Berita Viral
SENASIB Markus Tugiman, Eks Petinju Nasional Kini Jadi Pemulung dan Tinggal di Emperan, Ini Sosoknya
Senasib dengan Markus Tugiman, seorang mantan petinju nasional kini jadi pemulung dan tinggal di emperan toko. Inilah sosoknya.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
Saat itu, Yanto memilih menanggalkan sarung tinju dan mengakhiri karir tinjunya selama 14 tahun lantaran sang istri yang baru melahirkan seorang bayi mengkhawatirkan keselamatannya.
Sebab, saat itu dunia tinju nasional baru saja berduka setelah petinju Muhammad Alfaridzi tewas setelah ambruk di atas ring.
"Saat itu, istri saya menangis ketakutan kalau saya harus tanding lagi. Yah, saya akhirnya batalkan pertandingan karena ingat istri dan punya anak bayi baru lahir," ucapnya.
Ia mengaku ekonomi hidupnya makin sulit setelah tempat dagangnya itu diangkut oleh petugas Satpol PP.
Sebelumnya, ia bisa menyisikan uang dari hasil dagangnya itu untuk ditabung dan dikirim untuk biaya hidup istri dan biaya sekolah anak.
"Barusan anak saya yang SMP di Surabaya telepon, dia minta dikirimi uang Rp500 ribu untuk patungan kegiatan sekolah dan bayar SPP, Rp130-an ribu," kata Yanto menjelaskan obrolan dengan anaknya yang masuk ke telepon genggamnya.
Lewat bantuan temannya, akhirnya Yanto berusaha menyambung hidupnya dan keluarganya dengan menjadi pelatih Muay Thai Boxing pada akhir 2014. Kebetulan, ia mempunyai kemampuan dasar-dasar olahraga seni bela diri asal negara gajah, Thailand tersebut dari latihan di sasana Arseto.
Yanto hanya digaji Rp2 juta per bulan dan uang makan Rp20 ribu per hari dari jasanya menjadi pelatih olahraga tersebut.
"Sangat jauh dari cukup. Dulu saya sering pusing kalau diminta uang untuk bayaran sekolah anak, belum lagi biaya susu untuk anak yang masih bayi," ucapnya lirih.
Sebagai kepala rumah tangga, Yanto berpikir keras agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Lantas, atas saran seorang jurnalis, Yanto mencoba mencari duit tambahan dengan menjadi driver ojek aplikasi, Go-Jek, pada akhir 2015.
Sebuah motor yang dibeli kredit menjadi pilihannya lantaran tak mempunyai modal untuk membeli secara tunai.
Kala hari masih gelap atau sesaat waktu salat Subuh dirinya sudah berangkat dari rumah di Kemanggisan untuk mencari calon penumpang ojek palikasinya. Sekitar pukul 10.00 ia berangkat menuju tempat latihan Muay Thai Boxing di kawasan Taman Sari.
"Paling narik Go-Jek selama tiga sampai empat jam. Penghasilan Rp 50 ribu sampai Rp 60 ribu yang masuk ke kantong.
Setelah ngojek, saya ke sini pukul sepuluh siang sampai pukul duabelas malam. Kebanyakan latihannya pada malam hari. Setelah itu pulang ke kontrakan. Keesokan paginya ke luar narik ojek lagi dan melatih seperti itu lagi," ujarnya.
"Kalau saya cuma dari bayaran sebagai pelatih dan nggak narik ojek, saya puyeng juga nggak bisa meninggalkan yang untuk istri dan bayi di kontrakan. Saya bisa tambah sengsara," sambungnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.