Berita Surabaya
Kasus Cacar Monyet Merebak di Jakarta, Pemkot Surabaya Perketat Langkah Preventif
Dinas Kesehatan Surabaya mengimbau masyarakat untuk ikut mewaspadai penyebaran penyakit cacar monyet atau monkeypox (Mpox).
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Dinas Kesehatan Surabaya mengimbau masyarakat untuk ikut mewaspadai penyebaran penyakit cacar monyet atau monkeypox (Mpox).
Meski penyakit tersebut belum ditemukan di Surabaya, masyarakat tetap harus mendukung langkah preventif pemerintah.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina menjelaskan, penyakit ini belum ditemukan di Kota Pahlawan.
"Meski penyakit Mpox telah ditemukan di Indonesia, di Kota Surabaya sampai dengan hari ini belum ada kasus Mpox yang dilaporkan," kata Nanik, Rabu (1/11/2023).
Walaupun demikian, masyarakat tetap harus mewaspadai gejalanya. Sehingga, bisa mengantisipasi sedini mungkin.
"Masyarakat perlu waspada, serta mengenali gejalanya," ujarnya.
Penyakit Mpox dapat menular ke semua usia. Penularan Mpox pada manusia dapat melalui kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi melalui percikan droplet.
"Serta, ibu hamil ke janin melalui plasenta," ucap Nanik.
Gejalanya, pasien cacar monyet biasanya demam dengan suhu badan di atas 38 derajat celcius. Kemudian, muncul ruam/lesi/keropeng kulit pada area wajah, telapak tangan dan kaki serta alat kelamin.
Selanjutnya, terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau selangkangan.
Lalu, sakit kepala hebat, nyeri otot, sakit punggung serta kelelahan tubuh.
Apabila ditemukan kasus dugaan Mpox, maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki ruang isolasi khusus.
"Tentunya, ini sesuai tata laksana kasus sesuai standar," jelas Nanik.
Sebab, Mpox berbeda dengan penyakit cacar air. Perbedaan khas Mpox terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, sedangkan pada cacar air tidak ada.
Bentuk mitigasinya, masyarakat harus menghindari kontak langsung dengan hewan penular yang diduga terinfeksi Mpox.
Di antaranya, hewan pengerat, yaitu tupai, tikus dan hamster. Lalu jenis hewan marsupial, seperti koala dan tikus berkantung serta primata non-manusia seperti monyet dan kera baik mati atau hidup.
Selanjutnya, menghindari mengkonsumsi atau menangani daging yang diburu dari hewan liar. Lalu, membiasakan mengonsumsi daging yang sudah dimasak dengan benar, menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap saat menangani hewan yang terinfeksi.
Pihaknya juga mengimbau pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit, segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala dan menginformasikan riwayat perjalanannya.
Seseorang yang mengalami gejala Mpox harus diisolasi dan dipantau sesuai petunjuk tenaga kesehatan.
"Seseorang yang mengalami gejala mengarah Mpox tidak boleh menghadiri acara, pesta atau pertemuan," terang Nanik.
Bahkan, tenaga kesehatan yang merawat kasus harus menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), termasuk penggunaan APD yang sesuai.
Langkah memitigasi lainnya adalah melakukan seks secara aman, termasuk membatasi jumlah pasangan seks.
Pencegahan dengan alat kontrasepsi saja tidak dapat melindungi secara maksimal penularan Mpox, karena kontak lesi pada kulit cukup menularkan.
"Namun penggunaan alat kontrasepsi secara konsisten dapat mencegah HIV dan penyakit menular seksual lainnya," ia menuturkan.
Pihaknya juga memantau informasi global dan regional melalui portal informasi resmi satu pintu yaitu WHO dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia. Serta sosialisasi, seperti penyebarluasan informasi terkait Mpox.
"Kami juga melakukan komunikasi resiko sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Mpox, baik secara langsung maupun melalui platform Instagram Dinkes Kota Surabaya," tegas Nanik.
Selain itu, lanjut Nanik, pihaknya juga meningkatkan kewaspadaan melalui pengamatan laporan Surveilans Berbasis Kejadian (EBS) di aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dan deteksi kasus dengan gejala Mpox yang datang ke Fasyankes.
"Serta melakukan penyelidikan epidemiologi kasus apabila ditemukan kasus dengan tanda dan gejala Mpox yang berasal dari laporan masyarakat, media maupun fasyankes," ia menjabarkan.
Dinkes juga menerbitkan surat edaran tentang Peningkatan Kewaspadaan Terhadap Penyakit Monkeypox. Ini ditujukan kepada seluruh rumah sakit, puskesmas dan klinik di Kota Surabaya dengan tembusan Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Surabaya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, BPBD, DKPP, Satpol-PP, Bapemkesra, kecamatan, kelurahan dan LSM HIV/AIDS di Kota Surabaya.
Sebelumnya, kasus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia terus bertambah. Total kasus cacar monyet di Indonesia menjadi 27 orang hingga Selasa (31/10/2023). Dari puluhan kasus tersebut, DKI Jakarta mendominasi.
Selain Jakarta, kasus ini juga penambahan kasus juga terjadi di Bandung (1 kasus), Tangerang Selatan (2 kasus), Kabupaten Tangerang (2 kasus) dan Kota Tangerang (1 kasus).
"Ada 27 kasus konfirmasi," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi dikutip dari Kompas.com pada Selasa (31/10/2023).
Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
![]() |
---|
Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
![]() |
---|
8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
![]() |
---|
Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
![]() |
---|
Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.