Berita Tulungagung
Masih Ada Anak Berkebutuhan Khusus yang Disembunyikan Orang Tua di Kabupaten Tulungagung
Tari ini diikuti para siswa dari 12 sekolah SLB di Kabupaten Tulungagung, Selasa (6/12/2022) di GOR Lembupeteng Tulungagung.
Penulis: David Yohanes | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Memperingati Hari Disabilitas Internasional 2022, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus di Tulungagung menggelar tari massal.
Tari ini diikuti para siswa dari 12 sekolah SLB di Kabupaten Tulungagung, Selasa (6/12/2022) di GOR Lembupeteng Tulungagung.
Menurut Ketua Panitia, Suroto, tarian massal ini untuk menggugah kesadaran, anak berkebutuhan khusus (ABK) ini bagian dari kita.
"Bahwa ABK ini ada dan bisa ditingkatkan potensinya. Kegiatan ini juga bagian untuk memperkenalkan ABK ke dunia luar," terang Suroto, yang juga Kepala SLB C Tulungagung.
Baca juga: Sebagian Warga Blitar Rasakan Getaran Gempa Bumi yang Berpusat di Kabupaten Jember
Suroto mengungkapkan, hingga saat ini masih ada ABK yang tidak bisa mengakses pendidikan.
Salah satunya perilaku orang tua yang menyembunyikan anaknya.
Suroto mengutip data dari Dinas Pendidikan Provinsi, 54 persen ABK belum sekolah.
"Jadi baru 46 persen ABK yang sudah mengakses pendidikan. 54 persen lainnya kemana?" ujarnya.
Karena itu Suroto berharap orang tua ABK mau bersikap terbuka, dan tidak lagi menyembunyikan kondisi anaknya.
Sebab ABK bukanlah aib bagi sebuah kelurga, bukan juga beban.
Bahkan menurutnya, ABK adalah cobaan positif karena tidak semua bisa mendampingi ABK.
Baca juga: 14 Warga Dilatih Antisipasi Kecelakaan di Dua Perlintasan KA Tanpa Palang di Trowulan Mojokerto
"Harapannya dengan ABK tampil, banyak keluarga yang tersentuh. Tidak ada lagi ABK yang disembunyikan," tegas Suroto.
Lebih jauh, Suroto mengakui kadang ada kendala ekonomi, jarak dan sebagainya.
Namun pihaknya menekankan, agar orang tua mau datang dan menyampaikan kendalanya ke sekolah.
Nantinya akan dicarikan solusi agar anaknya bisa mengenyam pendidikan sesuai jenjang tingkatannya.
"Tidak usah takut, semua biaya gratis. Bawa saja ke sekolah, kita carikan solusi terbaik," ucapnya.
Untuk menjangkau lebih banyak ABK yang masih disembunyikan, Suroto dan kawan-kawan rajin melakukan promosi.
Terutama memanfaatkan media sosial dan grup-grup Whatsapp.
Selain itu juga dilakukan kampanye dari mulut ke mulut, agar orang tua mau terbuka dan membawa ABK ke Sekolah Luar Biasa.
BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA