Berita Tulungagung

Di Balik Suasana Sakral Pelarungan Abu, Pantai Popoh Tulungagung Sajikan Deburan Ombak Laut Lepas

Tidak jauh dari lokasi parkir, ada sebuah tangga di tengah permukiman yang dibangun lengkap dengan besi pegangan di sisinya.

Penulis: David Yohanes | Editor: Deddy Humana
surya/david yohanes
Suasana laut lepas tempat pelarungan abu jenazah di Dusun Popoh, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Suasana laut di Pantai Popoh Tulungagung sedang muram, karena ketinggian ombak memaksa para nelayan menahan diri untuk melaut. Tetapi tidak banyak yang tahu, di balik ganasya ombak belakangan ini, di Pantai Popoh juga menjadi lokasi tempat pelarungan abu jenazah.

Pelarungan Pantai Popoh di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung itu memang kurang banyak dikenal. Padahal lokasi titik pelarungan itu menyajikan keindahan laut lepas dengan suasana asri, rindang dan sejuk.

Lokasi ini sangat cocok untuk menikmati pemandangan di tengah suasana hari yang terik. Seperti namanya, lokasi ini tempat untuk melarung abu jenazah yang sudah dikremasi ke laut Selatan.

Untuk mencapai lokasi ini pelancong bisa melewati pintu tiket Pantai Popoh, lalu masuk di tempat parkir Reco Sewu. Tidak jauh dari lokasi parkir, ada sebuah tangga di tengah permukiman yang dibangun lengkap dengan besi pegangan di sisinya.

Untuk menuju ke tempat pelarungan abu, jalannya menurun melalui tangga ini. Panjang tangga sekitar 80 meter dari permukiman. Sebelum mencapai ujung tanjakan, pengunjung sudah bisa mendengar deburan ombak lautan menghantam tebing karang dari kejauhan.

Suara debur gelombang itu tentu mengundang rasa penasaran, dan suasana dengan angin sepoi-sepoi langsung meyambut pengunjung. Ada satu pendopo berdiri menghadap laut yang bisa dijadikan tempat berteduh, bahkan tiduran.

Lalu ada bangunan lain yang dipakai sembahyang sebelum pelarungan abu jenazah. Bangunan ini dikeramatkan sehingga untuk masuk harus lepas alas kaki dan tidak oleh sembarangan masuk ke area ini.

Selebihnya pengunjung bisa menikmati pemandangan ke arah lautan lepas Samudera Hindia. Sementara di kanan dan kiri lokasi adalah perbukitan karang yang menjorok ke laut, di atasnya hutan yang hijau.

Tetapi suasana sakral itu memang kontras dengan keindahan alam sekitarnya. Setiap kali ombak datang dari tengah samudera dan menghantam bukit karang, terdengar suada deburan sangat keras. Deburan ini semakin nyaring saat musim ombak tinggi dan angin kencang.

Menurut salah satu pengunjung, Solikin (44), saat malam sering ada pelaku spiritual bermalam di pendopo. "Tempatnya sering dipakai untuk semedi. Mungkin karena lokasinya mendukung untuk menepi," kata Solikin.

Sementara saat siang suasananya nyaman untuk menikmati pemandangan. Bahkan menurut Solikin, sangat nyaman tidur siang di pendopo kecil yang menghadap laut.

Hanya saja sering kali suasana menjadi cukup dingin jika sedang musim angin. "Kalau musim dingin dan angin, bisa masuk angin kalau tidak pakai jaket," kelakarnya.

Lokasi ini banyak juga dimanfaatkan para penembak ikan. Mereka biasanya nangkring di atas tebing-tebing karang agar leluasa mengamati ikan di bawahnya.

Panah dari senapan sewaktu-waktu ditembakkan jika melihat ada ikan di laut. "Kalau siang tukang tembak ikan. Kalau malam pemancing juga ada yang ke sini," sambung Solikin.

Pengunjung lainnya, Imam Subari mengaku sengaja datang untuk menikmati suasana laut yang berbeda. Jika biasanya wisata pantai, tempat ini menawarkan keindahan pemandangan perbukitan dan laut.

Deburan ombaknya yang besar juga menjadi daya tarik tersendiri. "Di sini kita bisa melihat keganasan laut Selatan. Ini sisi lain keindahan laut selain pantai yang biasa jadi tempat bermain air," katanya. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved