Berita Surabaya
Mengenal Lebih Dekat Sosok Polwan yang Menjadi Kapolres Tanjung Perak Surabaya
Berangkat dari ketertarikannya di dunia medis, AKBP Herlina justru menemukan minat meniti karir di Satuan Polri. Seperti ini perjalanan karirnya
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Berangkat dari ketertarikannya di dunia medis, Herlina justru menemukan minat meniti karir di Satuan Polri.
Berkat kegigihannya, ia diberi tugas menggantikan AKBP Anton Elfrino Trisanto memegang tongkat komando Kapolres Tanjung Perak Surabaya.
Siapa sangka, Herlina dulu mengawali semuanya dari seorang Bintara.
Semua berawal ketika tahun 1995 Herlina lulus dari SMK jurusan pengatur rawat gigi di Kediri. Saat itu, ia punya bayangan betapa menyenangkannya jika memiliki profesi menjadi tenaga medis yang bertugas dalam Institusi Polri.
Tahun 1996, Herlina memutuskan hijrah ke Ciputat Raya No.41, Lebak Bulus, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Tempat itu adalah satu-satunya lembaga di Indonesia yang mencetak Polwan, namanya Sekolah Polisi Wanita (Sepolwan).
Dua tahun menempa ilmu di sana, wanita kelahiran Tulungagung 29 Januari 1977 ini lulus menjadi Polwan dengan mendapat pangkat Bripda.
Herlina adalah sosok yang sadar, bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting. Ia paham makna dari emansipasi wanita. Di dunia pendidikan, wanita juga perlu sekolah setinggi-tingginya.
"Waktu itu saya dapat rezeki, lalu melanjutkan studi D3 di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK)," ujarnya.
Menimba ilmu, baginya bukan hanya sekedar datang, absen, lalu pulang. Kesempatan itu benar-benar digunakan sebaiknya-baiknya. Ia betul-betul berikhtiar mencari ilmu. Sampai-sampai ia mendapat beasiswa meneruskan jenjang strata 1 di PTIK.
Energi itu, ungkap Herlina, didapat dari orang tua. Ayah ibunya sering memberi petuah-petuah, yang paling diingatnya "Setiap apa yang dilakukan lakukan harus bisa dipertanggungjawabkan". Nah, Herlina sosok yang konsisten menggemakan ulang wejangan tersebut untuk memacu semangatnya.
"Lanjut sekolah D3 selama 3 tahun, kemudian S1 selama 1 tahun. Saya akhirnya lulus jadi perwira dengan pangkat IPDA," ujarnya.
Pangkat ini menjadi pintu gerbangnya masuk menjadi polisi yang sehari-hari bertugas menyelidiki kasus.
Tugas pertamanya tahun 2001, ia pernah menjadi Kanit I Sat Binmas Mako Polres Kediri Kota.
Lalu tahun Maret 2002, Herlina menjabat sebagai penyidik di Polrestabes Surabaya. Tugasnya memberikan pendapat dan saran hukum ketika Satuan Reskrim menangani sebuah perkara.
Menjadi pembisik penyidik dilakoni selama 3 bulan. Lalu, Mei 2002, Herlina digeser menjadi Seksi Hukum di Polrestabes Surabaya.
Maret 2003, ia dimutasi menjadi Kanit II Intelkam Polres Gresik. Kemudian, Juli 2004 dipindah menjadi Kanit Renakta Sat Reskrim Polres Gresik.
Hampir dua tahun Herlina bergabung di jajaran Renakta. Tugasnya menyelesaikan perkara kekerasan remaja, anak dan wanita.
Kemudian, tahun 2006, Herlina ditarik menjadi Sat Opsnal Polda Jatim. Setahun berikutnya, ia studi lagi di PTIK dan hasilnya mendapat pangkat AKP.
Tahun 2008 menjadi masa pembuktian. Setelah cukup lama berseragam penyidik dan mendapat pangkat baru, Herlina diberi tugas menangani sendiri dinamika kriminalitas di satu wilayah. Ia digeser ke wilayah hukum Polres Madiun untuk menjadi Kapolsek Kartoharjo.
Berlanjut di tahun 2010, Herlina menjadi Kapolrek Mulyorejo Surabaya. Setahun ia bertugas di wilayah hukum Surabaya timur itu, terbilang sukses.
Hingga akhirnya pada tahun 2012, Herlina mendapat pangkat KOMPOL.
Lalu, tahun 2013, Herlina ditarik lagi ke Polda Jatim bergabung Ditreskrimum Polda Jatim untuk menjadi Kanit. Tugasnya sejak saat itu semakin naik kelas. Dari scaming hingga human trafficking pernah diselidiki.
"Ada tugas yang paling saya ingat, waktu itu menangani perkara human trafficking, saya diminta pimpinan nyamar menjadi mami-mami yang pesan brondong," ungkap Herlina.
Di posisi ini, Herlina yang merupakan ibu dari dua anak itu harus mempunyai dua karakter. Wajib tegas ketika bertugas, tapi harus cepat melunak ketika bertemu anak.
Makanya di titik ini, Herlina mengaku kalau ada waktu luang mulai sering menyempatkan olahraga. Mulai lari, bersepeda hingga tenis kerap kali dilakukan, katanya, supaya pikiran sehari-hari lebih cepat rileks.
Rentang tahun 2016-2017, Herlina pernah menjabat sebagai Wakapolres Pasuruan Kota dan Kabupaten sudah pernah dilakoni. Saat itulah, ia sudah dua kali menjajal masuk pendidikan tertinggi di Polri. Namanya Sespimmen.
Masuk di Sespimmen bukan hal yang mudah. Tidak langsung ujug-ujug berhasil. Herlina baru masuk setelah 5 kali mencoba.
Tahun 2020, ketika bertugas menjadi Pamen di Polda Jatim, ia mendapat pangkat AKBP.
"Karir polisi bagi saya memang harus begitu. Harus diupayakan. Sespimmen 5 tahun saya coba. Dipercobaan kelima baru lolos," Herlina menceritakan.
Februari tahun 2021, Herlina bergeser tugas ke Polrestabes Surabaya menjadi Kasat Binmas. Tahun di mana dunia sedang dilanda Covid-19, ia diperintah Kapolri untuk menggerakan semua Bhabinkamtibmas se-Surabaya untuk terlibat menangani wabah akibat virus Corona tersebut. Mulai dari tracing penderita Covid-19, mengurus tempat karantina hingga mengajak masyarakat untuk segera vaksin.
Pertama menangani wabah Corona, aku Herlina, memang sempat membuatnya terseok-seok. Memberi pemahaman ke masyarakat soal bahaya penyakit Corona itu bukan hal mudah.
Namun, Herlina mampu menghadapi persoalan itu. Ia memberikan pemahaman, bahwa sesuatu yang dilakukan dengan cinta dan sepenuh hati maka hasilnya akan menyentuh cinta-cinta yang lain.
"Dapat jabatan Kapolres Tanjung Perak, saya rasa ini anugerah. Saya bukan Polisi yang berasal dari alumni Akpol. Tapi setiap tugas selalu saya coba selesaikan dengan baik, lalu diimbangi mengikuti semua sekolah yang dikhususkan untuk mencetak kapolres. Jadi inilah hasil dari proses. Intinya, apa pun profesi kita selama dijalani dengan kerja keras dan kerja ikhlas, hasil terbaik pasti akan mengikuti," pungkas AKBP Herlina.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/AKBP-Herlina-saat-bertugas-di-Polrestabes-Surabaya.jpg)