SOSOK Tgk Bantaqiah Tokoh Aceh yang Bikin Eks Panglima TNI Andika Perkasa Sedih Kenang Kisahnya

Inilah Sosok salah satu tokoh Aceh, Tgk Bantaqiah, yang mendadak jadi sorotan lagi. Kisahnya bikin mantan Panglima TNI Andika Perkasa sedih.

Kolase SURYA.co.id
Kolase foto Jenderal Andika Perkasa dan Tengku Bantaqiah. simak sosok Tgk Bantaqiah Tokoh Aceh yang Bikin Eks Panglima TNI Andika Perkasa Sedih Kenang Kisahnya. 

SURYA.co.id - Sosok salah satu tokoh Aceh yang terkenal, Tgk Bantaqiah, mendadak jadi sorotan lagi.

Hal ini lantaran kisahnya diungkap mantan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Bahkan Andika Perkasa berkaca-kaca saat mengenang kisahnya.

Andika menyebutkan, pembantaian Tgk Bantaqiah merupakan kenangan paling memorable sewaktu beroperasi di Aceh.

"Timtim kita tiga kali, tapi menurut saya yang paling memorable ya yang di Aceh ini," ungkap Andika dikutip dari Serambinews.com.

Bertugas selama 1 tahun 3 bulan di Aceh, ia bercerita waktu itu yang dinyatakan sebagai daerah operasi hanya Aceh Timur, Aceh Utara dan Pidie.

"Jadi, Aceh Besar saja nggak, Banda Aceh itu nggak, apalagi Aceh Barat, Aceh Tengah, itu nggak mas," ungkap Andika.

Baca juga: PENGALAMAN TEMPUR Eks Panglima TNI Andika Perkasa yang Paling Diingat, Kisahnya Mengharukan

Meski demikian, dirinya sempat bertanya-tanya kenapa ditugaskan beroperasi di Aceh Barat (kini Nagan Raya), tempat Tgk Bantaqiah dan para santrinya berada.

"Intelijen saya mengatakan, kok mereka ada di luar daerah operasi, tapi intelijen informasi yang saya dapat kok menunjukkan atau mengantar saya ke daerah yang bukan daerah operasi," ungkap Andika membatin kala itu.

Meski demikian, eks Panglima TNI memutuskan untuk tetap pergi karena perintah operasi.

Waktu itu Andika pergi hanya satu tim yang terdiri dari sembilan orang ke Aceh Barat yang waktu bukan daerah operasi.

Setelah berjalan ke arah gunung dan jalan setapak selama dua hari, tim tersebut kemudian sampai ke sebuah perkampungan di tengah hutan yang berdekatan dengan sungai.

"Informasi saya mengatakan orang itu ada teungku, Tgk Bantaqiah namanya. Rupanya orang ini difabel, terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna," kenang Andika.

"Tapi, ia sebagai salah satu tokoh, ini berdasarkan informasi. Begitu saya ketemu, saya jadi ragu, tidak seperti yang saya dengar," tambahnya.

Menurut pandangannya, sosok tersebut begitu lemah, sudah lanjut usia dan difabel.

"Apa mungkin? Akhirnya saya berusaha untuk meluluhkan aja hati, karena dia terbuka kan," ujar Andika.

Sebelumnya, informasi yang sampai kepada Andika dan tim kalau Tgk Bantaqiah dianggap sebagai sosok yang melindungi, memberikan tempat bersembunyi ke kelompok bersenjata Gerakan Aceh Merdeka ( GAM).

"Saya dekati segala macam, jadi sama sekali tidak saya perlakukan seperti yang di-briefing-kan," kenang Andika.

Setelah sebulan berada di sana, hubungan mereka dengan Tgk Bantaqiah semakin membaik, sosok tersebut malah terbuka memberikan sejumlah informasi.

"Saya lebih percaya kepada hati kecil saya, orang ini gak mungkin (membelot)," kata Andika.

"Berbeda dengan informasi yang saya terima. Dia lebih seperti orang yang terpaksalah,” tambahnya.

Kenal dengan Tgk Bantaqiah membuat Andika dkk malah terbantu mendapatkan banyak informasi penting.

"Sehingga hubungan baik yang sudah bagus itu bisa menemukan ladang ganja yang gak ada orang tahu, tempat persembunyian kelompok bersenjata,” tambahnya.

Meski demikian, eks Panglima TNI itu cukup kecewa mendengar kabar kalau Tgk Bantaqiah dihabisi oleh aparat beberapa tahun setelahnya.

"Beberapa tahun kemudian saya dengar yang bersangkutan ini justru dihabisin, saya begitu mendengar beberapa tahun kemudian rasanya sedih saya,” ungkap Andika.

“Benar-benar sedih, sampai masih ingat ya sekarang," ucapnya sambil mata berkaca-kaca.

Ia masih tidak percaya seorang difabel seperti Tgk Bantaqiah dihabisi dengan tuduhan terlibat GAM.

Sebab dirinya sudah membuktikan sendiri saat tinggal di sana, tidak ada indikasi yang menunjukkan kalau Tgk Bantaqiah sebagaimana yang dicurigai selama ini.

Justru sosok tersebut membantu jalannya operasi Andika dkk di sana.

"Apa iya, apa perlu kita harus habisi gitu lho, itu yang terjadi yang paling memorable," pungkasnya.

Sosok Tgk Bantaqiah

Melansir dari Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Sejarah, Universitas Syiah Kuala, Teungku Bantaqiah lahir pada
tanggal 20 Agustus 1948 di Desa Ulee Jalan, Keude Seumot, Kecamatan Beutong, Nagan Raya.

Teungku Bantaqiah berasal dari keluarga ulama di Beutong, Ayahnya dikenal sebagai Teungku Ukom, sebutan Teungku Ukom kiranya berkenaan dengan jabatannyasebagai pakar hukum islam atau sebagai kadi pada masa kerajaan Seunagan.

Kakeknya adalah Teungku Syaikhuna Muhammad Asyiek adalah seorang wali atau Teungku yang memiliki karamah.

Masyarakat Beutong menganggap Teungku Syaikhuna Muhammad memiliki karamah kewalian.

Teungku Asyiek menurut masyarakat setempat sering mengikuti ritual rapa’i dengan sejumlah orang berjubah putih pada tengah malam jum’at hingga subuh di belantara hutan Beutong.

Gelar Syaikhuna itu sendiri menjelaskan bahwa Teungku Asyiek bertarekat Rifai’iyyah.

Teungku Bantaqiah dibesarkan dikeluarga yang sangat religius, hingga ia sendiri mampu mendirikan Dayah atau Pesantren yang diberi nama Babul Mukarramah, sebagimana tradisi leluhurnya dalam menyebarkan agama Islam.

Teungku Bantaqiah dikenalsebagai figur yang kontroversial dan memiliki perjalanan hidup yang unik.

Masa mudanya yang dijalani di Beutong Bawah pernah diwarnai kegiatan yang bersifat negatif, namun akhirnya ia menemukan kesadaran untuk kembali kepada ajaran agama.

Sejak itu, Teungku Bantaqiah belajar ke sejumlah pesantren. Teungku Bantaqiah melakukan pengembaraan untuk mendalami ilmu agama ke berbagai tempat di Aceh, seperti Aceh Tengah, Pidie, Aceh Timur.

Setelah itu, Teungku Bantaqiah juga pergi berkhalwat (kaluet), di belantara Beutong. Teungku Bantaqiah memiliki keterampilan dalam hal pengajaran agama dan karamah.

Pendidikan formal Teungku Bantaqiah hanya sampai kelas 3 Madrasah Ibtidaiyyah.

Meskipun demikian Masyarakat percaya dari tarekat Rifa’iyyah Teungku Bantaqiah mendapat warisan kesaktian, terutama perihal kekebalan sebagaimana yang biasa dimiliki oleh para pemain rapa’i dabus.

Salah satu ulama yang pernah dikunjunginya dalam menimba ilmu agama adalah Teungku Keude dari Menasah Dayah, Nagan Raya.

Teungku Keude adalah ulama yang sudah mencapai taraf kasyaf. Pengajaran keagamaannya sangat sederhana, yakni menekankan cara membaca Al-Qur’an, Bismillah, dan surat Al-Fatihah.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved