Berita Kota Kediri

Waspada Demam Berdarah di Kota Kediri, Ditemukan 35 Kasus Selama Januari - Maret 2024

Namun karena chikungunya menyebabkan orang tidak bisa jalan dan tiba-tiba lumpuh, membuat penderita menjadi ketakutan.

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Deddy Humana
surya/didik mashudi
Petugas melakukan fogging di kawasan perumahan di Kota Kediri yang terdapat kasus positif demam berdarah. 


SURYA.CO.ID, KOTA KEDIRI - Sejak Januari sampai Maret 2024 telah ditemukan 35 kasus demam berdarah (DB) dan chikungunya di Kota Kediri. Petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat juga telah melakukan fogging di wilayah yang terkena DB.

Sementara kasus chikungunya juga telah ditemukan di Kelurahan Campurejo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Tercatat ada 11 kasus yang terkena chikungunya.

Meski kasusnya meningkat bersamaan dengan musim penghujan, seluruh penderita demam berdarah berhasil ditangani.

"Dua virus itu nyamuknya sama, cuma virusnya berbeda. Untuk chikungunya sebenarnya bisa sembuh sendiri," jelas dr Muhamad Fajri Mubasysyir, Kadinkes Kota Kediri, Rabu (20/3/2024).

Namun karena chikungunya menyebabkan orang tidak bisa jalan dan tiba-tiba lumpuh, membuat penderita menjadi ketakutan.

Sebenarnya tanpa diobati pun penderita chikungunya bisa sembuh dengan sendirinya. "Kami sudah melakukan koordinasi. Jika banyak yang terkena kita lakukan fogging di beberapa lokasi," tambahnya.

Diimbau kepada masyarakat untuk melakukan 3 M plus yakni menguras, menutup dan mendaur ulang plus kegiatan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegepty.

Kadinkes menyebutkan, biasanya yang sering terlewat tempat air di minuman burung, genangan air di kulkas dan dispenser. Tambahan plus bak mandi diberi ikan dan mengubur barang -barang yang berpotensi untuk menjadi genangan air tempat berkembang biak nyamuk.

Selain itu masyarakat melakukan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan permukimannya masing -masing.
Sementara syarat -syarat melakukan fogging jika ditemukan kasus DB dan chikungunya positif.

Petugas sebelumnya melakukan survey di sekitar lokasi tempat tinggal warga positif DB dan cikungunya baru kemudian dilakukan fogging."Harus ada penyelidikan epidemiologi terlebih dulu baru dilakukan fogging," jelasnya. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved