Citizen Reporter
Mahasiswa KKN Ubhara Ajak Warga Mengolah Sampah Organik Jadi Cairan Serbaguna dengan Eco Enzyme
Mahasiswa KKN Ubhara Surabaya melakukan praktik pengolahan sampah organik menjadi cairan serbaguna melalui penerapan Eco Enzyme.
MOJOKERTO – Penduduk Desa Nogosari, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto mayoritas bekerja sebagai petani sayur dan buah. Hal ini membuat desa ini menghasilkan sampah organik yang besar dan belum dimanfaatkan dengan baik.
Menyadari hal ini, kelompok 7 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Bhayangkara Surabaya memfokuskan kegiatan pada sosialisasi dan praktik pengolahan sampah organik menjadi cairan serbaguna melalui penerapan Eco Enzyme.
Kegiatan KKN yang diikuti 15 mahasiswa ini dilaksanakan pada tanggal 14 hingga 21 November 2022.
Menurut Andrian Yudha, koordinator lapangan KKN Kelompok 7, Eco Enzyme (EE) merupakan formula atau dalam bahasa Indonesia disebut Ekoenzim (EE) yang ditemukan Dr. Rosukon Poompanvong, pegiat pertanian organik di Thailand tahun 2003, dan dipopulerkan Dr Joean Oon, peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia.
"Melihat mayoritas warga di sini bekerja sebagai petani sayur, saya pikir dengan menerapkan program Eco Enzyme ini dapat bermanfaat karena selain meminimalisir sampah organik, juga dapat membantu menyuburkan tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi sayur di Desa Nogosari ini" kata Andrian, mahasiswa jurusan Teknik Elektro.
Baca juga: Cara Mahasiswa KKN Ubhara Surabaya Membuat Produk Kulit Tanggulangin Makin Maju dan Terkenal
Selain itu, sampah organik yang menumpuk akan menimbulkan bau yang tidak sedap karena pembusukan yang menghasilkan gas metana.
Gas metana dengan konsentrasi sebesar 5-15 persen di udara akan mudah terbakar. Gas metana yang berlebihan juga dapat menimbulkan terjadinya perubahan iklim berupa pemanasan bumi.
“Maka dengan adanya praktek Eco Enzyme akan mencegah penumpukan sampah dan menjaga lingkungan tetap sehat,” terangnya.
Proses pembuatan Eco Enzyme cukup mudah, namun membutuhkan kesabaran karena waktu fermentasi yang cukup panjang.
Diawali dengan mengumpulkan kulit buah yang bersih, tidak bergetah, tidak berminyak, dan tidak memiliki duri.
Kemudian, kulit buah yang sudah dicuci dipotong dan dimasukkan ke dalam air bersih yang sudah dicampurkan dengan cairan Molase (tetes tebu).
“Namun, jika tidak dapat menemukannya, molase dapat digantikan dengan gula merah dan tentu saja menyesuaikannya dengan takaran yang ada. Untuk takaran pembuatan Eco Enzyme menggunakan 1 kg gula merah (molase), 3 kg sisa kulit buah atau sayuran dan 10 liter air,” terangnya.
Setelah kulit buah dimasukkan ke dalam air campuran molase, kemudian diaduk terlebih dahulu, lalu ditutup rapat dengan plastik tanpa ada cela sedikitpun.
“Setelah itu, didiamkan di tempat yang bersih dan tidak lembab,” sambungnya.