Tragedi Arema vs Persebaya Surabaya

JANGGAL Kandungan Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, Ketua Panpel Arema: Muka Korban Biru, Otopsi!

Kandungan gas air mata yang ditembakkan saat tragedi Kanjuruhan dianggap janggal. Panpel Arema minta korban diotopsi.

Penulis: Dya Ayu | Editor: Musahadah
kolase surya/dya ayu/purwanto
Ketua Panpel Arema FC Abdul Haris menangis. Minta polisi mengusut kandungan gas air mata yang dipakai di tragedi Kanjuruhan. 

SURYA.CO.ID - Kandungan gas air mata yang diduga sebagai pemicu tewasnya 131 orang dalam tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) menjadi pertanyaan besar. 

Pasalnya, gas air mata di tragedi Kanjuruhan ini memiliki efek luar biasa dibandingkan gas air mata kebanyakan. 

Hal ini diungkapkan Ketua Panitia Penyelenggara (Panpel) Arema FC, Abdul Haris saat tampil kali pertama di depan media, seusai tragedi Kanjuruhan

Haris membandingkan tragedi Kanjuruhan itu dengan peristiwa kericuhan pada 2018 saat Arema FC menghadapi Persib Bandung, di Stadion Kanjuruhan. 

Saat itu pertandingan yang digelar pada 15 April 2018 itu berakhir ricuh hingga akhirnya pihak kepolisian menembak gas air mata hingga mengakibatkan ratusan suporter harus menjalani perawatan dan satu orang meninggal.

Baca juga: PENDERITAAN Aremanita Korban Tragedi Kanjuruhan: 3 Hari Ditolong di Rumah Warga, Mata Iritasi Parah

Menurut Haris, ada perbedaan dari gas air mata yang ia rasakan tahun 2018 dengan 2022 lalu.

Menurutnya ini yang perlu menjadi fokus tim berwenang untuk melakukan Investigasi karena banyak memakan korban.

"Saya mohon atas nama kemanusiaan, saya tidak menunjuk atau menyalahkan siapapun, dari lubuk hati terdalam, tolong diperiksa itu gas air mata yang seperti apa. Karena gas air mata yang saya rasakan saat tanggal 1 itu tidak sama ketika kejadian gas air mata tahun 2018. 2018 Aremania bergeletakan masih bisa dikasih kipas dikasih air bisa tertolong. Ini sudah tidak bisa apa apa. Korbannya saya lihat mukanya biru biru semua," jelasnya.

Haris juga mengaku sudah mengingatkan agar aparat keamanan tidak menggunakan gas air mata di laga Arema Vs Persebaya.  

"Tahun 2018 pernah terjadi sama seperti itu. Sebelum lawan Persebaya saya sudah mengingatkan ketika rapat dengan Pak Kapolres, dengan steward, jajaran PAM dan semua pihak keamanan di Lapangan Tenis  Polres Malang, saya sampaikan jangan sampai terjadi lagi seperti 2018, penembakan gas air mata yang mengakibatkan 214 korban yang sesak nafas, mata perih dan meninggal 1 orang. Sudah saya ingatkan saat itu," kata Abdul Haris, Jumat (7/10/2022).

"Saya juga sudah rapat dengan Aremania, saya ingatkan pada mereka no Flare, no rasis, no anarkis, no copet dan masuk dengan tiket. Dan Aremania semua sepaka," tambahnya.

Haris  meminta pihak kepolisian mengusut tuntas dan mengungkap kandungan apa yang ada dalam gas air mata, hingga membuat ratusan orang meninggal dunia.

Untuk itu pihaknya memohon agar soal gas air mata yang ditembakan pihak kepolisian benar-benar dibuka seterang-terangnya. Bahkan ia juga meminta agar korban meninggal diotopsi untuk mengetahui apa penyebab kematian mereka.

"Saya juga minta ini diotopsi agar diketahui ini meninggal karena apa, apakah meninggal karena berhimpitan atau karena gas air mata. Tolong yang punya kewenangan, tolong ini diusut. Saya mohon, kenapa itu harus terjadi," katanya. 

Halaman
123
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved