Berita Nganjuk
37 Persen Pelajar Jatim Diduga Terpapar Radikalisme, Kejari Nganjuk Berdiskusi untuk Temukan Solusi
Paparan itu juga disebabkan dari lingkungan sekitar, dan kondisi ekonomi. Hal itu menjadi perhatian serius semua kalangan.
Penulis: Ahmad Amru Muiz | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, NGANJUK - Radikalisme dan dan intoleransi menjadi topik diskusi yang digelar Kejaksaan Negeri (Kejari) Nganjuk dalam rangkaian Hari Bhakti Adhyaksa ke-62 tahun 2022, Kamis (28/7/2022). Diskusi yang diikuti para pelajar bersama Forkopimda Kabupaten Nganjuk itu menyinggung pencegahan radikalisme dan intoleransi di masyarakat.
Ketua Panitia Kegiatan Diskusi Panel yang juga Kasi Intelijen Kejaksaan Negeri Nganjuk, Dicky Andi Firmansyah SH mengatakan, dengan diskusi tersebut diharapkan para siswa dapat memahami cara mencegah radikalisme dan intoleransi.
Apalagi para pelajar merupakan sasaran empuk untuk tumbuh dan berkembang paham radikalisme dan intoleransi tersebut.
"Kelompok pelajar merupakan penggemar dan pemakai media sosial (medsos) seperti Facebook, Instagram, Twitter, WhatsApp, Telegram. Karena medsos saat ini menjadi alat komunikasi penguasa dunia yang artinya siapa yang menguasai medsos maka akan menguasai dunia," kata Dicky.
Sementara Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Nganjuk, Nophy Tennophero Suoth SH terkejut ketika mendapat informasi terkait hasil survey yang mencatat 37 persen pelajar di Jatim diduga sudah Timur terpapar radikalisme melalui medsos.
Paparan itu juga disebabkan dari lingkungan sekitar, dan kondisi ekonomi. Hal itu menjadi perhatian serius semua kalangan.
"Untuk itulah, kami menggelar kegiatan diskusi bersama Forpimda dan pelajar sebagai upaya menanggulangi dan pencegahan. Serta bagaimana solusi terbaik bagi para pelajar yang terpapar radikalisme dan intoleransi di Nganjuk," kata Nophy.
Karena itu, tambah Nophy, persoalan tersebut harus menjadi perhatian semuanya. Karena terkait radikalisme yang meningkat dapat menimbulkan perilaku yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.
"Solusi terbaik harus bisa didapatkan sehingga paham radikalisme dan intoleransi yang terjadi di kalangan pelajar bisa diminimalisir dan diselesaikan. Tanpa harus mengorbankan pelajar itu sendiri," tutur Nophy. ****
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/diskusi-tangkal-radikalisme-di-nganjuk.jpg)