Sosok Mia Amiati Kajati Perempuan Pertama di Jatim, Dari Staf TU hingga Moncer Jadi Jaksa

Inilah sosok Mia Amiati, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) perempuan pertama di Jawa Timur (Jatim). Dulu cuma staf TU.

Tribun Pekanbaru
Mia Amiati, Kajati Perempuan Pertama di Jatim. 

SURYA.co.id - Inilah sosok Mia Amiati, Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) perempuan pertama di Jawa Timur (Jatim).

Mia awalnyacuma staf tata usaha (TU), tapi kini kariernya moncer sebagai jaksa.

Mia Amiati, anak ketujuh dari 10 bersaudara. Semasa kecil, perempuan kelahiran Kuningan, Jawa Barat, 4 Maret 1965, tersebut tak pernah bercita-cita, bahkan juga tidak pernah membayangkan menjadi seorang jaksa.

"Kalau ditanya cita-cita, waktu kecil saya berangan-angan jadi apoteker," ujarnya, Senin (15/1), melansir dari ANTARA.

Sebagai anak seorang tentara, ia dididik dengan disiplin yang tegas.

Tidak hanya berperilaku sehari-hari, di bidang akademik pun selalu dituntut menjadi juara di sekolah.

Hal tersebut juga termasuk di bidang agama, sang ayah tak akan membelikan pakaian Lebaran jika selama sebulan saat Ramadhan tidak khatam Al Quran.

"Setiap bulan suci, anak-anaknya ayah harus khatam Al Quran. Kalau tidak, kami tidak punya baju Lebaran," ucapnya, tersenyum.

Dari 10 bersaudara, tak ada satu pun yang mengikuti jejak ayah Mia. Sembilan saudara dia adalah pegawai negeri sipil (PNS), dan hanya Mia yang menjadi jaksa.

Karir Mia di Kejaksaan diawali dari menjadi staf tata usaha di tahun 1989. Saat itu dia menyandang gelar sarjana Sastra Indonesia dari Universitas Padjadjaran Bandung.

Ia lantas berpikir, jika tidak memiliki gelar sarjana hukum, maka selamanya akan menjadi staf di Kejaksaan.

Akhirnya Mia masuk Fakultas Hukum di Universitas Islam Jakarta dan mendapat Surat Keputusan (SK) menjadi Jaksa di tahun 1995.

Mia kemudian meneruskan pendidikannya untuk mendapat gelar magister hukum. Berikutnya pada 2012 ia meraih gelar doktor bidang ilmu hukum di Universitas Padjadjaran.

Sejak itu ia menjadi jaksa yang ditugaskan berpindah-pindah tempat di wilayah Indonesia. Beberapa jabatan di posisi strategis pernah disandangnya.

Sebelum sebagai orang nomor satu lingkungan kejaksaan di Jatim, Mia adalah Kajati Riau.

Beberapa jabatan sebelumnya, antara lain Asisten Pengawasan Kejati Kepulauan Riau, pernah juga Koordinator Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara pada Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.

Mia Amiati juga pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Pengamanan Pembangunan Strategis pada Jaksa Agung Muda Intelijen (JAMIntel).

Figur seorang Mia Amiati sebagai pejabat di lingkungan kejaksaan memang tak bisa dipandang remeh.

Apalagi Mia juga dikenal sebagai akademisi bidang keilmuan hukum yang produktif.

Di sisi lain, sebagai istri seorang dokter, Mia juga harus bertindak sebagai ibu yang merawat anak-anaknya. Meski terpisah jarak karena perbedaan kota tempat tinggal, namun itu tak dijadikan alasan untuk tidak bersikap layaknya seorang ibu.

Perempuan berhijab itu merasa bersyukur adanya teknologi gawai zaman sekarang. Hanya dengan fitur video call, ia bisa setiap saat berinteraksi dengan anaknya.

Setiap pukul 05.00 WIB, ia menelepon anaknya untuk mengingatkan ibadah Shalat Shubuh.

Kemudian, sebelum berangkat sekolah menjadi rutinitas wajib kembali video call, meski sekadar mengecek kesiapan anaknya menempuh pendidikan.

"Setiap malam wali kelas anak saya selalu share apa saja yang dibawa keesokan harinya di sekolah. Nah, setiap pagi itu saya cek lewat video call, sudah terbawa semua atau belum perlengkapannya," tutur Mia.

Yang menarik, Mia memiliki hobi dan kesukaan di bidang tulis menulis. Berbagai karya dalam bentuk tulisan telah dihasilkan, baik dalam bentuk buku maupun artikel populer melalui media massa tingkat regional dan nasional.

"Sayang kalau setiap momentum dilewatkan begitu saja tanpa ditulis. Ide-ide muncul dari mana saja, termasuk saat di perjalanan. Saya suka menulis dan menjadi kegemaran sejak dulu," ujarnya.

Sebagai orang nomor satu di lingkungan kejaksaan di Jawa Timur, tentu menjadi suatu pekerjaan yang memang tidak mudah. Diakuinya, menjalankan amanah sebagai Kajati Jatim tidak selalu mulus, sesuai yang direncanakan.

Apalagi Jatim tak hanya dilihat sebagai barometer Nasional, tapi juga memiliki 38 kabupaten/kota yang berarti juga membawahi puluhan kejaksaan negeri.

Suatu tantangan yang luar biasa, apalagi setiap kepala kejari (kajari) memiliki sifat yang berbeda-beda. Tapi, menjelang dua tahun kepemimpinannya sebagai Kajati Jatim, Mia mampu membuktikan bahwa ia mampu memimpin, membimbing serta mengendalikannya.

Sekali setiap pekan, Kajati selalu menyempatkan diri berdiskusi dengan para kajari melalui virtual atau zoom meeting.

"Apapun kami bahas, termasuk mendeteksi setiap ada permasalahan. Yang pasti kami selalu berupaya agar kejaksaan benar-benar bekerja sesuai tugas, pokok dan fungsi," kata dia.

Namun, 1,5 bulan sebelum akhir tahun 2023, salah satu kejari di Jatim diterpa masalah kasus. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan tindak operasi tangkap tangan (OTT) yang melibatkan jaksa di Kabupaten Bondowoso, termasuk seorang kepala kejari.

KPK, bahkan menetapkan sejumlah tersangka dalam kasus dugaan korupsi suap pengurusan perkara di wilayah Bondowoso.

Mia pun bertindak cepat. Tidak lama setelah peristiwa itu, ia melantik Kajari Bondowoso yang baru. Mia berpesan agar kajari segera mengembalikan situasi kerja dan memintanya untuk memotivasi seluruh jajaran agar bangkit serta kembali beraktivitas melaksanakan kegiatan penegakan hukum.

Mia meminta para asisten dan kajari, beserta segenap jajaran di wilayah Kejati Jatim untuk dapat menjadikan peristiwa Bondowoso sebagai cambuk dan bahan intropeksi diri. Ia juga meminta kepercayaan yang dititipkan oleh masyarakat terhadap kejaksaan jangan lagi dikhianati.

"Tidak bosan kami mengingatkan, namun masih ada saja permasalahan. Semoga peristiwa itu menjadi pelajaran dan kejaksaan wajib bangkit kembali. Ingat, hari esok masih ada dan harus lebih baik dari hari ini," ucapnya.

Selain itu, sejumlah perkara menonjol yang menjadi atensi publik karena penanganannya dinilai berlarut-larut, akhirnya dituntaskan, salah satunya perkara pelecehan seksual yang dilaporkan oleh sejumlah siswa di Kota Batu yang melibatkan pendiri sekolah tersebut.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved