Berita Surabaya

Menengok Langgar Berusia 100 Tahun Lebih di Surabaya, Dulu Tempat Diskusi Para Pejuang Kemerdekaan

Berpredikat sebagai Kota Pahlawan, Surabaya memiliki sejumlah bangunan yang sarat dengan nilai sejarah. Salah satunya langgar di Lawang Seketeng

|
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Bobby Constantine Koloway
Langgar Dukuh Kayu di Lawang Seketeng, Peneleh, Surabaya, yang berdiri sejak Januari 1893. 

"Bahkan ada naskah kuno berisi jadwal waktu salat. Tulisannya menggunakan arab Pegon dengan hitungan 5 hari Jawa di atas dluwang (Daluang/kertas berbahan kulit pohon)," tegas Andri.

Satu di antara yang juga menarik, adalah Alquran menggunakan tulisan tangan. Menurut Andri, para ulama di tempat ini menuliskan tersebut di atas buku kosong pemberian Belanda.

"Belanda seringkali memberikan cendera mata. Karena ini yang diberi adalah ulama, maka yang diberikan adalah buku kosong. Oleh ulama, dituliskan ayat suci Alquran dengan tulisan yang begitu indah," jelas Andri lagi.

Menurutnya, Presiden RI pertama Soekarno semasa masih kecil juga pernah belajar mengaji di lantai bawah Langgar Dukur Kayu.

Salah satu guru ngaji Soekarno kecil yang bernama Mbah Pitono, juga dimakamkan tak jauh dari Langgar Dukuh Kayu.

Hal ini relevan, mengingat lokasi lahir Bung Karno tak jauh dari tempat ini. Sebagaimana diketahui, Bung Karno lahir di Jalan Pandean IV No 40, Peneleh, Surabaya.

Tak hanya itu, kawasan ini juga berdekatan dengan kediaman HOS Tjokroaminoto.

Oleh Pemkot Surabaya, bangunan yang beralamat di Jalan Peneleh Gg. VII No 29-31 tersebut, kini telah menjadi museum.

Sejak 2019, Pemkot Surabaya pun telah menetapkan Langgar Dukur Kayu ini sebagai bangunan cagar budaya.

Di sampingnya, juga telah berdiri sentra kuliner yang sekaligus menjadi jujukan pengunjung untuk mengisi perut.

Tak hanya untuk salat jemaah, memasuki bulan suci Ramadhan ini pun, Langgar Dukur Kayu menjadi lokasi buka bersama, salat tarawih hingga tadarus para warga Lawang Seketeng.

Saban hari, Langgar Dukur Kayu tak pernah sepi dari kehadiran jemaah.

Di antaranya adalah Nabil dan Andrian, dua siswa kelas 5 sekolah dasar di kawasan tersebut, saban hari membaca Alquran di Langgar Dukur Kayu.

"Saya tahu dari orang tua kalau langgar ini bersejarah," katanya.

"Kalau malam, biasanya memang jadi lokasi salat tarawih. Saya dan teman-teman juga ngaji di sini," kata bocah berusia 12 tahun itu.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved