Berita Bangkalan

Rasa dan Omzet Daging Sapi Madura 'Gurih' di Kalimantan, Sampai Rela Jemput 200 Ekor ke Bangkalan

karkas yang meliputi berat daging; tanpa kepala, kaki, jeroan, dan kulit, mencapai 48 persen dari berat tubuhnya.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya.co.id/ahmad faisol
Ratusan sapi asal Madura diberangkatkan dari Pelabuhan Telaga Biru, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan untuk memenuhi permintaan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Selasa (20/6/2023). 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Tidak ada yang membantah keunggulan kualitas daging sapi asal Madura, bahkan kerinduan warga Kalimantan pada ternak asal Pulau Garam itu kian besar di momen Idul Adha sekarang. Sebutan 'gurih' dari warga Kalimantan pada daging sapi Madura itu, juga berlaku pada omzet yang diraup dari transaksinya.

Penuturan H Basir (50), warga perantauan di Banjarmasin, daging sapi Madura memang selalu ditunggu di Kalimantan Selatan. Bahkan ia sampai rela datang ke Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan untuk memberangkatkan 200 ekor sapi dari Pelabuhan Telaga Biru, Selasa (20/6/2023).

Pemberangkatan ratusan sapi itu dilakukan dengan cara diangkut dengan beberapa perahu kecil untuk nantinya dipindahkan ke perahu yang berukuran lebih besar. Tentu saja proses itu memakan waktu hingga seharian.

“Daging sapi Madura bagus, karena punya kokot (kikil) padat, rasanya gurih kata orang Kalsel. Tetapi saat ini persediaan daging sapi Madura hampir habis,” ungkap H Basir kepada SURYA ketika ditanya alasan memilih untuk memberangkatkan sapi-sapi asal Madura.

Pernyataan Basir tentang kualitas daging sapi bukan tanpa alasan. Daging sapi Madura kualitasnya hanya kalah dari daging sapi Bali. Karakter daging sapi Madura berwarna merah cerah, empuk, berserat halus, dan rendah kandungan lemak.

Keunggulan lainnya, karkas yang meliputi berat daging; tanpa kepala, kaki, jeroan, dan kulit, mencapai 48 persen dari berat tubuhnya. Sementara karkas sapi Bali mencapai 51 persen dan karkas sapi lain di Pulau Jawa hanya mencapai 45 persen.

Pemberangkatan 200 ekor sapi itu hanya 10 persen dari permintaan di Kalsel. “Selain karena gurih, melimpahnya populasi sapi Madura yang menjadikan alasan kenapa saya datang sendiri ke sini. Saya juga ingin membantu pasokan daging sapi di Kalsel kembali normal, permintaan lumayan banyak hingga 2.000 ekor sapi,” jelasnya.

Sekedar diketahui, populasi sapi Bangkalan dalam setiap tahunnya terus meningkat. Data yang dihimpun SURYA dari Dinas Peternakan Kabupaten Bangkalan menyebutkan, populasi sapi jantan, betina, usia dewasa, dan usia anak di tahun 2018 terdata sejumlah 206.000.

Jumlah tersebut terus meningkat di tahun 2019 dengan jumlah 247.437 ekor, di tahun 2020 sebanyak 259.923 ekor, dan di tahun 2021 mencapai sejumlah 276.476 ekor. Kontribusi populasi sapi Bangkalan di Jatim menyentuh angka 4,89 persen dari total 4.637.905 populasi sapi di Jatim pada tahun di tahun 2019.

Dan menyambut Idul Adha ini, pengusaha sapi seperti Basiri juga merasakan rezeki yang tidak sedikit. Meski itu harus memiliki modal yang juga besar.

“Hari ini saya kirim sapi Madura ke Banjarmasin sejumlah 200 ekor sapi menggunakan perahu, perjalanan sekitar 28 jam. Kalau nanti kurang, saya kirim lagi. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 12 juta hingga Rp 25 juta per ekor,” pungkas Basir yang juga pengusaha daging sapi.

Kalau dikalkulasi, dengan harga Rp 12 juta per ekor maka Basir harus memiliki modal sampai Rp 2,4 miliar untuk membeli 200 ekor sapi. Belum kalau dijual dengan harga Rp 25 juta per ekor, sehingga untuk membeli 200 ekor sapi, Basir harus menyiapkan Rp 5 miliar padahal di Kalsel sapi-sapi itu mungkin dijual dengan harga lebih tinggi. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved