Citizen Reporter

Program Kampus Mengajar Efektif Tingkatkan Hard Skills dan Soft Skills Mahasiswa

Program Kampus Mengajar tak hanya memberikan dampak positif di sekolah sasaran, namun juga memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa.

Editor: Musahadah
istimewa
Kegiatan mahasiswa peserta program Kampus Mengajar yang bertugas di SD Islam Yamassa, Surabaya. 

SURYA.CO.ID I SURABAYA - Program Kampus Mengajar yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jatim tak hanya memberikan dampak positif di sekolah sasaran, namun juga memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa.

Hal ini dirasakan Aprisa Hidayah, Ria Fatmawati, Safitri Apriliani dan Teresiany Wulan Gultom, empat mahasiswa peserta program Kampus Mengajar yang bertugas di SD Islam Yamassa, Surabaya.

Menurut Aprisa Hidayah, program ini meningkatkan kemampuan hard skills dan soft skills-nya.

"Kelompok saya terdiri dari 3 mahasiswa non kependidikan dan 1 mahasiswa pendidikan. Dari program kampus mengajar ini saya yang merupakan mahasiswa non kependidikan dan 2 teman saya lainnya belajar bagaimana cara membuat media pembelajaran, merancang pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif dengan murid, cara pengondusifan kelas dan tentunya banyak hal yang bisa saya pelajari dari pembelajaran luar kampus ini," ungkap Aprisa saat ditemui Tim Salipan (Saling Liputan) BBPMP Jawa Timur pada kegiatan monev (monitoring dan evaluasi) Kampus Mengajar Angkatan 6 di SD Yamassa Surabaya pada Jumat (20/10/2023).

Menurutnya, program ini membutuhkan kreasi dan inovasi dalam membuat media ajar di kelas.

Kemampuan lain yang harus dikuasai adalah membuat metode ice breaking untuk memulai pembelajaran dan di pertengahan pembelajaran agar murid tidak jenuh saat menerima materi.

"Hal ini menjadi tantangan kami dalam merancang jalannya proses pembelajaran di kelas," katanya.

Sementara kemampuan soft skill yang dipelajari adalah cara mengondisian kelas.

"Saat awal mengikuti program ini, kami sangat kesulitan berada di depan kelas dan membuat siswa mendengarkan apa yang kami sampaikan, namun seiring berjalannya waktu, kami mulai memahami cara untuk mengelola kondisi di kelas," katanya.

Diakui, sebenarnya untuk materi Sekolah Dasar sudah dikuasai, tapi dalam praktiknya, untuk mengajarkan kepada siswa butuh keterampilan khusus.

"Kami mempelajari dari para guru di dalam kelas, dan mencobanya sendiri. Banyak fase trial and error yang kami hadapi, tapi itu semua membuat kami menjadi lebih baik dalam mengajar," akunya.

Sementara untuk strategi pembelajaran, mereka membuat program yang dapat membuat murid belajar secara menyenangkan.

"Kelompok kami membuat program meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi yang dikemas dalam bentuk permainan," terangnya.

Bentuk permainan untuk mengasah kemampuan numerasi diantaranya, rumah perkalian, mewarnai berdasarkan hasil bilangan serta permainan numerasi yang nantinya akan menjadi aplikasi sehingga selain di sekolah, murid juga dapat memainkannya di rumah masing-masing.

Sementara untuk program literasi, mereka membuat monopoliterasi, pohon literasi dan program one day one book.

Mereka juga mengimplementasi program adaptasi teknologi dengan membuat games numerasi dan sosialisasi antibullying dengan menggelar acara nonton film bersama lalu berdiskusi untuk membahas isi pesan dari film tersebut.

Kelompok ini juga membuat program pengelolaan dan pemanfaatan perpustakaan dengan memberikan label nomor untuk pengelompokan buku.

"Di perpustakaan sebenarnya sudah ada, tapi sudah sobek dan agak sulit dibaca, sehingga kami berinisiatif memasukkan itu sebagai program kerja yang kami laksanakan. Selain itu, kami membantu juga administrasi perpustakaan dan mempercantik perpustakaan dengan memberi hiasan-hiasan dan mengganti beberapa dokumen yang sudah lusuh di dinding," terangnya.

Aprisa dan teman-teman juga membuat program untuk mempercantik dan menambahkan buku bacaan yang menarik minat literasi siswa di pojok baca.

Sementara untuk program Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) mereka wujudkan dengan memanfaatkan barang bekas menjadi barang yang memiliki fungsi dan nilai.

Mereka me-recycle kemasan sabun dan odol menjadi media ajar numerasi serta recycle kardus bekas menjadi bangun ruang agar murid dapat mengetahui macam-macam bentuk bangun ruang.

Kelompok ini juga mengimplementasi program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di sekolah, berkolaborasi dengan para wali kelas 5.

"Sebelum melaksanakan ecoprint, kelompok saya memberikan pemaparan materi terlebih dahulu mengenai hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan di hari pelaksanaan ecoprint. Cukup menyenangkan dapat melakukan kolaborasi dengan para wali kelas," aku Aprisa.

Diakui Aprisa, dalam menjalankan program-programnya ini, pihaknya berkoordinasi dengan dosen pembimbing lapangan (DPL), guru pamong, kepala sekolah, dinas pendidikan dan Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP).

"Di tanggal 19 Oktober 2023 kelompok saya mendapatkan kunjungan untuk monitoring dan evaluasi dari BBPMP sehingga kami pun membicarakan bagaimana adaptasi di awal penugasan, kendala apa saja yang dialami, bagaimana koordinasi dengan guru pamong, dan hal-hal yang berkaitan selama penugasan," tukasnya.

Terpisah, Adi Kurniawan Saputro, SPd, MT, Dosen Pembimbing Lapangan dari Universitas Trunojoyo Madura mengatakan, dalam perancangan program di sekolah, pihaknya selalu berkoordiansi dengan mahasiswa.

"Mahasiswa melakukan analisa sekolah terlebih dahulu. Mencatat kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di sekolah. Selanjutnya melaporkan kepada saya dan kami berdiskusi. Mempresentasikan proker di depan bapak dan ibu guru serta kepala sekolah. Mencatat saran yang di berikan dan yanag terakhir implementasi di lapangan," katanya.

Penulis:

Bagus Priambodo

Pengelola Website Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved