Berita Surabaya

Manajer Persebaya Beber Fakta Sebelum Balik dari Stadion Kanjuruhan, Dapat Teror dari Aremania

Manajer Persebaya, Yahya Alkatiri ungkapkab fakta ini saat dijadikan saksi dalam sidang kasus tragedi Kanjuruhan, di Pengadilan Negeri Surabaya.

|
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Tony Hermawan
Situasi sidang kasus tragedi Kanjuruhan, di Pengadilan Negeri Surabaya pada Selasa (14/2/2023) kemarin. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Sidang kasus tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada Selasa (14/2/2023) kemarin, sempat diwarnai aksi teriakan dari puluhan anggota Brimob di depan ruang sidang.

Namun, di sidang tersebut juga terungkap fakta baru. Sebelum kesuruhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, ternyata pemain dan offisial Persebaya sempat diancam tidak bisa pulang ke Surabaya.

Aremania melakukan pengancaman itu, lantaran hasil pertandingan Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor berakhir 4-2. Aremania kecewa lantaran kalah di kandang.

Fakta itu diungkapkan Manajer Persebaya, Yahya Alkatiri ketika dijadikan saksi untuk tiga terdakwa dari latar belakang polisi.

Baca juga: Disoraki Saat Kawal Sidang Kasus Tragedi Kanjuruhan, Jaksa Kejati Jatim Akan Ambil Langkah Tegas

Kejadian jaksa diteriaki anggota Brimob saat hendak mengawal kasus tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada Selasa (14/2/2023) kemarin
Kejadian jaksa diteriaki anggota Brimob saat hendak mengawal kasus tragedi Kanjuruhan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya pada Selasa (14/2/2023) kemarin (SURYA.CO.ID/Tony Hermawan)

Menurut Yahya, saat kendaraan rantis yang dinaiki untuk balik ke Surabaya sempat dihujani lemparan batu, botol dan benda-benda keras lainnya tepat di depan Stadion Kanjuruhan. Tak lama, ia mendengar suara dari HT polisi ada dua anggota polisi tewas.

"Di situ saya benar-benar diam gak bisa apa-apa," ujarnya.

Yahya syok, lantaran benar-benar menyadari berada di tengah-tengah situasi yang cukup mengerikan.

Terlebih lagi sebelum pertandingan itu usai, Yahya mengaku berkali-kali menerima teror. Dari lagu rasis, hingga ada spanduk dengan tulisan 'Kiamatmu di Malang'.

Teror berlanjut mulai ekstrem ketika di waktu peralihan babak pertama ke babak kedua.

Pemain Persebaya dan offisial dilempari botol dan batu-batu sejak dari lapangan. Itu berlanjut hingga pertandingan selesai.

Sampai-sampai, polisi melarang Persebaya melakukan euforia terlalu lama usai laga tersebut digelar.

Mereka hanya diberi waktu 5 menit, lalu disuruh buru-buru masuk kendaraan rantis.

Yahya dan kawan-kawan akhirnya sampai Surabaya sekitar pukul setengah 3 pagi.

Di situlah, ia mendengar kabar Stadion Kanjuruhan chaos hingga mengakibatkan 135 nyawa tewas.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved