Berita Surabaya
Cerita Pelukis yang Dulu Pernah Hidupkan Kawasan Simpang Lonceng Surabaya
Kisah satu-satunya pelukis Simpang yang masih tersisa di Jalan Simpang Lonceng 5, atau sekarang lebih dikenal dengan Jalan Basuki Rahmat 1A Surabaya.
Penulis: Zainal Arif | Editor: Cak Sur
“Bukan karena tokoh atau orang lainnya, tapi semua potret susah untuk dilukis. Ada bagian-bagian yang tetap kita harus teliti dan fokuskan, seperti pada mata, hidung, dan mulut agar terlihat mirip dengan potret foto yang dicontohkan,” Imam memaparkan.
Untuk jumlah pesanan, dulu sangat jauh berbeda jika dibanding dengan sekarang. Menurutnya, pada masa kejayaannya dulu sebagai pelukis Simpang, dalam waktu satu minggu hampir setiap hari ia mendapat 2-3 pesanan.
Namun mulai tahun 2012 sampai sekarang, jumlah pesanan berangsur turun. Hal itu dikarenakan besarnya pengaruh digital terhadap sesuatu yang masih bersifat manual. Kendati demikian, ia tetap memilih bertahan meski di tengah gempuran era digital.
“Kalau lukis potret kan alami. Meski digital sifatnya lebih cepat dan murah, namun darah seni nggak bisa dihapus (dari hasil sebuah lukisan manual). Malah sekarang banyak seolah-olah memandang hasil lukisan seperti hasil print-printan, itu saking alaminya. Bisa dikatakan ada kekuatan sendiri dari hasil lukis manual,” tutupnya.