Meski begitu, penerimaan bea masuk sampai Februari secara nominal tumbuh 12,43 persen (yoy), tetapi secara capaian Penerimaan bea masuk terkontraksi -3,39 persen (yoy). Pertumbuhan penerimaan bea masuk dibebakan tumbuhnya devisa impor 21,05 persen.
“Sedangkan bea keluar, baik nominal maupun capian terkontraksi -32,92 persen (yoy) dan 68,65 persen (yoy). Ini sebabkan turunnya harga referensi CPO dibandingkan 2023, dan netto/volume ekspor komoditas yang dikenai Bea keluar,” beber Untung.
Pakar Ekonomi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trunojoyo Madura, Mohtar Rasyid menambahkan, untuk mencapai target penerimaan negara khususnya dari cukai, pemerintah didorong untuk mengimplementasikan pengenaan cukai produk minuman plastik dan minuman berpemanis.
“Saya berpikir bahwa kita perlu secara kreatif bagaimana memperluas obyek cukai, karena selama ini ada tiga yang kena cukai yakni rokok, etil alkohol (EA) dan minuman mengandung etil alkohol (MMEA). Untuk itu kita perlu mulai mengenalkan atau wacana adanya cukai minuman berpemanis,” pungkas Mohtar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.