SURYA Kampus
Sosok Diqa Mahasiswi Unair yang Lolos Pertukaran Mahasiswa di 3 Negara, Pilih Exchange di Hungaria
Diqa Qothrunnadaa Amanda Nur S, mahasiswi Universitas Airlangga (Unair) berhasil diterima program pertukaran mahasiswa di 3 negara, begini kisahnya
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.CO.ID - Mahasiswi Universitas Airlangga (Unair), Diqa Qothrunnadaa Amanda Nur Sella, telah menorehkan prestasi membanggakan.
Sosok mahasiswi Unair Diqa berhasil lolos dalam program pertukaran mahasiswa di luar negeri.
Bukan hanya satu, Diqa membanggakan Unair dengan diterima dalam program exchange di 3 negara sekaligus.
Adapun, Diqa diterima pada program One-Tier Master Exchange Student di University of Pecs, Hungaria.
Selain Hungaria, ia juga lolos dalam Summer School Program di University of Leeds, United Kingdom..
Diqa juga mendapat Beasiswa Fall Semester Exchange Program di University of Malaya, Malaysia.
Akhirnya, ia memutuskan untuk mengambil program exchange di Hungaria.
Diqa merupakan mahasiswa program Fast Track Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga (Unair).
"Harapanku mengikuti program pertukaran adalah bisa memberikan perspektif baru terutama bidang hukum, meningkatkan value dalam skala internasional.
Lalu jadi pembeda dari mahasiswa Hukum yang lain," kata Diqa seperti dikutip dari laman Unair, dilansir Surya.co.id dari Kompas.com.
Perempuan kelahiran Malang ini mengambil study di University of Pecs, Hungary bukan tanpa alasan.
Menurut dia, belajar ilmu hukum di Eropa jauh lebih eksklusif.
Pasalnya sistem hukum di Eropa telah menjadi dasar hukum di negara lain.
Dia menekankan, dalam memilih program internasional harus sesuai agar tidak menyesal di kemudian hari.
Ikuti Mata Kuliah yang Tidak Ada di Indonesia
Selain itu, tidak ada kewajiban mahasiswa asing untuk mengambil kelas bahasa asli Hungary.
Selain itu, dia mengambil lima fokus bidang mata kuliah selama di University of Pecs.
Mata kuliah tersebut adalah Comparative Human Rights Law, European Criminal Law, International Business Law, Internasional European and Comparative Tax Law serta Professional Skills for Lawyers.

Diqa menyebut, mata kuliah Professional Skills for Lawyers adalah mata kuliah yang tidak ia dapatkan di perguruan tinggi di Indonesia.
Diqa menambahkan, pemilihan fokus studi tersebut berdasarkan keinginannya memperdalam inner hukum terutama peminatan hukum pidana.
Selain itu juga memberikan gambaran komparatif tentang perlindungan hukum hak asasi manusia di beberapa yurisdiksi terkemuka di dunia.
Pemilihan tersebu juga mendapat pertimbangan dari Kepala Prodi S1 dan S2 Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair).
Diqa mengaku terkesan dengan hal yang terdapat di sekelilingnya yang tampak tertata dengan rapi.
Hal ini dia rasakan setelah tepat satu bulan menetap di Hungary. Diqa jarang menemukan sampah berserakan.
Ia mengungkapkan, rata-rata penduduk di Hungary adalah orang-orang perantau.
Tidak hanya itu, perbedaan yang nampak adalah masyarakatnya memiliki kebiasaan jalan kaki atau menggunakan kendaraan umum.
"Masyarakat di sana terkesan menjaga lingkungan, banyak produk yang bahannya ramah lingkungan.
Aku jarang melihat orang nyalain AC, mereka lebih memilih untuk buka jendela," tutup Diqa.
Sosok Qonita Qurratu Wisudawan Termuda ITS, Raih Gelar S1 di Usia 20 Tahun: Mahasiswi Fast Track
Selain Diqa Qothrunnadaa Amanda Nur Sella, sosok yang satu ini juga tidka kalah berprestasi.
Ia adalah Qonita Qurratu Aini, wisudawan termuda Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Qonita Qurratu Aini dinobatkan sebagai wisudawan termuda dalam gelaran Wisuda ke-128 ITS.
Baca juga: Sosok Khakam Wisudawan UNY Peraih 171 Penghargaan, Sabet Top 1 Mahasiswa Berprestasi Terbanyak
Qonita Qurratu Aini berhasil meraih gelar sarjana dalam usia yang masih belia yakni 20 tahun 6 bulan pada Sabtu (16/9/2023) lalu.
Ia menempuh pendidikan di Departemen Matematika ITS.
Dirinya dikenal sebagai sosok yang berprestrasi.
Selain itu, Qonita Qurratu Aini juga sosok yang aktif di bidang organisasi.
Qonita Qurratu Aini juga tercatat sebagai mahasiswa program Fast Track.
Fast track adalah program yang dirancang untuk memungkinkan mahasiswa menyelesaikan studi S1 dan S2 sekaligus dalam waktu 5 tahun.
Setelah dinobatkan sebagai wisudawan termuda ITS, Qonita pun menguraikan kisahnya.
Ia mengatakan mulai bersekolah pada usia 2 tahun. Kala itu, ia menjadi murid Kelompok Bermain (KB).
Dirinya kemudian melanjutkan ke jenjang SD dan SMP dengan waktu pendidikan seperti pada umumnya.
Qonita Qurratu Aini mulai menjalani program akselerasi saat duduk di bangku SMA.
“Jadi hanya dua tahun,” terangnya, dilansir Surya.co.id dari its.ac.id.
Alumnus Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Malang ini mengungkapkan, berusia lebih muda dari teman-teman satu angkatan tak pernah menjadi penghalang yang berarti baginya.
Ia mengaku selalu mendapatkan dukungan dari orang-orang tercinta, termasuk ketika memutuskan lanjut memilih program studi Matematika di ITS.
“Sejauh ini tidak ada kesulitan yang berarti, karena lingkungannya yang selalu suportif,” aku putri dari pasangan Dr Windarto MSi dan Widayati Setyorini SE tersebut.
Diungkapkan oleh anak sulung dari dua bersaudara ini, matematika telah menjadi pelajaran favoritnya sejak di bangku SD dulu.
Menariknya, ia juga selalu mendapatkan nilai Ujian Nasional (UN) sempurna di mata pelajaran tersebut.
“Hingga atas izin Allah saya diterima (masuk ITS) lewat jalur SBMPTN,” tutur peraih juara pertama pada Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ITS cabang 10 Juz tahun 2020 ini.
Pada mulanya Qonita berpikir, keilmuan matematika yang dipelajarinya di bangku kuliah akan mirip dengan apa yang ia pelajari saat sekolah dulu.
Ternyata lebih dari itu, peminatan dari jurusan matematika sangat luas dan beragam.
Qonita sendiri memilih berfokus pada penerapan matematika di bidang ilmu komputer yang juga ia terapkan pada penulisan tugas akhirnya.
Lebih lanjut, Qonita juga pernah mengikuti program Bangkit dari Google dengan fokusan machine learning.
Melalui program ini, ia dan timnya pun berhasil menciptakan aplikasi CariHerb, aplikasi pendeteksi tanaman herbal yang dijalankan melalui kamera ponsel.
Tak tanggung-tanggung, melalui karyanya ini mereka berhasil memperoleh pendanaan dari Google serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Tak hanya aktif di dunia akademik, Qonita juga terlibat di berbagai organisasi internal serta eksternal jurusannya.
Dirinya yang memiliki ketertarikan di bidang desain dan publikasi, aktif berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) dan Lembaga Kajian Kerohanian Islam (LKKI) Departemen Matematika ITS sebagai staf Departemen Media dan Informasi. (Kompas.com/its.ac.id)
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.