Grahadi

Pemprov Jatim

Pemprov Jatim Preventif Cegah Penyebaran Penyakit LSD dengan Vaksinasi

Pemprov Jatim melakukan langkah-langkah preventif guna mencegah penyebaran penyakit baru bernama Lumpy Skin Disease (LSD) terhadap ternak sapi.

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Cak Sur
Istimewa
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat turun langsung memantau proses vaksinasi PMK di salah satu peternakan sapi di Jatim. Kini, Pemprov Jatim melakukan langkah-langkah preventif guna mencegah penyebaran penyakit baru bernama Lumpy Skin Disease (LSD). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) melakukan langkah-langkah preventif guna mencegah penyebaran penyakit baru bernama Lumpy Skin Disease (LSD).

Terutama, karena sejak dua pekan lalu kasus LSD telah ditemukan di Kendal Jawa Tengah. 

Secara khusus, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh kepada daerah, utamanya kepala dinas peternakan kabupaten/kota di Jatim agar mengambil tindakan konkret agar penyakit LSD tidak sampai masuk ke Jatim dengan mempercepat vaksinasi LSD pada sapi perah maupun sapi potong di Jatim.

Dan apabila ada sapi Jatim yang terindikasi terinfeksi LSD atau sudah tertular dengan vektornya, maka segera dilakukan tindakan nyata salah satunya memberikan vaksin. 

“Belajar dari penyakit Mulut dan Kuku (PMK), sebaiknya sapi di Jatim segera divaksin baik sapi potong maupun sapi perah,” ujar Gubernur Khofifah, Senin (7/11/2022). 

Sebagaimana diketahui, LSD adalah penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus pox. Penyakit LSD menyerang hewan sapi, kerbau dan beberapa jenis hewan ruminansia liar. 

Kasus penyakit LSD yang menyerang sapi pertama kali muncul di Indonesia tepatnya di Provinsi Riau pada bulan Februari 2022.

Dua minggu lalu, penyakit LSD dilaporkan sudah masuk di Kendal, Jawa Tengah. 

“Dua minggu lalu kasus LSD sudah dilaporkan masuk di Kendal, Jawa Tengah. Maka kita harus segera melakukan langkah-langkah antisipatif dan membangun kewaspadaan, jangan sampai LSD masuk Jatim,” kata Khofifah. 

Dikatakan Khofifah, penyebaran penyakit ini berbeda dengan PMK. Penyakit PMK penyebarannya melalui udara, sedangkan LSD ditularkan oleh vektor meliputi nyamuk, lalat penghisap darah dan juga caplak. 

Kemudian, dampak yang ditimbulkan timbul nodul  1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing. Pada kasus berat nodul-nodul ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. 

Munculnya nodul ini, lanjutnya, biasanya diawali dengan demam hingga lebih dari 40.5 derajat celcius. Nodul pada kulit tersebut jika dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif. 

Tanda klinis lainnya yaitu lemah, adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki. Selain itu, LSD juga dapat meyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan hingga mengenai daging sapi.

“Informasi yang kami dapat penyakit LSD ini cepat sekali menular dari kandang hewan sapi, dibandingkan dengan sapi lepas atau extensi,” katanya. 

Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, Khofifah menegaskan, LSD berpotensi menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan sapi antara lain kehilangan berat badan karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit. 

“Kalau sapi sudah terinfeksi LSD maka akan kehilangan nafsu makan, sehingga dagingnya menurun, selain itu dan susunya tidak bisa diproduksi lagi,” tuturnya.  

Pemberian vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit LSD kepada sapi memang menjadi langkah konkret yang harus ditempuh.

Akan tetapi, stok vaksin untuk sapi di Jatim agar terhindar dari penyakit LSD masih dalam proses pengajuan. 

Prof Wiku Adisasmito dari BNPB mengatakan, vaksin LSD masih terbatas. Sebab, produksi vaksin ada di Afrika Selatan dan Mesir.

Namun, saat ini Pemerintah Australia sudah membantu dan menyiapkan 400 ribu dosis vaksin untuk wilayah Sumatra dan sudah dimintakan untuk Jatim sekitar 300 ribuan dosis vaksin, tetapi minggu ini baru akan dikirim 50.000. Dan pemerintah menyediakan secara gratis.

Apabila peternak atau kepala daerah merasa butuh percepatan ketersediaan vaksin, Prof Wiku mengusulkan untuk meminta pengadaan vaksin peternak. Dengan kata lain, bisa mengadakan sendiri melalui koperasi atau asosisasi. Sebab, harganya  sekitar Rp 20 ribuan. Ongkosnya jauh lebih murah dibandingkan dengan pakan ternak sapi (rumput) sekitar Rp 30 ribu sehari.

“Jadi sekali suntik bisa memberikan perlindungan untuk satu tahun. Kita bisa belajar dari pengalaman PMK yang telat, sebisa mungkin sapi kita di Jatim harus lebih cepat diberikan perlindungan dari penyakit LSD tanpa menunggu penyakitnya menyerang sapi baru divaksin maka akan telat sekali perlindungannya,” pungkasnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved