Maulid Nabi Muhammad SAW: Pengertian dan Amalan yang Dianjurkan
Berikut pengertian Maulid Nabi bagi umat Islam, lengkap sejarah dan amalan untuk mendapatkan keutamannya.
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Umat muslim telah memasuki Bulan Rabiul Awal 1445 H sejak tanggal 17 September 2023.
Pada Bulan Rabiul Awal, ada banyak kegiatan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Berikut pengertian Maulid Nabi bagi umat Islam, lengkap sejarah dan amalan untuk mendapatkan keutamannya.
Pengertian Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW.
Menurut bahasa, kata maulid atau milad artinya hari lahir. Peringatan Maulid Nabi sudah ada jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat dan menjadi sebuah tradisi dalam masyarakat Islam.
Baca juga: Contoh Khutbah Jumat Tema Hikmah Maulid Nabi 12 Rabiul Awal
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW
Terdapat beberapa pendapat tentang sejarah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sebagian ahli sejarah menyebut Maulid Nabi pertama kali diperingati oleh Raja Irbil. Sebagian yang yang lain menyebut bermula dari Sultan Salahuddin Al-Ayyubi.
Mengutip Tujuan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Al-Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Syuyuthi, Raja al-Mudzaffar Abu Said Kukburi bin Zainuddin Ali bin Biktikin (549-630 H), salah seorang raja yang agung, besar dan mulia.
Baca juga: Bacaan Maulid Diba untuk Maulid Nabi Lengkap Tulisan Arab dan Latin
Ibnu Katsir dalam kitab Tarikh-nya menyampaikan bahwa Raja al-Mudzaffar mengadakan Maulid Nabi di Bulan Rabiul Awal dan melakukan perayaan besar. Sultan Muzhaffar adalah seorang yang berani, alim dan seorang yang adil
Dijelaskan juga oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan Maulid Nabi tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, para ahli tasawuf, dan yang lainnya.
Sebelum hari pelaksanaan Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan dengan ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para tamu yang akan hadir dalam peringatan Maulid Nabi tersebut.
Para ulama pada saat itu menyetujui dan membenarkan terkait dengan peringatan Maulid Nabi yang telah dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik peringatan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Dalam kitab Wafayat Al-A’yan Ibnu Khallikan menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah sedang melakukan perjalanan dari Maroko menuju Syam dan ke Irak. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah, dia bertemu dengan Sultan Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut memiliki perhatian yang besar terhadap peringatan Maulid Nabi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Pengertian-Maulid-Nabi-Muhammad-SAW-dan-sejarahnya.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.