Ingat Mbah Slamet Dukun Pengganda Uang Pelaku Pembunuhan Berantai di Banjarnegara? Kini Divonis Mati

Dukun pengganda uang sekaligus pelaku pembunuhan berantai di Banjarnegara, Jawa Tengah, Slamet Tohari alias Mbah Slamet akhirnya divonis mati. 

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
KOLASE TRIBUN JOGJA
Mbah Slamet, dukun pengganda uang yang jadi pelaku pembunuhan berantai di Banjarnegara, Jawa Tengah. 

SURYA.CO.ID - Dukun pengganda uang sekaligus pelaku pembunuhan berantai di Banjarnegara, Jawa Tengah, Slamet Tohari alias Mbah Slamet akhirnya divonis mati. 

Hakim Pengadilan Negeri (PN) Banjarnegara memutuskan Mbah Slamet terbukti bersalah melakukan pembunuhan berencana terhadap 12 orang.

Dua di antara korban itu, adalah ibu dan anak bernama Theresia Dewi (49) dan Okta Ali Abrianto (33).

Menanggapi vonis mati tersebut, Yusuf Edi Gunawan (64), kakak kandung Theresia Dewi mengaku lega setelah hakim memberikan hukuman maksimal terhadap Slamet.

"Ya sudah lega, mau gimana lagi memang sudah seperti itu," ujar Yusuf, dikutip dari Tribun Jogja.

Dia juga merasa puas atas keputusan hakim.

"Keluarga kan sudah diserahkan, merasa puas lah dengan hasil vonis itu," jelasnya.

Seperti diketahui, Theresia dan Okta yang tinggal di Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang menghilang sejak November 2021 yang lalu.

Hilangnya ibu dan anak tersebut mulai terkuak setelah munculnya kasus pembunuhan oleh Mbah Slamet. 

Yusuf meyakini bahwa adik dan keponakannya tersebut menjadi korban Mbah Slamet setelah melihat sejumlah barang bukti.

Di antaranya jam tangan, kunci mobil, dan jaket ormas Pemuda Pancasila dengan label nama Okta.

"Barang buktinya itu sudah identik. Saya lihat jam tangan adik saya itu."

"Jaket Pemuda Pancasila, ada label nama yang tertulis nama Okta."

"Lalu, kunci mobil yang masih ada di dalam saku celana."

"Untuk mobilnya sampai sekarang belum diketahui masih dalam penyelidikan," ungkapnya dikutip dari TribunJogja.com.

Terkait temuan tersebut, dia telah diminta kepolisian Banjarnegera untuk menjalani proses DNA, pada Jumat (7/4/2023) lalu.

"Saya ke sana diambil sampel DNA-nya. Sedangkan untuk Okta, Bapaknya (suami pertama Theresia Dewi) sudah diambil tes DNA nya juga, kemarin Sabtu (8/4/2023)," ujarnya.

Tabiat Buruk Mbah Slamet

Sementara di tengah bergulirnya kasus pembunuhan berantai pada 2023 lalu, tabiat buruk Mbah Slamet diungkap istrinya. Seneh. 

Tak cuma keji membunuh belasan orang, Mbah Slamet yang memiliki nama asli Tohari ternyata jago berselingkuh. 

Bahkan, akibat perselingkuhan itu, Mbah Slamet jarang pulang ke rumah Seneh, satu tahun belakangan. 

Diakui Seneh, dia dan Mbah Slamet sudah 25 tahun menikah. 

Mereka tinggal di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Namun satu tahun terakhir, Mbah Slamet jarang pulang.

Kini Seneh lebih sering tinggal bersama anaknya yang masih berusia 14 tahun.

"Saya kurang tahu yah, gak pernah pulang. Waktu kejadian gak tau dimana. Waktu ketangkep juga saya gak tau, kan gak di sini," kata Seneh.

Menurut Seneh, sejak kenal perempuan ini Mbah Slamet jadi jarang pulang dan memilih hidup bersama selingkuhannya itu.

"Udah satu tahun semenjak pacaran, sudah setahun lebih lah, jarang pulang," katanya.

Mbah Slamet hanya sesekali pulang ke rumahnya.

Namun Seneh mengatakan tidak begitu peduli dengan perselingkuhan suaminya.

Beberapa kali pula ada tamu Mbah Slamet.

"Kadang ada tamu di sini, saya kasih minuman, makanan. Saya gak tau mereka bicarakan apa," kata Seneh.

Seneh tak mengungkap sebenarnya siapa perempuan yang dimaksud.

"Seringnya jalannya sama perempuan itu. Katanya (Mbah Slamet) sekarang ikut ke sana," kata Seneh.

Seneh mengaku tidak mengetahui kalau suaminya melakukan aktivitas perdukunan.

"Saya kurang tahu, saya juga kaget. Kerjaan bapak tidak jelas dan serabutan," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (4/4).

Seneh mengaku tahu kalau suaminya sering menerima tamu,

namun dirinya juga jarang berkomunikasi dengan para tamu tersebut.

"Saya juga tidak pernah tanya-tanya," imbuhnya.

Terkait ritual yang dilakukan Mbah Slamet, Seneh memang kerap memergoki suaminya itu membawa tamu-tamu di sebuah ruangan di depan rumah.

"Katanya ada ritual yang dilakukan di dalam ruangan depan rumah, tapi cuma sebentar.

Memang kerap kasih uang, tapi tidak tahu dari mana dan tamu tidak pernah menginap," ungkap ibu dua anak hasil pernikahannya dengan Slamet.

Meski sang suami sudah lama tidak pulang, Seneh mengaku biasa-biasa saja.

"Saya biasa-biasa saja karena tidak tahu dengan aktivitas bapak.

Cuma sempat kaget saat diseret-seret di kebun oleh polisi," katanya.

Ia juga menceritakan bertemu dengan suaminya itu terakhir kali saat awal Ramadan.

Setelah itu Mbah Slamet pergi lagi entah ke mana dan hanya pulang sebentar saja.

Meski suaminya ditangkap polisi dan sudah ditetapkan menjadi tersangka, tanggapan masyarakat menurut Seneh juga biasa saja.

Tidak ada yang aneh. "Tidak ada imbasnya dari masyarakat dan biasa saja," jelasnya.

Terpisah, Kepala Desa Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Mahbudiono mengungkapkan keseharian dari Mbah Slamet.

Menurutnya, pria yang mengaku dukun pengganda uang itu dalam kesehariannya jarang kelihatan dan usahanya juga kurang jelas.

"Terkait profesinya banyak warga yang tidak tahu persis dan mengetahui akan hal itu. Tapi istrinya sempat dagang kubis," kata Mahbudiono. (jti)

Sementara Mbah Slamet mengaku pertama kali membunuh pada tahun 2020, dan terakhir 2023.

Hanya saja ia mengaku lupa identitas dan lokasi korban dikuburkan.

"Sudah lama, orang itu yang saya bunuh jadi saya lupa namanya. Terakhir (dibunuh) Paryanto dari Sukabumi," kata Tohari alias Mbah Slamet.

Tamu yang datang dari beragam daerah, mulai dari Jawa hingga Tasik.

"Semua tamu yang ke rumah saya inginnya sugih (kaya)," katanya.

Padahal Mbah Slamet sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan keinginan tamunya.

"Saya gak bisa, sebenarnya saya cuma bohong, cuma karena dia sudah yakin tak suruh cari uang jadi mau," kata Mbah Slamet.

Mbah Slamet mendoakan agar korban dan keluarganya diberi jalan yang benar

"Mudah-mudahan 12 korban itu udah ada di sana dikasih jalan yang bener," kata Mbah Slamet.

Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto mengatakan, tersangka akan diancam dengan pasal berlapis, yaitu penggelapan dan pembunuhan berencana.

"Pasal berlapis, penggelapan dan Pasal 340 dengan ancaman hukuman mati," kata Hendri.

Dalam kasus ini, polisi juga menetapkan Budi Santoso (32) alias Bodrex, warga Comal, Kabupaten Pemalang, sebagai tersangka.

Dia merupakan tangan kanan Mbah Slamet.

Hendri menjelaskan, Bodrex berperan mencari korban.

Bodrex mempromosikan kemampuan Mbah Slamet yang bisa menggandakan uang melalui Facebook.

" Mbah Slamet tidak punya kemampuan media sosial, makanya dibantu Bodrex," ujar Hendri.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved