PDIP vs Partai Demokrat
PENGAMAT Sebut AHY Blunder, 3 Fakta Ini Ungkap Pembangunan Era Jokowi Jauh Lebih Baik dari SBY
Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas menyebutkan setidaknya 3 fakta pembangunan infrastruktur era Jokowi jauh lebih baik dari SBY.
SURYA.co.id | JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas menyebutkan setidaknya 3 fakta pembangunan infrastruktur era Jokowi jauh lebih baik dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Fakta tersebut bertolak belakang dengan yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dalam pidatonya di hadapan ribuan kadernya di acara Rapimnas Partai Demokrat, AHY menyebut pemerintahan sekarnag tinggal 'gunting pita'.
Sindiran itu ditujukan kepada pemerintah sekarang dalam melakukan pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Justru sebaliknya, Fernando menyajikan 3 fakta pembangunan infrastruktur di era Jokowi yang jauh lebih baik daripada era SBY.
Berikut data yang dihimpun Fernando;
1. Data jalan tol
SBY hanya membangun jalan tol sepanjang 189,2 km sejak 2004 hingga 2014.
Sedangkan Jokowi, telah membangun jalan tol sepanjang 1.762,3 km sejak menjabat pada tahun 2014.
Bahkan 750 km jalan tol ditargetkan rampung pada 2024.
2. Pembangunan bandara
Pada era SBY, sebanyak 24 pembangunan bandara rampung dalam kurun waktu 10 tahun.
Sedangkan pada era Jokowi sebanyak 29 bandara.
Infonya, Jokowi menargetkan 9 bandara baru maupun perbaikan yang akan selesai pada 2024.
3. Pembangunan bendungan
Ada 18 bendungan yang dimulai konstruksinya pada era SBY.
Seluruhnya diselesaikan di era Jokowi.
Jokowi juga diketahui membangun 12 bendungan sejak menjabat.
Jika diakumulasi, ada 30 bendungan yang selesai dibangun pada era Jokowi.
Di era Jokowi, ditargetkan ada 27 bendungan lagi hingga 2024.
“Seluruh masyarakat tahu dan berdasarkan data-data yang sudah banyak muncul di publik, kan sangat jelas bahwa pada masa pemerintahan Pak Jokowi lah lebih banyak pembangunan infrastruktur," katanya.
"Data itu berdasarkan tahun-tahun memulainya pekerjaan sampai pada tahap seremonial peresmian, dan sangat jelas di situ,” ujarnya.
Fernando pun menduga ada kesengajaan memanipulasi data untuk kepentingan elektabilitas AHY menuju Pemilu dan Pilpres 2024.
Padahal, para kader Partai Demokrat ini tidak menyadari ada beban besar masa Pemerintahan SBY yang tidak selesai dibangun, yakni Wisma Atlet Hambalang.
“Ini sengaja ada manipulasi data kalau saya melihat, ada manipulasi untuk kepentingan," bebernya.
"AHY harus menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Indonesia, karena kegagalan Pak SBY yang tidak menuntaskan kerjanya membangun Hambalang, justru itu lebih dihormati oleh masyarakat Indonesia dibandingkan mengklaim kerja-kerja Pak Jokowi menjadi kerja-kerja keberhasilannya Pak SBY,” ucapnya.
Menurut Fernando, selama Pemerintahan Jokowi tidak pernah mengklaim hasil kerja SBY sebagaimana dilakukan oleh AHY.
Harusnya, kata Fernando setiap tokoh bangsa, tokoh-tokoh politik atau elit-elit politik bagaimana memberikan pendidikan politik yang dengan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat, bukan saling mengklaim kerja-kerjanya.
“Sebaiknya mas AHY berjuang supaya bagaimana bisa mendapat perhatian dari partai politik, dan berhasil diusung menjadi Capres 2024 dan melakukan kerja kerja agar bisa meneruskan apa yang digagas oleh Pak SBY, bukan cara mengklaim apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi. Saya melihat ini sangat membodohi masyarakat dengan tindakan-tindakan seperti itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, kata Fernando, jika AHY membandingkan SBY dan Jokowi berarti dirinya ingin melihat kelemahan kepemimpinan orang lain dan menonjolkan dirinya.
Hal seperti ini menjadi catatan buruk, bahwa dirinya tidak layak menjadi pemimpin.
“Karena bagaimanapun juga nanti ketika berhasil menjadi pemimpin, maka yang dilihat itu kegagalan pemerintah sebelumnya bukan bagaimana melanjutkan apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum tuntas dilanjutkan,” pungkasnya.
Sebut AHY frustasi dan blunder
Fernando juga mengatakan, cara yang dilakukan oleh AHY dengan membandingkan pembangunan era SBY dan Jokowi adalah cara yang salah.
Alih-alih ingin mendapatkan simpati masyarakat, Fernando menilai justru tindakan itu memperlihatkan sikap frustasi AHY sebagai pemimpin partai karena tidak mampu membangun elektabilitasnya.
“Justru saya melihat sebagai bentuk frustasi AHY, karena secara hitung-hitungan mereka menganggap sudah tidak sanggup lagi membangun elektabilitas AHY," kata Fernando kepada wartawan, Selasa (20/9/2022).
"Jadi cara yang lebih tepat oleh tim-tim sekelilingnya untuk bagaimana bisa meningkatkan elektabilitas itu, tetapi kan justru malah sebaliknya justru mendapatkan bullyan, mendapatkan tidak simpati dari masyarakat,” katanya.
Fernando mengatakan, sikap blunder AHY disebabkan kesalahan anak buahnya dalam menyuplai data, sehingga menjadi bahan lelucon masyarakat Indonesia, karena pernyataan AHY itu disampaikan dalam forum pimpinan nasional Partai Demokrat dan data tersebut salah.
“Saya melihat ini bentuk kesalahan mereka dalam mengumpulkan data, karena bagaimanapun juga itu kan berdasarkan data yang mereka miliki," katanya.
"Siapa sih penyuplai data kepada Pak SBY dan AHY sehingga itu menjadi pernyataan resmi di forum yang tinggi, di Partai Demokrat dan itu dipublish,” ucapnya.
Saling sindir
PDIP baru-baru ini saling lempar sindiran terkait proyek gunting pita dan Pemilu 2024 yang diklaim akan disetting.
Sindiran pertama disampaikan AHY yang menyinggung pembangunan infrastruktur di era Presiden Joko Widodo yang diklaim sangat pesat.
Padahal, menurutnya, pembangunan infrastruktur di era Jokowi sudah direncanakan dan dialokasikan anggarannya sejak zaman ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menjadi presiden.
AHY mengatakan, Jokowi hanya tinggal meresmikan pembangunan secara simbolis dengan menggunting pita.
AHY pun tidak setuju apabila ada pihak yang mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur di zaman SBY sangat minim.
"Nyatanya banyak (di zaman SBY). Direncanakan, dipersiapkan, dialokasikan anggarannya, dan dimulai dibangun sehingga banyak yang tinggal dan sudah 70 persen, bahkan tinggal 90 persen tinggal gunting pita. Setahun gunting pita kira-kira masuk akal enggak?" ucap AHY dalam Rapimnas Partai Demokrat di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (15/9/2022).
Ia mengatakan, klaim-klaim sepihak oleh pemerintahan saat ini membuatnya tidak bisa berkata-kata.
Di sisi lain, AHY mengaku tidak perlu apresiasi atas kerja-kerja SBY di masa lalu.
"Kita enggak perlu juga diapresiasi tapi jangan mengatakan, 'Ini kehebatan kita, satu tahun gunting pita',” ujar AHY.
“Kadang-kadang saya speechless juga, tapi kenapa sih, tidak mengatakan 'terima kasih telah diletakkan landasan, telah dibangun 70 persen, 80 persen, sehingga kami tinggal 10 persen, tinggal gunting pita'," sambung AHY.
Tak hanya itu, AHY juga menyinggung pembangunan infrastruktur di era Jokowi yang tidak terlalu penting, terutama saat kapasitas fiskal semakin terbatas.
Menurutnya, alih-alih membangun infrastruktur, rakyat lebih membutuhkan harga-harga pangan yang terjangkau.
Kendati begitu, AHY menyatakan bukan berarti infrastruktur tidak penting.
Ia hanya ingin pemerintahan yang akan datang mengkaji waktu yang tepat untuk membangun infrastruktur.
"Apa urgensi dan kebutuhan rakyat hari ini, Bapak Ibu sekalian? Apa? Perut ya? Urusan perut? Makan. Harga-harga yang melambung tinggi,” ucap AHY.
“Jadi jangan sampai kita membiarkan terjadi kesalahan dalam memprioritaskan pembangunan kita, termasuk mengalokasikan anggaran yang memang terbatas," kata AHY.
Berkelanjutan
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara, Faldo Maldini menilai wajar apabila suatu pemerintahan melanjutkan program pemerintahan sebelumnya.
"Kepemimpinan di Indonesia harus berkelanjutan. Ada yang dulu baru jalan, lalu diteruskan. Ada yang dulu tidak jalan, dibuat jalan. Memang bernegara begitu, bukan?" kata Faldo kepada wartawan, Sabtu (17/9/2022).
Faldo mempersilakan semua pihak untuk menyampaikan pandangannya masing-masing karena Indonesia adalah negara demokrasi.
Namun, ia menekankan, keberhasilan pemerintah saat ini bukan hanya karena kerja Jokowi, melainkan juga dukungan dan kontribusi rakyat Indonesia.
"Tentunya, kita semakin matang dalam berdemokrasi dan bernegara. Semua yang dikerjakan untuk kesejahteraan rakyat, bukan buat tunjukan siapa paling hebat. Kecuali, memang yang dicari memang tepuk tangan, ya silakan saja," ujar Faldo.
Update berita lainnya di Google News SURYA.co.id
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saling Sindir Partai Demokrat dan PDI-P, dari Proyek Gunting Pita dan Pemilu 2024 Settingan"
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bandingkan Era SBY dan Jokowi, AHY Frustasi Gagal Bangun Elektabilitasnya
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/pidato-ketua-umum-partai-demokrat-agus-harimurti-yudhoyono-ahy.jpg)