Berita Surabaya

Tingkat Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih di Bawah Target

Tingkat pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Penulis: Zainal Arif | Editor: irwan sy
zainal arif/surya.co.id
Dosen Prodi S1 Kebidanan Unusa, Dr Fauziyatun Nisa SST MKes, mengajarkan Pijat Oksitosin yang bermanfaat untuk melancarkan produksi ASI kepada warga Kelurahan Wonokromo Surabaya, Rabu (6/7/2023). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Hal ini menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan gizi dan mengurangi angka stunting di negara ini.

Menyikapi situasi tersebut, Dosen Prodi S1 Kebidanan Unusa, Dr Fauziyatun Nisa SST MKes, menawarkan sebuah solusi melalui penelitian yang sudah dilakukan untuk disertasinya yakni dengan peningkatan self leadership dan psychologycal capital ibu dalam memberikan ASI eksklusif

Perlu diketahui, ASI eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun selama enam bulan pertama kehidupan bayi.

Namun, faktanya menunjukkan bahwa tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah.

"Dalam standar global yang ditetapkan oleh WHO, target pemberian ASI eksklusif adalah sebesar 50 persen. Namun, faktanya hingga tahun 2021, hanya 45 persen ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Angka ini masih di bawah target yang ditetapkan, dan hal ini sangat mirip dengan situasi di Indonesia di mana hanya 60 persen ibu di seluruh dunia yang memberikan ASI eksklusif," ujar Fauziyatun saat ditemui SURYA.co.id di Balai RW 3 Kelurahan Wonokromo Surabaya, Rabu (7/6/2023).

Pemberian ASI eksklusif memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas gizi bayi dan mencegah stunting (kondisi kekurangan gizi kronis pada anak). 

Dosen Prodi S1 Kebidanan Unusa itu menjelaskan bahwa ASI merupakan satu-satunya makanan yang terbaik yang dapat dicerna oleh lambung bayi pada enam bulan pertama kehidupannya.

"Setelah enam bulan, baru diperkenalkan makanan tambahan, bila dalam enam bulan pertama sudah diberikan susu formula atau makanan lainnya, dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti diare dan alergi susu sapi pada bayi," tambahnya.

Penting bagi ibu untuk menjaga kualitas ASI dengan memastikan pikiran dan perasaan mereka tetap positif, memimpin diri sendiri (self leadership) bahwa ibu bisa memberikan ASI eksklusif

Di samping itu ibu juga harus mengonsumsi makanan sehat seperti sayur-mayur, makanan yang mengandung protein hewani, serta banyak minum air.

Untuk menggali lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Indonesia, Fauziyatun bahkan sampai melakukan penelitian yang melibatkan 225 ibu menyusui di Kota Surabaya.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas ibu di Surabaya tidak memberikan ASI eksklusif karena kurangnya kekuatan ibu dalam mempengaruhi dirinya sendiri (self leadership) dalam memberikan ASI eksklusif dan kurangnya intensi sejak hamil serta dukungan sosial lingkungan sekitar.

"Dalam penelitian yang saya lakukan, sebagian besar ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena kurangnya intensi sejak hamil dan kurangnya kemampuan untuk mensugesti diri bahwa mereka mampu memberikan ASI eksklusif. Edukasi psikologis dan dukungan sosial serta konsumsi makanan yang sehat dapat menjadi faktor komplementer dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif," ungkapnya.

Penelitian ini menyoroti pentingnya peran ibu dalam memberikan ASI eksklusif untuk mencapai target gizi yang optimal bagi bayi. 

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved