Berita Surabaya
Prof Muhibin Zuhri: Teologi Kebhinnekaan, Pendekatan Alternatif Jawab Problem Kemanusiaan
Prof Achmad Muhibin Zuhri menegaskan bahwa Teologi Kebhinnekaan akan menjadi pendekatan alternatif bagi agama dalam menjawab tantangan kemanusiaan.
Penulis: Suyanto | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID I SURABAYA - Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) Prof. Dr. H. Achmad Muhibin Zuhri, M.Ag., menegaskan bahwa Teologi Kebhinnekaan akan menjadi pendekatan alternatif bagi agama dalam menjawab tantangan ke depan terkait problem kemanusiaan.
"Tantangan teologi ke depan bukan terletak pada upaya melakukan konservasi atas kemurnian doktrin religious ansich, tetapi lebih pada upaya dan kemampuan menjawab problem kemanusiaan, terutama yang menyangkut membangun hubungan harmonis dengan non-muslim," katanya dalam keterangannya di Surabaya, Selasa (19/12/2023).
Mantan Ketua PCNU Kota Surabaya (2015-2020) itu menyampaikan pidato berjudul "Teologi Kebhinnekaan, Membangun Harmoni Antar Umat Beragama dengan Pendekatan Teologis" dalam pengukuhan guru besar di kampus UINSA pada 20 Desember 2023.
"Selama ini, relasi antar umat beragama selalu menggunakan pendekatan humanisme dan kerja-kerja sosial. Interaksi muslim dan non muslim serta antar pemeluk agama yang lain, banyak ditunjukkan melalui aktivitas sosial sebagai instrumen dan pendekatan untuk mempererat persaudaraan atas nama kemanusiaan," katanya.
Sementara itu, relasi dengan pendekatan teologis cenderung dihindari karena dianggap tidak relevan, kontra produktif, dan hanya akan mengarahkan pada perdebatan tidak berujung dan konflik.
"Tapi, saya bermaksud mengajukan tawaran baru bahwa sebenarnya pendekatan teologis yang dipahami secara benar, justru akan menghasilkan toleransi yang tidak hanya pasif, tetapi aktif dalam komunitas agama. Asumsi dasarnya adalah semua bersumber dari tuhan yang satu dan sumber kebenaran adalah satu, sehingga agama seharusnya banyak memiliki kesamaan; baik teologis maupun ideologi," katanya.
Dalam konteks Indonesia, dialektika antara tradisi dan modernitas berimplikasi pada lahirnya berbagai wacana keislaman untuk melakukan kontekstualisasi pemahaman teologi, diantaranya yang populer dengan konsep Islam Moderat, Islam Liberal, Islam Transformatif, Islam Aktual, dan Islam Inklusif.
"Demi merealisasikan spirit Islam sebagai agama yang relevan disetiap waktu dan tempat (saalih li kulli zaman wa makan), maka tidak ada jalan lain kecuali harus 'mendayung' dengan perkembangan
pemikiran dan dinamika zaman, karena tantangan teologi pada masa sekarang bukan lagi pada aspek doktrinal normatif, tapi respons teologi terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan," katanya.
Akhirnya, Prof Muhibbin Zuhri menawarkan Teologi Kebhinekaan untuk memandang Islam sebagai agama yang serba-lengkap, bahwa realitas sosial adalah salah satu dari keniscayaan atas keberagamaan, sehingga bisa diarahkan pada pemaknaan atas dasar implementasi keimanan.
"Misalnya, dalam pemikiran politik akan ditemui bagaimana Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, mampu menjadi trend setter moderatisme. Mereka melalui pemikiran keislaman, khususnya tauhid, memecahkan demokratisasi, hubungan yang transparan antara negara dan warga negara seperti menerima Pancasila, pembangunan dan penguatan masyarakat sipil dan masyarakat madani (civil society) secara sama (egaliter)," katanya.
Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
![]() |
---|
Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
![]() |
---|
8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
![]() |
---|
Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
![]() |
---|
Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.