Berita Bangkalan

Bak Amazon Tanpa Anaconda, Syahdunya Naik Perahu Menembus Hutan Mangrove di Pesisir Bangkalan Barat

Hamparan hutan mangrove yang menjadi salah satu destinasi wisata alam itu berada di pesisir Desa Martajasah, Kecamatan Kota Bangkalan.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya/ahmad faisol
Wisata hutan mangrove dengan naik perahu motor di pesisir Desa Martajasah dan Desa Kramat, Kecamatan Kota Bangkalan. 


SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Kalau pernah menonton kepekatan hutan Amazon di Amerika Selatan yang dibelah sungai raksasa nan luas, maka kembarannya bisa dirasakan di Bangkalan. Karena di pesisir Barat Kota Bangkalan juga menyuguhkan keindahan alam berupa gugusan hutan mangrove yang bisa dilintasi dengan naik perahu.

Selama ini wisata susur sungai di hutan mangrove Bangkalan menjadi primadona, di tengah semakin ramainya pelaku usaha industri kemaritiman di sisi Barat Kota Bangkalan itu.

Hamparan hutan mangrove yang menjadi salah satu destinasi wisata alam itu berada di pesisir Desa Martajasah, Kecamatan Kota Bangkalan. Dan selama dua tahun terakhir, semakin banyak pengunjung yang merasakan syahdunya berperahu di sungai yang diapit koloni tanaman mangrove itu.

Jumat (23/2/2024) sore, deru suara mesin perahu seketika terdengar berbaur dengan suara desir angin saat serombongan pengunjung berisikan lima orang mulai bersiap memasuki perahu.

Cukup menyewa satu perahu seharga Rp 150.000 hingga Rp 200.000, para pengunjung bisa leluasa menyusuri setiap jengkal hutan mangrove sambil menikmati senja.

“Ke arah Selatan ada tikung (tikungan) satu hingga tekong tujuh, itu ternyata potensinya mirip dengan Sungai Amazon. Karena itu perlu dikembangkan untuk menarik minat pengunjung datang ke Desa Martajasah,” ungkap Kepala Desa Martajasah, Rahmat.

Sekedar diketahui, wisata pesisir hutan mangrove itu terhampar hingga ke desa sebelah, Desa Kramat. Lokasinya sejauh 1 KM ke arah Barat Wisata Religi Pesarean Syaichona Kholil. Pesisir desa tersebut langsung berhadapan dengan laut lepas menuju Kabupaten Gresik.

Di titik pemberangkatan, tampak perahu-perahu dengan berbagai ukuran. Ada yang maksimal berpenumpang 4 orang, tampak pula perahu berukuran lebih besar maksimal berpenumpang sejumlah 7 orang.

Dalam setahun terakhir, di kawasan titik pemberangkatan telah berdiri sebuah restoran lengkap dengan penginapan. Dengan begitu, para pengunjung bisa menghabiskan malam dengan suasana pesisir laut sambil menyantap aneka menu makanan khas Bangkalan.

Sedangkan di sepanjang garis pantai hingga ke ujung paling Barat, banyak berdiri perusahaan-perusahaan docking kapal. Seperti PT Adiluhung Saranasegara Indonesia, PT Ben Santoso, PT Tri Warako, hingga PT Aatika Lubna yang masih dalam proses pematangan lahan.

Seorang pengunjung, Abd Aziz mengungkapkan, keindahan wisata alam hutan mangrove Desa Martajasah akan menjadi lebih terasa indah dan terlihat eksotik apabila menyusuri seluruh tikungan sambil menaiki perahu.

Sekilas perjalanan berperahu di sungai mangrove itu memang seperti menyusuri Sungai Amazon yang banyak diunggah di medsos. Bedanya susur sungai mangrove Bangkalan ini tidak menemukan ular anaconda atau ikan piranha.

“Kalau kita jalan-jalan ke sini sambil naik perahu, pikiran menjadi terang, menikmati keindahan ciptaan Tuhan. Ini mirip Sungai Amazon seperti dalam film-film,” singkatnya. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved