Berita Kota Surabaya

Setahun Surabaya Hasilkan Sampah Alat Makan Sekali Pakai, Komunitas Nol Sampah Jelaskan Bahayanya

Styrene dapat menyebabkan gangguan hormon estrogen pada perempuan. Akibatnya, dapat mempengaruhi masalah reproduksi

surya/bobby constantine Koloway
Komunitas Nol Sampah menggelar kampanye berhenti penggunaan alat makan sekali pakai pada acara Car Free Day di Jalan Darmo Surabaya, Minggu (26/2/2023). 

SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA - Persoalan pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan bersama warga Surabaya. Ingin mengajak semua pihak berkontribusi, Komunitas Nol Sampah menggelar kampanye berhenti penggunaan alat makan sekali pakai, Minggu (26/2/2023).

Acara ini digelar dalam rangkaian peringatan Hari Peduli Sampah tahun 2023 (diperingati tiap 21 Februari). Tidak sendirian, Komunitas Nol Sampah Surabaya berkolaborasi dengan trashbag Community, sekolah Adiwiyata dan Kampung Zero Waste serta Kampung Iklim.

"Kami melakukan seruan agar pemerintah Surabaya melarang penggunaan peralatan makan plastik sekali pakai," kata Koordinator Komunitas Nol Sampah Surabaya, Wawan Some seusai acara.

Berlangsung pada acara Car Free Day di Jalan Darmo Surabaya, mereka menyampaikan bahaya peralatan makan sekali pakai kepada masyarakat. "Selain jumlahnya yang terus meningkat dratis, plastik jenis Polystyteren yang dipakai dapat berbahaya bagi kesehatan manusia," jelas Wawan.

Mengutip sejumlah sumber, Wawan mengungkap jumlah sampah peralatan makan menunjukkan peningkatan di Surabaya. "Setahun, ada 28.266 ton peralatan makan sekali pakai dibuang ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) Benowo," kata Wawan.

Sampah peralatan makanan menjadi bagian dari sampah plastik. Di Surabaya, jumlah sampah plastik cukup dominan dibanding jenis lain. Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, sampah yang masuk TPA Benowo sehari mencapai 1.600 ton.

Sedangkan mengutip Kajian Tim Teknik Lingkungan ITS tahun 2021, sampah plastik di TPA Benowo Surabaya meningkat menjadi 22 persen. "Berarti sampah plastik yang masuk TPA Benowo mencapai 352 ton per hari," katanya.

Apabila dirinci, ada beberapa jenis plastik yang masuk kategori sampah tersebut. Di antaranya tas kresek (27 persen), plastik peralatan makan sekali pakai (18 persen), popok/pembalut (17 persen), botol minuman (14 persen), dan plastik kemasan (8 persen).

Pun jika diklasifikasi kembali, peralatan makan sekali pakai itu terdiri dari sendok, garpu, pisau, piring, sedotan dan gelas. Jumlahnya pun cenderung meningkat. "Sampah plastik peralatan makan sekali pakai di Surabaya sehari bisa mencapai 77,44 ton atau 28.266 ton per tahun," bebernya.

Wawan menilai, tingginya produksi Sampah plastik dari peralatan makan juga banyak disebabkan oleh gaya hidup. Dinilai lebih praktis, penggunaan peralatan makan sekali pakai sekali pakai cenderung menjadi pilihan. Padahal, beberapa negara di dunia mulai melarang penggunaan peralatan jenis tersebut. Misalnya, Inggris, Skotlandia, Wales, Kanada hingga Hongkong.

Wawan menjelaskan, penggunaan peralatan makan sekali pakai bisa merusak lingkungan. Sebab, peralatan tersebut sulit untuk terurai. Ia memaparkan, pada umumnya bahan ini terbuat dari jenis plastik polystyrene. "Polystyrene bisa didaur ulang, tetapi harus melalui proses yang panjang dan butuh waktu lama," tambah Wawan.

Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ketika makanan/minuman itu bersentuhan dengan wadah. Selain berdampak negatif pada lingkungan, penggunaannya juga bisa menimbulkan pengaruh buruk terhadap kesehatan.

Styrene dapat menyebabkan gangguan hormon estrogen pada perempuan. Akibatnya, dapat mempengaruhi masalah reproduksi. Styrene juga dapat mengganggu kesehatan otak, pertumbuhan dan sistem syaraf. "Styrene ini termasuk bahan yang harus dihindari karena berbahaya bagi kesehatan manusia," katanya.

Karenanya, ia berharap hal ini bisa menjadi pemahaman bersama. "Kami mengajak semua pihak untuk sadar. Bukan hanya pemerintah, masyarakat pun seharusnya paham akan bahaya ini," tegasnya. *****

Sumber: Surya
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved