Tragedi Arema vs Persebaya Surabaya

KEANEHAN Tragedi Kanjuruhan: Pintu 13 Awalnya Dibuka, tapi Malah Ditutup usai Tembakan Gas Air Mata

Keanehan Tragedi Kanjuruhan terungkap. Pintu 13 yang awalnya terbuka, tiba-tiba ditutup saat suporter panik akibat tembakan gas air mata. Disengaja?

Editor: Musahadah
kolase surya/purwanto/rizal vanani
Dua suporter Arema, Dila dan Nawi menceritakan keanehan tragedi kanjuruhan. Ternyata pintu 13 yang memakan paling banyak korban sempat dibuka sebelum ada tembakan gas air mata. Namun, setelah ada kepanikan justru pintu ditutup. Ada apa? 

Menurutnya, pintu tribun yang dikunci merupakan hal yang tak lazim dalam pengamanan usai pertandingan.

Semestinya 15 menit sebelum peluit panjang wasit berbunyi, seluruh akses ke luar stadion dibuka.

Sayangnya, begitu peluit panjang wasit berbunyi, para penonton kesulitan untuk ke luar stadion.

Hal itu disebabkan hanya dua pintu yang terbuka.

Kemudian Kompolnas menemukan, tembakan peluru gas air mata memperparah kondisi pada saat itu.

"Menurut beberapa informasi, itu (gas air mata) yang menjadi pemicu kemudian orang berebutan untuk keluar pintu," kata Albertus.

Detik-detik kengerian di Pintu 13

Fathir Ramadhan (21) terduduk lemas sembari menangis di bawah patung kepala singa bermahkota, lokasi tragedi Kanjuruhan Malang, Senin (3/10/2022). 
Fathir Ramadhan (21) terduduk lemas sembari menangis di bawah patung kepala singa bermahkota, lokasi tragedi Kanjuruhan Malang, Senin (3/10/2022).  (surya/danendra kusumawardana)

Dengan langkah gontai, Fathir Ramadhan (21) mendekati patung kepala singa yang bermahkota, saksi bisu tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Senin (3/10/2022).  

Setibanya di depan patung, warga Klojen, Kabupaten Malang ini langsung menaburkan bunga dari dua kantong plastik. 

Tak lama, ia duduk jongkok sembari memejamkan mata dan menundukkan pandangan. Fathir berdoa. Setelah tuntas dia merenung. 

Di momen ini, Fathir tak kuasa menitikkan air mata. Seketika pijakannya rapuh hingga terduduk meringkuk. 

Dua rekannya datang untuk menenangkan Fathir. 

Kendati begitu, Fathir tetap tak bisa menepis kesedihannya. Dia juga tak kunjung beranjak. Bahkan, Fathir terduduk hingga sekitar 30 menit di depan patung. 

Fathir dirundung lara karena ia kehilangan adik sepupunya, Mita Maulidya (24) saat laga Arema FC kontra Persebaya, Sabtu (1/10/2022).

Fathir lalyu mencerita detik-detik tragedi Kanjuruhan.

Diungkapkan, saat itu dia menonton laga Arema FC melawan Persebaya bersama Mita dan sejumlah kawannya. 

Fathir dan Mita duduk bersebelahan di tribun atau gate 13, Stadion Kanjuruhan

"Gas air mata ditembakkan ke arah tribun 13, tempat saya dan Mita menonton pertandingan," katanya, Senin (3/10/2022). 

Seketika itu pula, suporter yang berada di gate 13 panik dan berlarian menjauhi asap. 

Mereka berebut keluar hingga berdesak-desakan. 

Suara meminta tolong kencang terdengar bersahutan. 

Suporter yang terjatuh pun terinjak-injak hingga meninggal dunia. 

"Karena suasana panik, saya dan Mita terpisah. Saya tak tahu keberadaannya. Asap membuat mata pedih dan napas terasa sesak," terangnya. 

Fathir bisa selamat karena ia lari menuju pagar tribun. 

Dia keluar dari gate 13 memanjat pagar tribun dan turun di shuttle ban (lintasan lari) pinggir lapangan. 

"Selanjutnya, saya dapat keluar dari stadion. Di luar stadion saya kebingungan mencari teman dan adik saya," terangnya. 

Beberapa waktu berselang, ponselnya berdering. Dia mendapat telepon dari kawannya. Kawannya berhasil keluar dari dalam stadion. 

Temannya meminta Fathir merapat ke gerbang masuk stadion. 

Ketika Fathir bertemu rekannya, dia mendapat kabar bila adiknya telah meninggal dunia. 

Mendapat kabar itu, kontan pikirannya kacau. Hatinya hancur. Dia menangis sejadi-jadinya. 

Fathir merasa bersalah tak bisa menyelamatkan adik serta kerabat lainnya. 

"Jenazah adik saya berada di tribun VIP. Saya menuju ke sana. Jenazah adik saya langsung dibawa pulang ke rumah duka dengan ambulans," ucapnya dengan mata berkaca-kaca. 

Di samping itu, Fathir mengungkapkan, menurutnya, Aremania yang turun ke lapangan menyusul peluit panjang babak kedua dibunyikan, tidak bermaksud menyerang pemain Arema FC dan official. 

Justru aremania ingin memberikan motivasi kepada para pemain. 

Para Aremania tampak memeluk penjaga gawang Arema FC, Adilson Maringa. 

Sebagai informasi, dalam pertandingan itu, Persebaya unggul dengan skor 3-2 atas Arema FC.

"Ya, kami salah masuk lapangan. Kami, akui. Kami kecewa tim kebanggaan kalah di kandang. Mulanya, ada satu aremania yang turun ke lapangan. Kemudian diikuti aremania lain. Saat di dalam lapangan, kami tak ada keinginan sedikitpun menyerang pemain dan official Arema FC. Kami memberikan motivasi. Namun, Aremania didorong mundur oleh aparat. Lalu, polisi juga menembakkan gas air mata ke arah tribun," ujarnya. 

Dia berharap pihak berwenang mengusut tuntas Tragedi Kanjuruhan yang memakan korban meninggal dunia 125 orang, luka ringan 302 orang, dan 21 orang menderita luka berat ini. 

"Penggunaan gas air mata di stadion dilarang oleh Fifa. Nyawa seakan tidak ada harganya. Saya minta diusut tuntas," pungkasnya. (danendra/tribunnews)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved