBD di Trenggalek sedang tinggi-tingginya.

Dinkes mencatat pada bulan Januari ada 56 kasus DBD, lalu bulan Februari 108 kasus dan bulan Maret 60 kasus.

"Sebenarnya kalau dilihat trendnya untuk bulan Maret ini sudah mulai turun, tapi tetap harus waspada, karena masih ditemukan kasus-kasus DBD," kata Kepala Dinkes Trenggalek Sunarto, Sabtu (23/3/2024).

Kasus DBD terbanyak, menurut catatan Dinkes tersebar di wilayah Puskesmas Karangan dan wilayah Puskesmas Pogalan, terutama Puskesmas Ngulan Kulon.

Salah satu penyebab meledaknya kasus DBD, menurut Sunarto, karena nyamuk Aedes Aegypti punya siklus perkembangbiakan puncak setiap 3 dan 5 tahu.

"Dan saat ini, kita sedang melewati siklus yang 5 tahunan ini," lanjutnya.

Yang memperparah situasi tersebut, adalah pemberantasan jentik nyamuk di rumah-rumah warga yang belum optimal, sehingga memperbesar potensi penularan penyakit.

"Tapi alhamdulilah tidak sampai ada kasus yang meninggal dunia. Semua bisa dirawat dengan baik," ucap Sunarto.

Mayoritas penyebab pasien DBD meninggal dunia, jelas Sunarto, adalah karena keterlambatan membawa ke fasilitas kesehatan.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, kematian akibat DBD cukup terkendali, hanya tahun 2023 saja ada satu kasus pasien meninggal dunia akibat DBD.

"Banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa pasien tersebut terserang DBD. Karena cuma panas tanpa keluar bintik-bintik, padahal bintik-bintik itu tidak selalu muncul," ungkapnya.

"Kalau penanganannya sudah dalam kondisi shock, tentunya risiko terjadi kematian juga cukup besar," lanjut Sunarto.

Untuk menekan angka penularan, Dinkes memasifkan sosialisasi 3M, yaitu menguras bak mandi sepekan sekali, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang bekas yang bisa menampung air.

"Selain itu Abatisasi juga kami berikan, serta fogging di lokasi yang mana ditemukan kasus DBD," pungkasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved