SOSOK Sukamto Loper Koran di Semarang yang Bisa Umroh Pakai Uang Receh, Perjuangannya Tak Mudah

Sosok Sukamto, loper koran di Semarang baru-baru ini jadi sorotan karena perjuangannya. Bisa Umroh Pakai Uang Receh.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
KOMPAS.COM/Muchamad Dafi Yusuf
Sosok Sukamto, Loper Koran di Semarang yang Bisa Umroh Pakai Uang Receh, Perjuangannya Tak Mudah. 

SURYA.co.id - Sosok Sukamto, loper koran di Semarang baru-baru ini jadi sorotan karena perjuangannya.

Sukamto berhasil mengumpulkan banyak uang receh dan ia pakai untuk mendaftar umroh.

Perjuangan Sukamto bekerja sebagai loper koran ternyata tak mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapinya.

Berikut rangkuman faktanya.

1. Kumpulkan Uang Receh

Pada 29 Januari 2023 dia akan berangkat umroh bersama dengan istrinya.

Sudah puluhan tahun dia menunggu momen spesial tersebut.

Sukamto merupakan penjual sejumlah koran dan tabloid di Kota Semarang.

Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Kisah Sukamto, Loper Koran di Semarang Umroh dengan Uang Receh yang Dikumpulkan Puluhan Tahun'.

Dia memulai pekerjaan tersebut sejak 1989 hingga saat ini.

Kepada Kompas.com, dia memperlihatkan tumpukan uang receh Rp 500 dan Rp 1.000 yang ada di toples dan ember.

Uang tersebut yang dia gunakan untuk mendaftar umroh.

"Awalnya ini saya kumpulkan tak sengaja karena yang membeli koran banyak yang menggunakan uang receh," kata Sukamto, saat ditemui di rumahnya, Kamis (26/1/2023).

2. Berawal Dari Iseng

Bapak dua anak tersebut awalnya mengumpulkan uang receh karena iseng.

Dia senang melihat pelanggan korannya membayar dengan uang koin.

"Awalnya saya taruh di toples, karena tak muat akhirnya saya pindah ke ember bekas cat tembok," kata dia.

Hasil dari mengumpulkan uang receh tersebut, telah terkumpul uang sebanyak Rp 16 juta.

Untuk kekurangan biaya umroh dibantu anaknya.

"Yang terkumpul hanya Rp 16 juta, saya juga dibantu anak saya selebihnya," ungkap Sukamto.

Sampai saat ini, Sukamto mempunyai 38 pelanggan koran setiap harinya.

Biasanya dia mulai berangkat mengantar koran pukul 05.00 WIB.

"Setiap hari sudah seperti itu," ujar dia.

3. Suka Duka Jadi Loper Koran

Dia mengaku menikmati pekerjaan sebagai loper koran.

Selain bisa mengetahui informasi terbaru, menjadi loper koran waktu bekerjanya singkat.

"Biasanya saya mulai habis subuh, pukul 08.00 WIB sudah sampai rumah lagi," kata dia.

Sukamto bersyukur selain bisa digunakan untuk umroh, hasil keringatnya selama puluhan tahun itu juga bisa menghantarkan anaknya bekerja di sebuah rumah sakit.

"Yang satu jadi perawat yang satunya jadi desainer," imbuh dia. Dia mengaku sedih ketika mengingat masa-masa silam.

Bekerja menjadi loper koran ternyata tak seindah seperti yang dibayangkannya.

"Pernah tak dapat uang karena korannya kehujanan.

Selain itu, uang hasil dari loper koran juga hilang dicopet," keluh Sukamto.

4. Anaknya Sudah Mapan

Meski kedua anaknya terbilang sudah mapan, Sukamto tak mau menjadi beban.

Dia tetap ingin bekerja sebagai tukang loper koran selama masih sehat.

"Kalau anak saya menyuruh untuk istirahat karena sudah tua juga. Tapi, saya tak mau merepotkan," ujar dia.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved