Sosok Detektif Swasta di Indonesia Langganan Artis dan Pejabat, Profesi Bermula dari Kebetulan

Melakoni profesi sebagai detektif tentu bukan hal mudah. Tapi, itulah yang dilakoni pria berusia 45 tahun bernama Jubun. Ini sosoknya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Adrianus Adhi
Kolase KOMPAS.com BAHARUDIN AL FARISI/CANVA
Jubun, detektif swasta di Indonesia langganan artis dan pejabat 

SURYA.CO.ID - Melakoni profesi sebagai detektif tentu bukan hal mudah. Tapi, itulah yang dilakoni pria berusia 45 tahun bernama Jubun.

Sudah 15 tahun Jubun melakoni profesi sebagai detektif swasta di Indonesia. 

Profesi itu tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Jubun. Bermula dari sebuah kebetulan, ketika seorang teman meminta bantuan untuk mengungkap sebuah kasus.

"Saya benar-benar tidak terpikirkan sama sekali, tidak ada angan-angan," kata Jubun, dikutip dari Kompas.com.

Semula Jubun merupakan seorang pengusaha penyedia jasa petugas keamanan untuk sebuah instansi, mal, hingga pengawal pribadi.

Pada 2007, seorang teman bercerita tentang sang keponakan yang sudah tiga tahun belum kembali ke rumah setelah sebuah pertengkaran.

Segala cara sudah dicoba demi mengetahui keberadaan sang keponakan, tetapi hasil tetap nihil. Alhasil, temannya tersebut meminta bantuan Jubun untuk menemukan sang keponakan.

"Jadi, mamanya itu waktu itu ada penyakit. Kata dokter, ini penyakit berbahaya dan mesti ambil tindakan medis. Mamanya bilang, 'Sebelum gue meninggal, gue ingin bertemu dengan anak'," ujar Jubun.

Singkat cerita, Jubun berhasil menemukan sang keponakan dan pihak keluarga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Berangkat dari situ, profesi Jubun sebagai pihak penyedia jasa petugas keamanan menjadi bergeser. Tiba-tiba, ia banyak mendapatkan permintaan tolong untuk memecahkan kasus.

Seiring dengan waktu, ia mempelajari lebih dalam bagaimana perkembangan teknologi, memperluas relasi, dan masuk ke komunitas detektif internasional.

Karena permintaan yang begitu tinggi, alhasil Jubun mendirikan Aman Sentosa Investigation Agency pada 2008. Ia juga mulai merekrut orang untuk dijadikan sebuah tim.

"Kami ada tiga tim. Tim pertama untuk menggali informasi target melalui media sosial, ada tim yang menjalin hubungan emosional dengan target, dan tim pengintaian," ungkap Jubun.

Menariknya, Jubun memastikan masing-masing tim tidak kenal satu sama lain. Hal ini demi menjaga kerahasiaan klien serta menghindari pengkhianatan.

Dari ribuan kasus yang sudah ditangani, 85 persen kasus tersebut adalah urusan rumah tangga.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved