Berita Surabaya

Dosen FKIP UKWMS Ajarkan Guru Teknik Berpikir Komputasional, Ini Manfaatnya

Penerapan berpikir komputasional (BK) dalam pembelajaran merupakan cara untuk memecahkan masalah

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa UKWMS
Kristin Anggraini (kiri) saat menyampaikan materi dalam Abdimas FKIP UKWMS 

SURYA.CO,ID, SURABAYA - Penerapan berpikir komputasional (BK) dalam pembelajaran merupakan cara untuk memecahkan masalah yang diperlukan dengan memahami masalah dan merumuskan solusi.

Penerapan BK menjadi ideal dilakukan di sekolah dalam penerapan kurikulum Merdeka, karena bisa diintegrasikan dalam tema atau mata pelajaran sekolah.

Harapannya, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, mandiri, dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah.

Untuk mengenalkan BK di tingkat sekolah, para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FKIP UKWMS) bergerak langsung ke sekolah-sekolah.

Salah satunya sekolah di bawah naungan Yayasan Yohanes Gabriel Sub-Perwakilan Tuban.

Mengusung tema “Berpikir Komputational dan Penginfusan Prinsip-Prinsip BK ke dalam mata pelajaran”, pengabdian masyarakat ini dimulai sejak bulan Juli - Oktober 2023.

Bekerja sama dengan guru-guru di KB/TK, SD, dan SMP, kegiatan ini terdiri dari seminar lokakarya (semlok) BK, pelatihan dan pendampingan penginfusan prinsip-prinsip BK ke dalam mata pelajaran sekolah.

“Semlok, pendampingan, dan penerapannya diberikan dalam bentuk unplugged, dimana semua kegiatan diberikan tanpa menggunakan komputer dan internet. Kegiatan unplugged berbasis aktivitas fisik, dapat dilakukan menggunakan instrumen sederhana, murah, dan mudah ditemukan. Seperti permainan edukatif, dadu, teka-teki, gambar, dan aktivitas rekaman berbasis permainan,” jelas Kristin Anggraini, salah satu tim Abdimas.

Berpikir komputasional memiliki empat prinsip yaitu Algoritma, Abstraksi, Dekomposisi, dan Pengenalan Pola (AADP).

Algoritma, yaitu menentukan langkah demi langkah solusi untuk mengatasi masalah.

Abstraksi, fokus pada informasi yang penting saja dan mengabaikan informasi lain yang tidak relevan.

Dekomposisi, mengurai masalah yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah untuk ditangani.

Pengenalan, Pola mencari persamaan atau pola yang terdapat di dalam permasalahan.

“Setelah prinsip-prinsip BK dipahami, pelatihan dilanjut dengan memberikan contoh model rancangan modul sederhana untuk satu pertemuan,”lanjutnya.

Infus BK ada pada rumusan tujuan pembelajaran, materi ajar, strategi pembelajaran, dan alat evaluasi.

Untuk membantu peserta mengintegrasikan BK, taxonomi Bloom dan BK, serta silabus mata pelajaran dalam Kurikulum Merdeka (KM) diberikan sebagai referensi.

“Dalam latihannya, para peserta diminta untuk menganalis dan menemukan topik yang kaya dengan prinsip-prinsip BK. Seperti Preparing Ice Tea untuk pelajaran Bahasa Inggris. 'Memilah sampah organik dan anorganik' untuk pelajaran Bahasa Indonesia, 'Menu makanan' untuk pelajaran IPA,” urai Kristin.

Setelah menemukan topik bahasan, Capaian Pembelajaran dalam KM dijabarkan menjadi beberapa Tujuan Pembelajaran (TP) yang diinfus dengan BK. Berdasarkan TP, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan alat evaluasi dikembangkan.

Dr Ignatius Harjanto MPd ketua tim mengungkapkan melalui program pengabdian masyarakat ini, pihaknya berharap dapat memberikan inspirasi dan pengetahuan baru kepada guru-guru dalam menggunakan teknologi dan media pembelajaran untuk berpikir kritis. Serta dapat memecahkan permasalahan dengan baik

“Kolaborasi ini diharapkan terus berlanjut dan berdampak positif bagi proses pembelajaran di sekolah-sekolah. Selain itu, menjadi contoh bagi institusi pendidikan lainnya dalam melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bermanfaat untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia,”pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved