Berita Viral

Cerita Haru Margaret, Datang ke Stasiun Setiap Hari untuk Dengarkan Suara Almarhum Suami Sejak 2007

Seorang wanita bernama Margaret datang ke stasiun setiap hari untuk mendengarkan suara almarhum suami yang meninggal pada 2007 silam.

Unsplash/Joel De Vriend
Kisah haru seorang wanita mendatangi stasiun untuk mendengar suara almarhum suami 

SURYA.CO.ID - Kisah menyentuh datang dari seorang wanita bernama Margaret yang selalu mengunjungi stasiun.

Setiap hari, Margaret datang ke stasiun, namun bukan untuk naik kereta.

Margaret datang ke stasiun untuk mendengarkan suara almarhum suaminya.

Mendiang suami Margeret meninggal pada 2007 silam.

Kepergiaan sang suami meninggalkan luka di hati Margaret.

Hingga saat ini, wanita tua tersebut terus mengenang sosok pujaan hati.

Salah satunya dengan rutin mendatangi sebuah stasiun.

Di stasiun tersebut, Margaret diam dan menunggu suara suaminya diperdengarkan. 

Wanita tersebut melakukan rutinitas tersebut setiap hari hingga kini. 

Terhitung, Margaret rutin mendatangi stasiun selama 16 tahun.

Kisahnya pun menuai atensi masyarakat luas.

Banyak yang terharu dengan kesetiaan Margaret kepada mendiang suami.

Diketahui, Margaret merupakan seorang dokter yang tinggal di London, Inggris.

Ia memiliki nama lengkap Margaret McCollum

Sementara sang suami diketahui bernama Oswald Laurence.

Oswald Laurence meninggal dunia pada 2007 silam.

Dilansir Surya.co.id dari Kompas.com, sebagaimana dikutip dari India Times, Margaret dan Oswald bertemu pada tahun 1992 ketika bekerja di sebuah perusahaan kapal pesiar di Maroko.

Mereka hidup bersama sampai kematian Oswald. 

Ilustrasi wanita duduk di stasiun
Ilustrasi wanita duduk di stasiun (Unsplash/Alexey Malakhov via Kompas.com)

Mengenang Sang Suami

Setelah kematian Oswald, Margaret mengunjungi stasiun kereta bawah tanah Embankment, London setiap hari, hanya untuk mendengar suara mendiang suaminya.

Suara Oswald muncul dalam pengumuman "Mind the Gap" untuk jalur utara sejak puluhan tahun lalu.

Suara pengumuman "Mind the Gap" cukup terkenal di Inggris.

Namun, tidak ada yang menyangka bahwa kedalaman suara dalam pengumuman itu sangat berarti bagi Margaret.

"Sejak dia meninggal, saya akan duduk dan menunggu kereta berikutnya sampai saya mendengar suaranya," kata Margaret.

Menurutnya, rekaman itu membantunya menjaga ingatan akan Oswald tetap hidup.

Pada tahun 2012, stasiun kereta bawah tanah sempat mengganti audio dengan sistem digital.

Margaret terkejut karena dia tidak dapat menemukan suara suaminya lagi.

Dia pun bertanya tentang pergantian suara pengumuman itu.

Pihak TFL Rail kemudian memberitahunya bahwa mereka tidak dapat menyematkan rekaman Oswald di sistem baru. 

Setelah memahami arti suara itu bagi Margaret, perusahaan kereta api mengatur CD rekaman untuknya.

"Kami sangat tersentuh dengan ceritanya, jadi staf melacak rekaman tersebut," kata Direktur London Underground, Nigel Holness.

"Mereka tidak hanya bisa mendapatkan salinan suara pengumuman dalam bentuk CD untuk disimpannya, tetapi juga berupaya memulihkan pengumuman tersebut di stasiun Embankment," sambungnya.

Baca juga: Kisah Viral Wanita Sakit Perut hingga Masuk IGD Berujung Melahirkan, Ngaku Tak Tahu Kalau Hamil

Usaha Margaret untuk meminta pihak berwenang memulihkan suara pengumuman yang berisi suara suaminya berhasil.

Permohonannya diterima dan perusahaan kereta api memutuskan untuk memulihkan audio pengumuman berusia 40 tahun tersebut.

TfL sendiri mulai menggunakan pengumuman "Mind the Gap" pada 1969.

Awalnya, itu adalah suara dari sound engineer Peter Lodge.

Namun, selama bertahun-tahun beberapa suara lain digunakan, termasuk suara Oswald.

Kisah Istri Dipeluk Suami saat Gempa di Bantul

Sebelumnya, viral kisah seorang istri yang dipeluk suami saat terjadi gempa bumi.

Kejadian itu terjadi di Bantul, Yogyakarta pada Jumat (30/6/2023) malam.

Dilansir Surya.co.id dari Tribun-Video.com, mereka adalah Parni (60) dan Wakimin (70).

Parni yang menderita stroke itu dipeluk oleh sang suami yang melindunginya dari reruntuhan bangunan.

Kabar ini diungkapkan oleh sang anak Marsinah (40) yang juga tinggal di rumah yang berada di Padukuhan Kuwon, Kalurahan Pacarejo, Semanu, Gunungkidul.

Marsinah bercerita saat gempa mengguncang, ia sedang berada di Sleman tempatnya bekerja.

Sehingga di dalam rumah itu hanya ditempat oleh Parni sang ibu dan ayahnya Wakimin.

"Sebenarnya ada bulik saya, tapi lagi di masjid," ujar Marsinah yang bekerja sebagai asisten rumah tangga ini.

Saat gempa terjadi Wakimin tetap berada di dalam rumah demi melindungi sang istri.

Keduanya baru keluar setelah getaran mereda, dibantu oleh warga sekitar.

Sebab, Parni diketahui menderita stroke sejak dua bulan lalu.

Sehingga saat gempa melanda, Wakimin langsung lari ke kamar untuk melindungi istrinya dari reruntuhan.

Ia pun lantas memeluk istrinya tersebut saat masih di tempat tidur dan berharap keselamatan.

"Saya pikir, mungkin sudah takdirnya untuk mati bersama saat itu," tuturnya.

Para tetangga pun juga sigap membantu membawa Parni keluar dari rumah, bersama ranjang tempatnya berbaring saat gempa mereda.

Wakimin mengaku tak tahu kapan kembali lagi ke dalam rumah. Sebab ia trauma dengan gempa malam itu.

Sementara itu, sang anak Marsinah tak menampik kondisi keuangan jadi semakin berat seusai kejadian ini.

Ia pun berharap ada bantuan untuk memperbaiki rumah orangtuanya yang rusak. (Kompas.com/Tribun-Video.com)

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved