Berita Tulungagung

Hutan Perhutani Jadi Lahan Jagung, Kini Jadi Sumber Bencana yang Massif di Tulungagung Selatan

Bencana alam massif terjadi di wilayah selatan Kabupaten Tulungagung, mulai dari banjir, tanah longsor dan tanah gerak.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
Lumpur sisa banjir menumpuk di warung warga di Pantai Gemah, Tulungagung. 

"Kalau petani penggarap tak sanggup menjaga tegakkan, cabut haknya. Sudah saatnya bersikap tegas, kalau tidak bencana akan terus berulang," tegas Karsi.

Lebih jauh Karsi juga mengakui banyak seremoni reboisasi hutan di Tulungagung selatan. Namun kenyataannya, pohon yang katanya mencapai ratusan ribu itu tidak berbekas. 

Semua mati karena tidak dipelihara, atau sengaja dimatikan penggarap lahan karena mengganggu tanaman jagung.

"Coba cek pohon yang ditanam dalam seremoni tiga atau empat tahun lalu. Tumbuh apa tidak," tuturnya.

Menurutnya yang terpenting bukan sekedar jumlah pohon yang ditanam.

Namun konsistensi untuk menjaga dan merawatnya sampai besar.

Lebih baik satu atau dua pohon namun dijaga dan dipelihara hingga tumbuh besar, dibanding ratusan ribu pohon tapi tak tersisa.

"Tidak perlu seremonial, cukup tanam saja 100 pohon. Nanti biaya seremoni  dipakai untuk memelihara pohonnya sampai tumbuh dan besar," sindir Karsi.

Lebih jauh, Ketua Forum Komunitas Hijau Tulungagung ini mengungkapkan adanya jual beli lahan perhutani.

Lahan-lahan strategis di wilayah Gemah, Besuki dan zona Brumbun banyak dikuasai orang dari luar Tulungagung, sepeti Trenggalek dan Kediri. 

Tujuan utama Perhutani menggandeng Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) untuk menjaga hutan dan menyejahterakan petani dinilai sudah gagal. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved