Grahadi

Pemprov Jatim

Pemprov Jatim Dapatkan Insentif Fiskal Rp 6,2 Miliar, Berkat Signifikan Turunkan Kemiskinan Ekstrem

Berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem, Pemprov Jatim menerima tambahan insentif fiskal dari Kementerian Keuangan sebesar Rp 6,125 miliar.

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Cak Sur
Istimewa
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menyalurkan bantuan. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menerima tambahan insentif fiskal dari Kementerian Keuangan sebesar Rp 6,125 miliar.

Dana insentif itu didapatkan, berkat keberhasilan Pemprov Jatim dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem.

Bagaimana tidak, di bawah kepemimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Jawa Timur berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem secara signifikan sebesar 3,58 persen atau 1.480.140 jiwa selama tiga tahun terakhir, tahun 2020-2023.

Kemiskinan ekstrem di Jatim turun drastis dari 4,4 persen atau setara 1.812.210 jiwa pada 2020, menjadi 0,82 persen atau 331.980 jiwa pada Maret 2023.

Atas diterimanya penghargaan ini, Gubernur Khofifah menyampaikan apresiasinya dan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang berkontribusi dalam upaya penurunan kemiskinan ekstrem di Jatim.

"Alhamdulillah, kita mendapatkan insentif fiskal Rp 6,215 miliar. Insentif ini akan kami gunakan untuk program yang langsung diterima oleh masyarakat miskin. Misalnya padat karya tunai, pengadaan air bersih di desa rawan kekeringan, pasar murah untuk menekan inflasi, bantuan langsung tunai untuk penyandang disabilitas dan bantuan permakanan bagi PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) di panti sosial," kata Khofifah, Senin (13/11/2023).

"Capaian ini, berkat kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas kita semua, sehingga Provinsi Jatim berhasil menurunkan angka kemiskinan ekstrem menjadi 0,82 persen. Optimis Jatim Bangkit, terus melaju menuju kemiskinan ekstrem 0 persen di akhir 2024," imbuhnya.

Selain banyak program yang digerakkan Pemprov Jatim untuk mengatasi kemiskinan agar berjalan efektif, turunnya angka kemiskinan di Jatim, menurut Gubernur Khofifah juga dipengaruhi sejumlah faktor.

Seperti pertumbuhan ekonomi Jatim pada Triwulan III 2023 (Q to Q), berhasil tumbuh impresif sebesar 1,79 persen di atas nasional dan tertinggi se- Pulau Jawa.

Selanjutnya juga dipengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 sebesar 4,88 persen, turun 0,61 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022 (5,49 persen).

Sejauh ini, Pemprov Jatim juga menginisiasi penghapusan kemiskinan ekstrem melalui bantuan sosial bagi 22.186 keluarga miskin ekstrem di 15 kabupaten/kota. Masing-masing keluarga mendapatkan bantuan senilai Rp 1.500.000 yang digunakan sebagai modal usaha.

Selain itu, Pemprov Jatim juga menginisiasi Program renovasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu).

Sejak tahun 2019 hingga 2023, telah dilakukan renovasi terhadap 33.745 unit rumah dengan total anggaran sebesar 402 miliar bekerja sama dengan Kodam V Brawijaya dan Lantamal V Surabaya serta Program Elektrifikasi atau penyambungan listrik bagi 16.780 rumah tangga miskin (2019-2023).

Penurunan kemiskinan di Jawa Timur, juga didorong oleh peningkatan pendapatan penduduk miskin melalui kegiatan usaha produktif yang didukung adanya permodalan UMKM.

Beberapa program tersebut, di antaranya Prokesra dengan plafon maksimal Rp 50 juta per debitur, telah terealisasi pinjaman murah bagi 8.941 Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan subsidi bunga. Sehingga, pelaku usaha ultra mikro dan mikro hanya menanggung beban bunga pinjaman 3 persen per tahun, dengan jangka kredit maksimal 36 bulan," jelas Gubernur Khofifah.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved