Berita Surabaya
Pertagas OEJA Berdayakan Ibu-Ibu Kalitengah Sidoarjo Jadi Pejuang Jelantah
Pertagas OEJA menggagas program Taman Olah Jelantah di Sidoarjo sejak 2019.
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
"Inovasi digital ini membantu pencatatan kami. Jadi lebih transparan, warga bisa melihat seberapa banyak jelantah yang sudah ditabung dan berapa jumlah uangnya. Kepercayaan nasabah meningkat berkat aplikasi ini,” jelas Yuliani.
Seluruh minyak jelantah yang berhasil dikumpulkan oleh kelompok kemudian disalurkan kepada perusahaan yang memiliki izin resmi untuk mengolah kembali minyak jelantah tersebut menjadi biodiesel.
Kini Kelompok Tri Tunggal Dwi mampu melakukan pengelolaan limbah dengan lebih nyaman dan bertanggungjawab.
Keuntungan dari penjualan minyak jelantah digunakan Kelompok Tri Tunggal Dwi sebagai dana sosial untuk membantu masyarakat rentan di Desa Kalitengah.
Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan di antaranya bantuan paket sembako untuk 150 ODGJ, bantuan modal usaha bagi 15 lansia, bantuan peralatan pendidikan dan lomba menggambar untuk 30 anak PAUD inklusif, 6 kali pemeriksaan kesehatan gratis bagi lansia, 6 kali kegiatan posbindu, 125 paket Jumat Berkah bagi masyarakat rentan juga modal kios sembako dan lainnya dengan total penerima manfaat langsung mencapai 340 orang.
Tidak berhenti di situ, nasabah yang tergabung dalam wadah 42 RT, juga memanfaatkan dana yang dihasilkan dari setoran ke Taman Olah Jelantah untuk kebutuhan sosial di masing-masing RT nya termasuk membantu warga kurang mampu yang sakit atau mengalami kedukaan.
Para wanita pejuang minyak jelantah Desa Kalitengah masih memiliki mimpi besar.
Perjuangan mereka belum selesai, ke depannya mereka akan memperluas cakupan wilayah dan mereplikasi ilmunya ke desa lain.
Ini untuk membantu pemerintah daerah menciptakan lingkungan bersih dan warga yang lebih sehat.
Berdasarkan survey dan data profil Kecamatan Tanggulangin, konsumsi minyak goreng di Tanggulangin setidaknya 1 liter per rumah tangga/bulan.
Dari konsumsi ini sebanyak rata-rata 20 persen menjadi minyak jelantah atau minyak sisa penggorengan.
Artinya Desa Kalitengah yang terdiri dari 2.668 KK berpotensi menghasilkan 533,6 liter minyak jelantah per bulan.
Dulu warga Kalitengah yang tidak mengerti cara mengelola minyak jelantah membuang begitu saja minyak jelantah ke selokan dan saluran pembuangan air.
Iftatus menceritakan dampak membuang jelantah sembarangan yang membahayakan lingkungan dan warga.
"Dulu karena buang jelantah sembarangan membuat saluran tersumbat dan menyebabkan banjir. Belum lagi oknum yang kami curigai mengoplos jelantah jadi minyak curah yang membahayakan jika dikonsumsi,” cerita Iftatus.
Kemudian dirinya bersama 14 orang ibu-ibu lainnya tergerak untuk menangani masalah ini.
Ia dan perwakilan ibu-ibu dari beberapa RT mulai bergerak mengumpulkan minyak jelantah di lingkungan Desa Kalitengah.
“Desa harus tetap bersih dan sehat. Kami harus bergerak, tak peduli meski harus mengetuk pintu dari rumah ke rumah,” pungkas Iftatus.