Berita Banyuwangi

Tony Midiyanto Bikin Desain untuk Pasar Internasional, Mulai Valentino Rossi Hingga Pink Floyd

Tony Midiyanto (37) tak bisa menutupi rasa bangga saat mantan pembalap Valentino Rossi mengenakan jaket berdesain batik buatannya

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/aflahul abidin
Tony Midiyanto bersama karya desainnya. 

SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Desain buatannya mejeng di jaket yang dikenakan legenda balap Valentino Rossi hingga merchandise band rok progresif legendaris Pink Floyd.

Tony Midiyanto (37) tak bisa menutupi rasa bangga saat mantan pembalap Valentino Rossi mengenakan jaket berdesain batik dalam peluncuran tim Pertamina Enduro VR 46, akhir Januari lalu.

Jaket itu dibuat dalam jumlah terbatas untuk momen peluncuran tim.

Desain batik yang tersemat di jaket merupakan karya Tony yang dibuat selama sekitar empat bulan.

Motif batik itu bertema Nusantara. Sebanyak mungkin aspek dimunculkan dalam desain yang sebenarnya minimalis itu.

"Ada motif batik Papua, Sulawesi, Kalimantan, Jawa. Dan saya selipkan motif Gajah Oling khas Banyuwangi," kata Tony.

Tony membuat desain itu atas permintaan dari sebuah brand clothing besar asal Bandung.

Pemilik brand mendapat pesanan untuk membuat jaket ekslusif peluncuran tim balap itu.

Tony pun diminta untuk membuat desain pada jaket tersebut. Tanpa banyak pikir, ia menyanggupi.

Membuat desain untuk orang-orang terkenal sebenarnya hal biasa bagi warga Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng itu. Tapi, desain untuk Valentino Rossi terasa spesial.

"Rossi idola saja sejak saya kecil," katanya.

Tony Midiyanto menunjukkan karya desainnya.
Tony Midiyanto menunjukkan karya desainnya. (surya.co.id/aflahul abidin)

Tony menjadi desainer grafis profesional sejak 2012, saat usianya masih 25 tahun.
Pada 2014, ia dikontrak oleh Universal Music Group, perusahaan musik global asal Amerika Serikat.

Sejak mendapat kontrak itu, Tony banyak menangani desain-desain untuk merchandise band-band besar dunia. Sebut saja di antaranya Pink Floyd, Scorpions, dan AC/DC.

Selain itu, Tony juga beberapa kali membuat desain untuk promosi film terkenal. Seperti Deadpool dan salah satu seri Starwars.

"Desain saya kebanyakan dipakai untuk merchandise, seperti kaos dan poster," ungkap Tony.

Karena desain buatannya dipakai untuk proyek besar, Tony tak mau sembarangan. Satu desain bisa ia rampungkan dalam hitungan pekan hingga bulan.

Sebelum mulai merancang gambaran awal, lulusan diploma satu desain grafis Wearnes Education Center Malang itu menghabiskan waktu yang cukup panjang untuk riset.

Misalnya saat membuat desain sebuah band, Tony terlebih dulu mendengarkan ulang musik dan lagu-lagunya. Juga mempelajari sejarah dan latar belakang band.

"Contohnya desain untuk Pink Floyd ini. Saya banyak terinspirasi dari lagunya yang berjudul 'Echoes'," terang Tony.

Tony Midiyanto menunjukkan karya desainnya.
Tony Midiyanto menunjukkan karya desainnya. (surya.co.id/aflahul abidin)

Karya seni untuk Pink Floyd itu bergaya klasik, dengan style line art. Menampilkan informasi tentang tur konser album 'Dark Side of The Moon' di New York, lima dekade silam.

"Style saya utamanya memang di line art. Itu makanya desain saya banyak menggunakan elemen garis-garis," ucapnya.

Selain desain untuk band dunia, Tony juga membuat desain untuk band-band lokal. Seperti Dewa 19, Burgerkill, Deadsquard, dan beberapa band rok-metal lain.

Perjalanan Panjang

Tony tinggal di sebuah perumahan di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng. Ia juga membuka ruang kerja di rumah yang lokasinya beberapa puluh meter dari huniannya.

Rumah itu kini menjadi tempat Tony berkreasi. Ke mana-mana, ia tak lupa membawa tablet dan pen sebagai alat kerja.

Di rumah yang jadi tempat produksi itu, Tony tak sendiri. Ia dibantu enam hingga sepuluh desainer grafis muda lainnya untuk menyelesaikan berbagai pesanan desain.

"Dulu saya bekerja sendiri. Fokus ke pesanan desain untuk proyek besar. Sekarang saya sudah dibantu banyak desainer grafis," tutur pria yang gemar menggambar bahkan sejak sekolah dasar itu.

Sejak merampungkan kuliah pada 2007, Tony sudah memantapkan diri pada dunia desain. Ia memulainya dengan bergabung dengan komunitas desain internasional yang aktif di dunia maya.

Dari forum itulah Tony berhubungan dengan desainer-desainer grafis ternama. Forum itu juga yang menjadi jembatan bagi Tony hingga berkontrak dengan Universal Music Group.

"Ada banyak sekali desainer yang bergabung dengan universal. Saya boleh dibilang yang pertama dari Indonesia," katanya.

Universal, aku Tony, tertarik untuk menjalin kontrak karena menganggapnya punya ciri khas dalam mendesain.

Kini, Tony bisa mengumpulkan ratusan dollar AS dari satu produk desain yang ia bikin. Sebuah pencapaian yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan.

Dalam sebulan, Tony biasa mendapat pesanan dari Universal Music Group antara sepuluh hingga dua puluh desain. Itu belum termasuk pesanan lain dari klien dalam negeri.

"Dulu waktu awal mendesain, dapat bayaran Rp 200 ribu saja sudah senang. Sudah merasa bisa hidup dari desain," tutur Tony.

Awal mendaki karier sebagai desainer grafis juga tak mudah. Tony mengaku sempat kesulitan secara ekonomi ketika awal berkarier.

"Tiga tahun awal, ibaratnya, saya tidak bisa makan," selorohnya.

Kecerdasan Buatan yang Membantu

Pendiri SpaceX dan Tesla, Elon Musk, pernah meramalkan bahwa robot atau kecerdasan buatan bakal mengancam pekerjaan manusia.

"Kita akan mempunyai sesuatu yang untuk pertama kalinya, lebih pintar dari manusia terpintar," kata Elon, dalam acara yang digelar di Lancaster House, akhir 2023.

Elon meyakini, kecerdasan buatan akan sepenuhnya menggantikan pekerjaan manusia suatu saat nanti.

Tony tak memungkiri peran kecerdasan buatan di dunia desain grafis.

Saat ini, kecerdasan buatan telah merambah dunia desain. Melalui "kata-kata", mesin telah mampu membuat sebuah desain dalam sekejap mata.

"AI (artificial intelligence) jadi ancaman bagi mereka yang malas," kata Tony.

Sementara bagi desainer grafis yang tekun, menurut dia, AI bisa dihadirkan untuk memudahkan tiap pekerjaan.

Kepada para desainer grafis muda yang bekerja untuknya, Tony tak pernah melarang penggunaan AI. Namun, penggunaannya hanya digunakan untuk merangsang ide.

"Teman-teman di sini boleh memakai AI untuk, misalnya, membuat ide sketsa dan sebagainya," kata dia.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved