KKB Papua
FAKTA SEBENARNYA Uang Tebusan Pilot Susi Air Rp 5 M yang Dibantah KKB Papua, Ini Klarifikasi Kapolda
Terungkap fakta sebenarnya kabar KKB Papua minta uang tebusan Rp 5 miliar untuk pembebasan Pilot Susi Air.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Terungkap fakta sebenarnya kabar KKB Papua minta uang tebusan Rp 5 miliar untuk pembebasan Pilot Susi Air.
Kabar tersebut sempat dibantah keras oleh pihak KKB Papua.
Mereka dengan tegas mengaku tak pernah melontarkan tuntutan tersebut.
Dalam video berdurasi 2 menit lebih 2 detik yang diterima Tribun-Papua.com dari juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom, Egianus Kogoya menyebut bahwa kabar pihaknya meminta uang tebusan Rp 5 miliar hanya omong kosong.
Egianus Kogoya menegaskan pihaknya hanya menginginkan kemerdekaan Papua sebagai syarat pembebasan pilot Susi Air.
"Saya tangkap pilot itu hanya mau merdeka. Saya tidak pernah minta uang tebusan seperti berita yang beredar," ucapnya, melansir dari Tribun Papua.
Egianus Kogoya mengatakan, pihaknya tidak akan menerima uang Rp 5 miliar atau lebih dari pemerintah Indonesia.
Ia hanya akan melepas pilot Susi Air jika Papua merdeka.
"Kalau Papua tidak merdeka, kami tidak akan menyerahkan pilot. Jadi soal permintaan Rp 5 Miliar dari Kodap III itu omong kosong," tegasnya.
Sementara itu, Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menambahkan, mereka juga sudah berusaha untuk meyakinkan bahwa Egianus Kogoya dan pasukan siap membebaskan pilot Susi Air.
Namun, karena adanya informasi yang menurutnya keliru, maka Egianus Kogoya kembali menegaskan kepada mereka bahwa tetap menyandera pilot Susi Air.
"Oleh karena itu kami harus kerja keras lagi untuk lobi Panglima Egianus Kogoya dan pasukannya, supaya pilot asal Selandia Baru itu bisa diselamatkan," ujarnya.
Klarifikasi Kapolda Papua
Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri telah mengklarifikasi kabar tersebut.
"Saya sudah sampaikan bahwa Egianus dan kelompoknya tidak pernah meminta uang itu," ujar Fakhiri di Jayapura, Senin (10/7/2023), dikutip dari TribunPapua.com.
Menurut Fakhiri, saat itu pihaknya hanya meminta pemerintah untuk menyiapkan sejumlah uang apabila proses negosiasi tak membuahkan hasil.
Hal tersebut ia lakukan karena pihaknya menghindari upaya represif dan menyebabkan jatuhnya korban dari sisi aparat maupun masyarakat.
"Jadi saya bilang saat itu, kalau mereka membutuhkan uang, yang penting tidak lebih dari Rp 5 miliar, ya pemerintah siapkan saja."
"Yang penting pilot ada pada kami, dan uang dikasih ke mereka. Karena kita tidak ingin ada dampak lagi dari penyanderaan itu."
"Jadi apa yang dibilang Egianus itu benar, mereka nggak pernah minta uang," terang Fakhiri.
Diketahui sebelumnya, KKB Papua Egianus Kogoya terus 'mempermainkan' nasib pilot Susi Air asal Selandia Baru, Philip Mark Mehrtens yang disandernya.
Egianus Kogoya awalnya meminta uang tebusan senilai Rp 5 Miliar dan pemerintah siap memenuhi, namun kini mereka ngelunjak meminta merdeka dan senjata.
Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo. mengungkapkan bahwa KKB Papua dibawah pimpinan Egianus Kogoya minta tebusan hingga Rp 5 miliar.
Tebusan tersebut untuk pembebasan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens.
Namun yang terjadi bahwa klompok separatis tersebut tidak pernah membuka komunikasi untuk proses negosiasi setelah permintaan uang tebusan.
Menurutnya, pihak Pemerintah Daerah telah menyiapkan uang tebusan agar pilot Susi Air dapat dikembalikan dalam kondisi sehat.
Namun, ia menyebut, pihak KKB pimpinan Egianus Kogoya tak pernah membuka negosiasi hingga saat ini.
"Sebetulnya terkait hal itu Pemda sedang menyiapkan pembayaran uang petugas sejak awal pada saat adanya tuntutan kelompok Egianus Kogoya," kata Benny, seperti dikutip dari Kompas TV, Minggu (2/7/2023).
"Beberapa saat setelah penyanderaan muncul video pertama adanya tuntutan kepada pemerintah RI yaitu sejumlah uang, senjata, bahan makanan dan bahan medis."
"Waktu itu (permintaannya) sebesar Rp 5 miliar, nanti itu dalam proses negosiasi berapa yang akan bisa disanggupi.
Namun sejak kita mencoba ruang komunikasi hingga saat ini KKB Egianus tidak pernah membuka negosiasi dengan kami," paparnya.
Menurut Benny, polisi tetap akan melakukan proses hukum untuk mengantisipasi hal yang sama terjadi kembali.
"Semua bisa antisipasi hal tersebut bahwa upaya hukum akan tetap kita tegakkan, kita juga akan memproses secara hukum," katanya.
Sementara itu Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri menegaskan tidak akan memenuhi dua permintaan KKB Egianus, yakni merdeka dan senjata.
"Tidak mungkin kami mengabulkan kedua permintaan itu (merdeka dan senjata)," kata Fakhiri di Jayapura, Kamis (29/6/2023).
Sedangkan untuk permintaan tebusan uang masih bisa disiapkan.
"Namun, untuk uang yang juga diminta akan disiapkan dan diserahkan kepada Egianus Kogoya asal sandera yang berkebangsaan Selandia Baru itu dibebaskan dan diserahkan ke aparat keamanan," tuturnya.
Untuk diketahui KKB Egianus Kogoya telah menyandera pilot Susi Air Kapten Philip Mark Merthens sejak 7 Februari 2023 lalu.
TNI memberikan respons terkait berakhirnya batas waktu yang diberikan KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya untuk negosiasi pembebasan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mehrtens.
Sebelumnya, Egianus melontarkan ancaman dengan memberi waktu dua bulan untuk membebaskan tawanannya.
Kapten Philp disandera sejak Februari 2023 itu pun telah berakhir pada Sabtu (1/7/2023).
KKB Papua diketahui bakal melukai Kapten Philip Mark Mehrtens apabila pemeritah tak merespons permintaan Egianus Kogoya itu.
Permintaan Egianus Kogoya dan kelompoknya itu yakni meminta memisahkan diri dari Indonesia atau merdeka dan senjata dalam proses pembebasan sang pilot.
Merespons hal tersebut, Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksda Julius Widjojono angkat suara.
Julius menegaskan, jika hal itu benar terjadi, maka KKB Papua tahu konsekuensinya.
Adapun maksud konsekuensinya, yakni perihal kemerdekaan Papua.
"Jika ancaman itu dilakukan, saya yakin mereka tahu konsekuensinya utamanya dari negara pendukung kemerdekaan Papua, dan secara strategi operasi akan lebih memudahkan Satgas untuk lakukan operasi," kata Julius, Jumat (30/6/2023).
>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.