Berita Bangkalan

Seperti MotoGP, Karapan Sapi Juga Diwarnai Tabrakan, Tidak On of Track Tetapi Bukan Kesengajagaan

sepasang sapi yang melenceng justru tetap melesat kencang hingga finish dan menyelesaikan babak perempat final.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya/ahmad faisol
Di balik prestise budaya leluhur masyarakat Madura, Karapan Sapi, peristiwa tabrakan dalam event karapan sapi tradisional Bupati Bangkalan Cup, Minggu (1/10/2023) merupakan pemandangan lumrah dan tanpa unsur kesengajaan. 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Tidak dipungkiri bahwa Karapan Sapi Madura merupakan salah satu ikon budaya nasional. Adu seru-seruan dan kecepatan sepasang sapi andalan itu menjadi hiburan bergengsi masyarakat Madura, jauh sebelum ajang motor MotoGP populer di Tanah Air.

Namun di balik prestise budaya leluhur masyarakat Madura itu, kadang terselip peristiwa ‘kecelakaan balapan’ yang semakin memacu adrenalin para penonton.

Pasalnya ada beberapa pasang sapi kerap dengan kharakter larinya menyamping, tidak on the track yang biasanya dikenal dengan istilah ‘Matek’ dalam Bahasa Madura.

Peristiwa ‘laka lantas’ pasangan sapi kerap di landasan pacu itu terekam video ponsel penonton, dalam Karapan Sapi Bupati Bangkalan Cup yang digelar di Stadion Karapan Sapi RP Moh Noer Bangkalan, Minggu (1/10/2023). Sebanyak 48 pasang sapi kerap se-Kabupaten Bangkalan saling beradu kecepatan.

“Dalam sebuah ajang karapan sapi tradisional, sapi bertabrakan atau kecelakaan itu hal yang sangat lumrah dan bukan kesengajaan,” ungkap Kepala Bidang Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemkab Bangkalan, Hendra Gemma, Selasa (3/10/2023).

Ia menjelaskan, dalam budaya Karapan Sapi selain ada beberapa aturan baku, ada pula beberapa ketentuan yang ditandai kibaran bendera warna merah, putih, dan hitam sebagai panduan jalur landasan pacu bagi sapi kerap.

“Istilah dalam Bahasa Madura dikenal ‘Sapi Mantek’, lari sapi itu memang ada yang fokus kepada benderanya, ada bendera merah, putih, dan hitam. Kemarin sepasang sapi menabrak di jalur bendera putih dan larinya selalu ke arah kanan,” jelas Gemma.

Dalam rekaman video yang beredar, sepasang sapi yang berada di landasan pacu sisi Barat atau sisi kiri tiba-tiba melaju keluar jalur, menyilang ke arah lintasan pasangan sapi lawan. Tabrakan pun tidak terelakkan, sepasang sapi yang menjadi ‘korban’, gagal melaju ke garis finish.

Sementara sepasang sapi yang melenceng itu justru tetap melesat kencang hingga finish dan menyelesaikan babak perempat final.

Menurut Gemma, peristiwa kecelakaan seperti itu pernah terjadi beberapa tahun silam di tahap final. Ada sepasang sapi yang sangat melegenda dengan sebutan Setan Balap, tercatat sebagai sepasang sapi tercepat di masanya dan ditabrak sepasang sapi berjuluk Hitam Manis.

Sapi Kerap Hitam Manis kala itu memang terkenal dengan sepasang sapi kerap berpostur tubuh kecil. Kendati demikian, si Hitam Manis berkharakter ‘Matek’ yang larinya suka keluar ke jalur pacu lawan di sisi kiri, yakni jalur bendera warna merah.

“Sapi itu juga punya mental, meski sepasang sapi kecil tetapi memang larinya miring. Tetapi itulah pernak-pernik dari budaya karapan sapi Madura,” terang Gemma.

Ia menambahkan, tabrakan pada Karapan Sapi Bupati Bangkalan Cup pada 1 Oktober 2023 itu merupakan kejadian tanpa sengaja, sering terjadi dan peristiwa yang sangat wajar dalam setiap event karapan sapi tradisional.

“Pengalaman kami, kalau memang dari awal larinya ke kanan biasanya ‘matek’ nya di sebelah bendera. Kalau di jalur garis bendera putih Insya Allah lurus larinya. Tetapi memang dari awal kan diundi dalam kerapan kemarin, makanya tidak bisa memilih soal jalur garis bendera,” pungkas Gemma. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved