Berita Lamongan

Mahasiswi Lamongan Sukses Usaha Songkok, Kreasinya Diminati Pasar Hingga Banjir Order Saat Ramadhan

Meroketnya orderan songkok itu diakui oleh Niken juga berkat terobosan dalam pemasaran memanfaatkan marketplace atau online.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Deddy Humana
surya/hanif manshuri
Niken Anggraini dan produksi songkoknya di Lamongan yang siap dikirim ke berbagai wilayah di Indonesia, Kamis (30/3/2023). 

SURYA.CO.ID, LAMONGAN - Untuk bisa berperan penting dalam kesuksesan usaha, anak muda zaman sekarang memang harus berani melangkah dan kreatif. Membuang jauh rasa gengsi, Niken Anggraini (21), seorang mahasiswi dari sebuah perguruan tinggi di Lamongan malah menuai sukses dari menerjuni produksi songkok kreasi di Desa Pengangsalan, Kecamatan Kalitengah.

Niken terlecut karena merasa jenuh melihat kedua orangtuanya, Anisa dan Ariyanto, yang tidak menapaki perbaikan ekonomi selama menjadi pekerja di sebuah rumah produksi songkok. Tak dinyana, ketika menangani produksi songkok rumahan sendiri, Niken mampu mendulang pundi-pundiĀ  besar dan menembus pasar di beberapa daerah di tanah air.

"Waktu itu, kedua orangtua saya bekerja di salah satu perusahaan songkok tetapi kondisi ekonomi selalu pas-pasan saja," kisah Niken kepada SURYA, Kamis (30/3/2023).

Niken yang memang kuliah jurusan ekonomi pun tertantang untuk menerapkan ilmu yang didapatkannya lewat usaha riil. Karena berkaitan dengan selera orang pada perlengkapan penutup kepala itu, Niken pun berpikir keras.

Dan pada 2019, Niken bersama kakaknya, Jhary Adhiarta (28), Niken nekad mengambil alih usaha kedua orangtuanya. Produksi songkok yang identik untuk perlengkapan pria pun dimulai kedua perempuan itu.

Dan benar saja, ide-ide segar dari kepala muda dua perempuan itu melahirkan kreasi songkok yang banyak ragam. Mereka tidak setengah hati menuangkan idenya menjadi berbagai kreasi motif songkok untuk dilempar ke pasaran.

Ada songkok motif bludru halus soga lukis, AC, AC Pucuk, Full AC Anisa Bludru dan songkok tanpa lapisan kertas di dalamnya. Respons pembeli cukup bagus meski semangat yang baru membara sempat meredup karena mendadak pandemi Covid-19 menerpa.

Dengan sisa enerji di tengah himpitan wabah, Niken tak patah semangat dan membuat beragam terobosan. Dengan 20 karyawan warga desa dan luar desa, ia bertekad untuk tetap bekerja di tempatnya.

Semangat Niken membuahkan hasil dan survive selama pandemi. Bahkan masih memenuhi permintaan dari beberapa daerah di Indonesia. Pesanan terus mengalir, utamanya saat bulan puasa Ramadhan 1444 Hijriyah sepekan ini.

Tetapi di hari-hari sebelum Ramadhan, dalam sehari Niken sudah ngebut memenuhi permintaan songkok 10 kodi atau 200 buah songkok. Dan di bulan Ramadhan kali ini permintaan songkoknya malah naik hingga 100 persen. "Dalam sehari saya bisa memenuhi pesanan konsumen sebanyak 20 kodi atau 400 songkok. Alhamdulillah," ungkapnya.

Pesanan datang dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Niken mengaku merasakan berkah puasa Ramadhan tahun ini, setelah berakhirnya pandemi Covid-19. Meroketnya orderan songkok itu diakui oleh Niken juga berkat terobosan dalam pemasaran memanfaatkan platform marketplace atau online.

Dengan memanfaatkan teknologi digital, ia merasakan peningkatan orderan. "Omzet penjualan naik, berbeda dengan masa pandemi Covid-19 lalu, " ungkapnya.

Menurutnya, pemasaran melalui marketplace ternyata membuat omzet meningkat karena produksinya laris manis di pasaran tanah air. Harga songkok produksi Niken dipatok mulai dari Rp 26.000 hingga Rp 70.000 per buah. "Harga itu tergantung motif dan kualitas bahannya. Atau tingkat kesulitan produksinya, " kata Niken.

Mengingat kerajinan songkok kini menjadi mata pencarian utama keluarganya, Niken harus mempertahankan kepercayaan konsumen dengan menyuguhkan kreasi dan kualitas produksi. Apalagi di sentra industri songkok di Desa Pengangsalan, ia bukanlah satu-satunya. "Karena mayoritas warga Desa Pengangsalan ini adalah perajin songkok," katanya.

Banyak mendapatkan ilmu di bangku kuliah, Niken mengaku harus mengadopsi ilmu tersebut untuk melanggengkan dunia usahanya, produksi songkok. Saat pandemi, ia harus bertahan menjalankan usahanya dan tetap bisa memenuhi permintaan songkok, meski ada penurunan. ******

Sumber: Surya
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved