Kartu Prakerja

3 Kisah Inspiratif Penerima Kartu Prakerja: Jadi Pengusaha Setelah Ikut Pelatihan dan Dapat Insentif

Program Kartu Prakerja yang diselenggarakan pemerintah sejak tahun 2020, rupanya berdampak nyata bagi penerimanya. Berikut kisah inspiratif mereka.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Instagram @prakerja.go.id
Ilustrasi - Kartu Prakerja 

SURYA.CO.ID - Program Kartu Prakerja yang diselenggarakan pemerintah sejak tahun 2020, rupanya berdampak nyata bagi penerimanya.

Manfaat besar yang paling dirasakan penerima Kartu Prakerja adalah ilmu dari pelatihan serta insentif yang dimanfaatkan sebagai modal usaha. 

Berikut kisah inspiratif para penerima Kartu Prakerja.

Halawiyah dari Sulawesi Selatan

Usaha Halawiyah merintis bisnis kue, pulsa hingga jahit baju.

Halawiyah bercerita, pada awalnya tertarik mengikuti program yang bertujuan meningkatkan kompetensi angkatan kerja di Indonesia itu untuk mendapatkan insentif.

Siapa sangka, bukan cuma bantuan insentif untuk melewati pandemi yang didapat dari Kartu Prakerja, tapi juga ilmu dan pengalaman yang bisa meningkatkan kesejahteraan rumah tangga.

Perempuan berusia 31 tahun itu pertama kali mendengar soal Kartu Prakerja dari sang suami, yang mendorongnya mendaftar mengikuti program itu ketika diluncurkan Presiden Joko Widodo pada awal 2020.

Mendaftar menjadi peserta sejak Gelombang 4, Halawiah baru diterima menjadi penerima manfaat pada Gelombang 12.

Dia kemudian memilih pelatihan sebagai pembuat konten di YouTube dan membuat kue basah.

Pemilihan pelatihan itu bukan tanpa alasan.

Perempuan asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, itu sebelumnya memang memiliki usaha berjualan, baik secara daring maupun luring.

Halawiah telah mulai berdagang baju sebagai reseller dan berbagai panganan buatan sendiri sejak 2018.

"Selesai pelatihan, saya coba buat yang kue basah untuk dijual lagi.

Tapi insentif pertama saya pakai untuk kursus menjahit offline," ujar ibu dua anak itu, melansir dari ANTARA.

Berkat kursus itu, Halawiah sejak 2021 sudah menyediakan jasa pembuatan baju tradisional Sulawesi Selatan yang disebut tokko atau dikenal juga dengan nama bodo.

Pelanggan Halawiah berdatangan berkat rekomendasi dari mulut ke mulut dengan penghasilan pertama yang didapatnya dari menjahit baju tokko bagi anak-anak, akhirnya dia belikan mesin jahit bekas demi menunjang usahanya.

Tidak hanya menjahit, dia juga semakin gencar untuk memperluas dagangan, tidak terbatas hanya kudapan, baju dan peralatan rumah tangga, tapi juga makanan beku.

Usaha itu dilakukan, baik secara daring menggunakan Facebook dan WhatsApp maupun kios secara luring.

Khusus untuk berdagang secara luring, dia berjualan panganan, seperti gorengan dan puding di kantin sekolah.

"Perbedaannya berasa sekali, lumayan, naik dua kali lipat.

Dulunya susah, sekarang lebih baik dari sebelum pandemi," tutur Halawiah.

Sebelum menjadi ibu rumah tangga sekaligus wirausaha, Halawiah dulu pernah bekerja sebagai honorer membantu bidan di kampung halamannya.

Upah yang terkadang terlambat diterima menjadi salah satu alasan dia berhenti menjadi honorer di puskesmas.

Pendapatan yang diterima kini dengan berbagai usahanya jauh lebih besar dari ketika menjadi honorer. Sekitar Rp1 juta saat ini bisa diterimanya dalam sebulan.

Dia juga gencar berjualan pulsa dan token listrik menggunakan dompet digital atau e-wallet, yang penggunaannya semakin intens sejak menjadi peserta Kartu Prakerja.

Kerja keras menjadi kunci untuk peningkatan kesejahteraannya. Setelah selesai menjual makanan di kantin sekolah, Halawiah kemudian pulang untuk meneruskan menjahit baju yang sudah dipesan pelanggannya dan tidak lupa mengunggah dagangan di media sosial.

Dia bahkan harus begadang demi menyelesaikan pesanan jahitan sebelum terbang ke Bali untuk mengikuti acara Kartu Prakerja.

Pendapatan yang dia hasilkan digunakannya untuk membantu keuangan keluarga, mendukung penghasilan dari sang suami yang bekerja menjadi penyalur kopra dari Kabupaten Kepulauan Selayar untuk dikirim ke Makassar.

Halawiah tidak berencana berhenti mengembangkan kapasitas diri.

Saat ini, ia tengah mengumpulkan modal untuk membuka toko untuk menjual berbagai jajanan di Pinrang, yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Barat.

Dia juga mengapresiasi dampak positif yang diberikan pelatihan Kartu Prakerja kepada perkembangan dirinya, memberikan rasa percaya diri seiring dengan peningkatan keterampilan yang dia miliki.

"Kalau dulu tidak ikut Prakerja mungkin tidak ikut kursus jahit. Saya juga mungkin masih begitu saja," jelas Halawiah.

Sitti Rabiah dari Maluku Utara

Berkat pelatihan Kartu Prakerja, Sitti berhasil membangun usahanya sendiri dan membantu ekonomi keluarga.

Sitti merupakan salah satu penerima Program Kartu Prakerja yang mendapatkan manfaat dari program tersebut setelah diterima di Gelombang 2 pada 2020.

Melansir dari ANTARA, ia menceritakan awal mula mengikuti Kartu Prakerja dimulai ketika dirinya gagal lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada 2019.

Melihat kondisinya yang menganggur, teman dari sang ibunda kemudian menyarankan Sitti untuk mengikuti Kartu Prakerja di awal pandemi.

Dengan harapan untuk meningkatkan kompetensi sambil menunggu kesempatan untuk masuk perguruan tinggi.

Untuk pelatihan awal, perempuan berusia 21 tahun itu kemudian memilih materi berjualan melalui media sosial.

Beberapa isi pelatihan ia dapatkan, termasuk membuat konten yang menarik dan membuat pelanggan membeli produk melalui media sosial.

Mahasiswi Universitas Khairun (Unkhair) di Ternate itu kemudian melakukan analisa produk yang dijual melalui media sosial, sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba berjualan produk perawatan kulit atau skincare.

Dia berinisiatif menghubungi penjual untuk menjadi reseller bagi produk serum dan masker organik yang dikirim dari beberapa kota besar untuk dijual kembali di Ternate.

Menggunakan insentif dari Kartu Prakerja sebagai modal awal, dia berhasil menjual belasan masker dan serum yang kemudian menghasilkan pendapatan Rp500.000 dalam penjualan pertama.

Kebanyakan pesanan dilakukan melalui media sosial mengikuti tren skincare yang tengah viral dan menjadi pembicaraan.

Berbekal pengalaman di awal, Sitti kemudian mencoba melakukan diversifikasi produk, yaitu berjualan es cincau dan keripik balado yang dilakukan melalui media sosial dan aplikasi pesan.

Pemasaran dan penjualan dilakukan melalui media sosial Facebook, Instagram dan WhatsApp, beberapa jenis aplikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat di Ternate.

"Saya memang pilih aplikasi yang memang banyak digunakan di sana. Itu sesuai juga dengan yang dipelajari (di pelatihan Kartu Prakerja)," katanya.

Di tahun 2021, ia kemudian berhasil masuk ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unkhair dan menjadi mahasiswi prodi akuntansi di perguruan tinggi negeri di Kota Ternate itu.

Pilihan prodi itu karena ia ingin keluar dari zona nyaman dan lebih mendalami soal bisnis untuk membantu usahanya.

Meski sudah menjadi mahasiswi, dia tetap berjualan secara daring atau online dengan penghasilan dari usaha itu kemudian digunakan sebagai modal untuk membeli produk lain dan membantu keuangan keluarganya.

Dia mengakui sejak berkuliah mengalami penurunan pendapatan, terutama dari usaha makanan yang membutuhkan kecepatan pembuatan dan pengiriman.

Sementara Sitti harus membagi waktu antara perkuliahan dan berjualan.

Pengalaman dan ilmu yang didapatnya dari pelatihan Kartu Prakerja memberikan kesan mendalam terhadap Sitti.

Dia tidak segan menceritakan pengalaman selama menjadi peserta program yang bertujuan meningkatkan kompetensi angkatan kerja di Indonesia itu.

Beberapa orang temannya juga akhirnya mencoba mendaftar di program itu untuk mendapatkan pelatihan yang ada di dalamnya.

Sitti mengaku bahwa sebelum mengikuti Kartu Prakerja pernah didorong oleh keluarganya mengikuti pelatihan yang disediakan Balai Latihan Kerja (BLK) di kotanya.

Namun, menjadi anak sulung dari enam bersaudara membuatnya belum dapat meluangkan waktu untuk mengikuti pelatihan secara tatap muka karena harus membantu menjaga adik-adiknya yang masih kecil.

Akhirnya dia mendapat Prakerja yang full online. Pertama kali dia terpaksa harus meminjam HP orang tua karena kebetulan waktu itu HP-nya rusak.

Dia bertekad bahwa berbagai pengalaman yang didapatnya sejak menerima pelatihan dari Kartu Prakerja tidak akan sia-sia dan ingin menjadikannya sebagai dasar untuk meluaskan usahanya.

Sitti berencana untuk dapat membuat kios kecil untuk berjualan es cincau, yang ditargetkan dapat dilakukan beberapa waktu ke depan.

Saat ini dia tengah mengumpulkan modal dan mencari tempat untuk kiosnya.Pilihan Sitti untuk menekuni bidang penjualan dan pemasaran bisa dianggap mengikuti tren pekerjaan di masa depan.

Dengan hasil survei Bank Dunia pada 2020 memperlihatkan jenis pekerjaan itu masuk dalam 51 jenis pekerjaan yang dibutuhkan dunia usaha.

Head of Communication Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (PMO) William Sudhana mengatakan bahwa program itu mendukung peningkatan kompetensi di berbagai bidang yang relevan di pasar kerja.Untuk memastikan hal itu, pihaknya meakukan kurasi pelatihan yang relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh industri dan pasar kerja.

Dengan adanya pelatihan relevan dengan kebutuhan industri, maka orang-orang yang mengikuti pelatihan melalui Kartu Prakerja memiliki nilai lebih ketika masuk ke pasar kerja dan menjadi individu produktif mendukung pembangunan di Indonesia.

Putri Puspita Lokanazea dari Aceh

Kisah inspiratif lainnya datang dari Putri Puspita Lokanazea dari Aceh, yang ikut kelas menjahit dan kini jadi penyuplai seprai.

Langkah Putri menjadi wirausaha dimulai pada awal Tahun 2020 ketika rasa penasaran melihat pemberitaan di media membawanya mencoba mendaftar menjadi peserta Program Kartu Prakerja.

Dia kemudian terpilih untuk menjadi peserta dalam Gelombang 1 atau di awal ketika program itu diluncurkan pada April 2020.

Tujuannya sangat jelas, dia ingin menghasilkan uang untuk membantu penghasilan keluarga dengan bekerja di rumah.

Untuk itu, perempuan berusia 29 tahun tersebut kemudian memilih pelatihan yang dinilainya memiliki potensi untuk mendatangkan pemasukan di kala pandemi, yaitu menjahit masker untuk menghadapi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Ikut pelatihan menjahit bisa dikatakan merupakan pilihan yang cukup berani bagi ibu dua anak itu, mengingat dia tidak memiliki pengalaman dan kemampuan menjahit sebelum itu.

Pelatihan Prakerja ini adalah satu pelatihan yang bisa dikerjakan dari rumah dan kemudian saat itu masker betul-betul hilang di awal COVID-19.

"Kondisi itu saya jadikan motivasi untuk membuka lapangan usaha baru," tuturnya, ketika ditemui ANTARA di Bali.

Perempuan asal Banda Aceh itu kemudian langsung menjahit masker pertamanya dengan meminjam mesin jahit yang dimiliki tetangga rumah.

Dia kemudian berkeliling ke beberapa penjahit sekitar rumahnya untuk mendapatkan kain perca yang bisa digunakan sebagai bahan masker kain.

Dari situ, Putri kemudian mulai membuat beberapa produk masker yang dia jual, bahkan ketika belum menyelesaikan pelatihan yang diberikan Kartu Prakerja.

Insentif yang dia terima dari Kartu Prakerja kemudian digunakan untuk membeli mesin jahit bekas dan mengikuti pelatihan menjahit secara offline untuk mengembangkan jenis produk lain, yaitu baju dan seprai.

Respons pengguna cukup memuaskan, dengan pesanan baju banyak diterimanya saat menjelang Idul Fitri.

Namun, dirinya sadar bahwa kelangsungan usaha rintisan itu tidak dapat dilakukan bergantung pada pesanan baju.

Kesempatan kemudian datang ketika salah satu pelanggannya menawarkan kesempatan untuk menjadi penyuplai seprai.

Pada April 2022, dia kemudian berhasil meneken kontrak untuk menyuplai 100 set seprai per pekan selama tiga tahun ke depan.

"Karena saya tidak sanggup kerja sendiri, saya mencari dua orang untuk membantu saya," ujar dia.

Pendapatan yang diterimanya cukup besar.

Dari menjual masker sejak April sampai Desember 2020 dia memperoleh sekitar Rp8 juta.

Dari menjahit baju dia mendapat sekitar Rp200 ribu untuk setiap potong dan Rp1,2 juta dihasilkannya setiap pekan dari menjahit seprai.

Bekerja sebagai wirausaha, Putri harus pintar membagi waktu antara menjahit dan mengurus rumah tangga.

Kegiatan menjahit biasanya dilakukan di sela-sela mengurus anak dan suami dan dilanjutkan pada malam hari ketika mengejar target, menghasilkan 4-5 set seprai dalam sehari.

Beruntung keluarganya memberikan dukungan penuh agar ia dapat tetap berkarya dari rumah.

Untuk itu, setiap Minggu dia tidak akan mengambil pekerjaan apapun untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Usaha yang dimulai dari pelatihan Kartu Prakerja itu terus berbuah manis.

Dari penghasilannya, Putri dapat membantu biaya sekolah adiknya, melakukan renovasi rumah dan mendukung keuangan keluarganya.

Gara-gara penasaran sama Prakerja, dia mendapat ilmu yang membuatnya termotivasi.

Kemudian timbul pertanyaan, kenapa dari dulu tidak belajar menjahit.Manfaat ilmunya pelatihan itu dia dapatkan sampai sekarang, malah semakin berkembang.

Dia bisa menghasilkan lebih dari bantuan lain yang dikasih pemerintah.

Putri kini memiliki rencana masa depan untuk tidak hanya berperan sebagai yang menyediakan stok seprai untuk dijual orang lain, tapi menjadi pengusaha yang memperdagangkan seprai dengan merek sendiri.

Dia ingin tidak hanya dapat memperluas usahanya tapi juga menyediakan lapangan kerja bagi orang lain.

Pengalaman pertama menggunakan dompet digital atau e-wallet juga dialami Putri ketika menjadi peserta Kartu Prakerja.

Dia kemudian belajar secara otodidak untuk menggunakan berbagai fitur yang ada di dompet digital untuk memanfaatkan insentif yang diterimanya.

Dulu, dia tidak melihat kegunaan dari e-wallet mengingat masih sedikit tempat jualan dan pedagang yang menggunakannya.

Sekarang, dia menjadi salah satu pengguna setia dompet digital mengingat kemudahan penggunaan dan semakin banyak pedagang yang menggunakannya untuk transaksi di Banda Aceh.

Berbagai manfaat yang diterima oleh Putri membuatnya mengajak beberapa orang untuk mendaftar Kartu Prakerja, seperti adiknya yang berhasil lolos di Gelombang 5.

Dia mendorong lebih banyak orang yang mengikuti program itu karena merasakan manfaat tidak hanya insentif yang membantunya dalam melewati masa pandemi, tapi juga ilmu berharga yang bisa diterapkannya sepanjang hidupnya.

Pelatihan-pelatihan dari Kartu Prakerja diharapkannya dapat mampu untuk menjangkau lebih banyak orang di seluruh Indonesia untuk memberikan pilihan bagi masyarakat, terutama perempuan, untuk berkarya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved