PEMILU 2024

Mantan Caleg Blak-blakan Bicara Money Politics, Termasuk Beli Nomor Urut ke Partai

Semua partai sudah pasti menolak cerita itu, meskipun tidak pernah bisa menghentikan  cerita umum di masyarakat, baik dari pelaku maupun penerimanya.

|
Editor: Suyanto
antara
ILUSTRASI COBLOSAN PEMILU - Seorang warga mencelupkan jarinya ke tinta pemilu usai melakukan pencoblosan 

Ia mengatakan, pemberiannya terhadap konstituen saat itu diniatkan untuk bersedekah. Sehingga, katanya, ketika kalah di Pemilu 2014, narasumber mengaku tetap santai dan tidak ada beban.

"Saya niatkan apa yang saya keluarkan itu saya sedekahkan. Saya enggak tahu itu money politic atau bukan. Dan saya keluarkan tidak dalam bentuk uang. Saya keluarkan misalnya mengganti mesin air musala yang rusak, toa (pengeras suara) musala yang rusak, lekar untuk pengajian, wireless buat pengajian," ungkapnya.

"Itu yang saya berikan. Karena niatan saya seandainya saya enggak jadi, ini jadi amaliah. Kalau saya dulu pribadi gitu," katanya.


Beli nomor urut Caleg

Narasumber kemudian menceritakan adanya praktik pemberian uang dari caleg kepada pengurus DPD partai untuk mendapatkan nomor urut muda atau paling tidak sesuai dengan yang diinginkan caleg tersebut.

"Setelah dia masuk (seseorang daftar menjadi caleg). Ada juga mungkin ketua-ketua DPD itu atau tim dari ketua DPD itu yang bermain di situ, ada juga, tapi tidak semuanya mungkin," ungkap narasumber.

"Biasanya itu terjadi di nomor urut ya. Yang ditaruh nomor urut sini, dia enggak mau. Minta nomor urut dimudakan, 'bisa nanti nomor 8', 'ah saya enggak mau'. 'Yaudah nanti ini untuk administrasinya karena harus merubah dan sebagainya', nah itu digeser (nomor urut)," sambungnya.

Baca juga: Survei LSI Denny JA: Simulasi Prabowo vs Ganjar, Pemenangnya Prabowo, Lihat Basis Pemilihnya

Ia menjelaskan, praktik pemberian mahar untuk nomor urut itu dilakukan secara empat mata antara caleg yang bersangkutan dengan oknum pengurus partai.

Ia mengaku, mengetahui hal tersebut dari pengalamannya mendapat informasi dari pengurus DPD partai, bahwa nomor urutnya sempat ingin ditukar oleh caleg lain yang berusaha "membeli nomor urutnya".

Sebagai informasi, narasumber saat itu menempati nomor urut tiga.
Berdasarkan pengakuannya, ia tak melakukan praktik pemberian uang apapun kepada pihak pengurus DPD partainya.

"Ya dengar-dengar aja. Dan saya pun waktu itu sempat mau digeser, nomor saya mau dituker. Tapi karena sekjennya pada saat itu orang baik, saya anggap, dan dia memang baik, dia enggak mau (tukar-menukar nomor urut) karena sudah mendekati DCT," katanya.

Menurutnya, praktik tersebut tidak menutup kemungkinan bisa terjadi di mana saja.

"Saya pernah dulu hampir (digeser), disampaikan ke saya 'kamu tadi nomornya mau ditukar, tapi saya enggak kasihlah. Enggak mau', gitu. Jadi enggak sempat terjadi," ucapnya.

Sementara itu, ia menerangkan, beberapa pengurus partai memiliki kepekaan untuk melihat siapa caleg yang ambisius untuk menang dan siapa yang tidak.

Sehingga, lanjutnya, caleg yang kerap diajak bicara secara internal merupakan orang-orang yang sejak awal menunjukkan kekayaannya.
"Dia (caleg lain) ingin jadi anggota dewan, ambisiusnya kelihatan, nah itu bisa dimainkan yang begitu," katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved