Inspirasi Usaha

Kopi Mangrove Pilang Lestari, Kopi Rempah Buatan Warga Pilang Kota Probolinggo yang Kaya Cita Rasa

Di tangan Sutarto Ardi (65), warga Jalan Tangkuban Perahu, Kelurahan Pilang, Kademangan, Kota Probolinggo, kopi bisa menjadi kaya rasa.

Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: irwan sy
danendra kusumawardana/surya.co.id
Sutarto Ardi (65) warga Jalan Tangkuban Perahu, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo menunjukkan kulit biji mangrove yang sudah mengering dan produk Kopi Mangrove Avicennia buatannya, Jumat (17/3/2023). 

SURYA.co.id | PROBOLINGGO - Di tangan Sutarto Ardi (65), warga Jalan Tangkuban Perahu, Kelurahan Pilang, Kademangan, Kota Probolinggo, kopi bisa menjadi kaya rasa. 

Sutarto mencampurkan kopi dengan beragam rempah-rempah. 

Bahkan, dia juga menambahkan bahan kulit dari biji mangrove

Tak ayal, produk kopi buatannya dinamai Kopi Mangrove Avicennia Pilang Lestari. 

Saat ditemui di kediamannya, Sutarto tampak sibuk menyangrai kopi di dapur. 

Kopi dalam belanga tersebut terus ia aduk pakai spatula kayu supaya tidak gosong. 

Seketika itu pula aroma kopi pun langsung menyeruak. 

Sutarto bercerita ide mengolah kopi mangrove tersebut dicetuskan oleh Dinas Pertanian Kota Probolinggo pada 2011.

Dinas Pertanian bilang kepada Sutarto jika kulit biji mangrove bisa menjadi opsi bahan campuran untuk kopi

"Pada 2011, saya adalah salah satu warga yang bertugas sebagai pembibit mangrove di Pantai Permata, Kelurahan Pilang. Kemudian, Dinas Pertanian menyarankan saya untuk membuat produk kopi mangrove. Saya lantas mengimplementasikan saran itu," katanya, Jumat (17/3/2023). 

Awal pembuatan kopi mangrove, Sutarto menemui kendala karena ini pengalaman pertamanya. 

Dia tak punya pengetahuan dasar dalam mengolah kopi

Kendala yang dihadapinya terkait rasa dan takaran campuran.

"Saya menggunakan takaran campuran 1:1 alias kopi 1 kg dan kulit biji mangrove 1 kg. Setelah saya coba, rasanya masih dominan kopi," sebutnya. 

Meski terhalang aral, Sutarto tak menyerah begitu saja. 

Dia kembali mencoba membuat kopi mangrove.

Takaran demi takaran campuran dia jajal. 

Hingga pada beberapa bulan berselang, dia menemukan takaran campuran yang pas. 

"Takaran campuran yang pas 2:1, kulit biji mangrove 2 kg dan kopi 1 kg. Pada takaran itu, rasa dari kulit mangrove bisa keluar," paparnya. 

Pada tahun berikutnya, 2012, Sutarto makin semangat belajar membuat produk kopi mangrove. 

Dia kerap menghadiri pelatihan yang diadakan Dinas Pertanian setempat. 

Setiap penjalasan yang disampaikan tutor saat pelatihan ia serap secara seksama. 

"Saya juga diberi kesempatan ikut pelatihan di Surabaya yang diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim," urainya. 

Banyak ikut pelatihan membuat ide kreatif Sutarto bertunas. 

Dia mulai mengimbuhi bahan rempah-rempah pada olahan kopi mangrovenya. 

Rempah-rempah tersebut, kayu manis, kapulaga, daun salam dan jahe merah. 

"Sehingga kopi mangrove produksi saya kaya akan cita rasa. Saya pun percaya diri untuk menjualnya," jelasnya. 

Sutarto menjual produk Kopi Mangrove Pilang Lestari dalam kemasan. Kemasan produknya juga sudah kekinian berkat bantuan Dinas Pertanian setempat. 

Sutarto membanderol produknya Rp 15.000 per pcs atau seberat 1 ons, sungguh ramah di kantong. 

Pembeli juga bisa menikmati seduhan kopi mangrove secara langsung di warung miliknya yang berada di kawasan Pantai Permata. 

Untuk pemasarannya, Sutarto mendapat dukungan dari Dinas Pertanian setempat maupun Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim. 

Produknya sering dibawa ke pameran produk UMKM. 

Rencananya, dia juga bakal memasarkan produk lewat daring guna menjangkau pembeli lebih luas. 

"Saat ini pelanggan saya berdomisili di Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Lumajang dan Surabaya. Mereka rata-rata langsung membeli di warung saya saat berwisata di Pantai Permata. Pesanan paling banyak yang saya terima 20-30 pcs," terangnya. 

Dia melanjutkan, ada beberapa proses dalam membuat kopi mangrove. 

Mulanya, biji mangrove jenis Avicennia Alba dan Marina di jemur 2 hari di bawah terik matahari. 

Setelah mengering, dia memisahkan biji dengan kulit. 

Kulit pada biji mangrovelah yang dijadikan campuran produk kopi

Sementara, biji mangrove itu ia dapat dari tanaman mangrove yang terhampar di Pantai Permata. 

Sutarto sangat hati-hati dalam memetik biji mangrove agar tak mengganggu ekosistem.

Biasanya biji mangrove dapat dipetik Mei, hanya setahun sekali. 

Dia juga rutin dalam melakukan pembibitan mangrove, tepatnya pada September. 

Sedangkan, kopi, kayu mani, kapulaga, daun salam dan jahe merah dia beli di pasar tradisional Kota Probolinggo

Jenis kopi bisa disesuaikan dengan permintaan pelanggan, biasanya dia menggunakan kopi nangka. 

"Kulit mangrove yang sudah mengering kemudian dihaluskan, berikut juga biji kopinya. Setelah halus, kulit mangrove disangrai. Setengah matang, baru dicampur dengan kopi dan rempah-rempah itu. Proses penyangraian selama 90 menit. Lalu didinginkan dan dikeman. Dalam pengerjaannya saya dibantu tiga orang, termasuk anak saya," tambahnya. 

Sementara itu, seorang pelanggan, Taufik Hidayat warga Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo memborong 5 pcs produk kopi mangrove buatan Sutarto. 

Menurut Taufik rasa kopi mangrove tergolong unik. 

Taufik kepincut dengan rasa unik itu hingga selalu balik untuk membeli kopi mangrove sebulan sekali. 

"Kopi mangrove ini kaya rasa. Rasa rempah-rempah, kulit mangrove dan kopi bercampur menjadi satu. Saat diminum juga terasa hangat di badan," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved