4 KEJANGGALAN Tewasnya Bripda Diego Rumaropen Diungkap Aktivis HAM, Tak Dibunuh KKB Papua?
Kejanggalan tewasnya BRipda Diego Rumarepon, Brimob di Papua diungkap Komnas HAM. Ada 4 kejanggalannya.
"Logikanya mungkin dengan panah di lempar dari jarak jauh, kalau dibacok dengan parang atau pisau mestinya harus ada perlawanan karena jarak dekat,"ujarnya.
Dari semua kejanggalan ini kiranya kejadian ini dapat dijelaskan oleh Komandan Brimob AKP Rustam.
Theo meminta kepada Kapolri dan Polda Papua, mengambil langkah-langkah hukum tanpa mengorbankan masyarakat yang sama sekali tak tau masalah.
"Karena semua ini adalah kelalaian komandan Brimob tidak bijaksana dapat menganalisa situasi diakhir-akhir ini di Kabupaten Jayawijaya,"katanya.
Sebelumnya dikabarkan, seorang anggota Brimob meninggal dunia usai dan dianiaya orang tidak dikenal (OTK) di Napua, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Sabtu (18/6/2022).
Senjata milik anggota Brimob itu pun dirampas OTK tersebut. Perampasan senjata api dan penganiayaan terhadap Bripda Diego Rumaropen terjadi sekitar pukul 17.00 WIT.
Menurut laporan yang diterima Kapolda, senjata api yang dirampas oleh OTK sebanyak dua buah.Terdiri dari, senjata api bahu jenis AK101 dan senjata api bahu jenis SSG08 (sniper).
Sosok Bripda Diego

Bripda Diego merupakan anggota Brimob yang bertugas di Batalyon D Wamena.
Bripda Diego semasa hidupnya dikenal periang dan murah senyum.
Dikutip dari wikipedia, Diego adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan, Susan Merani Betno dan Edison Pieter Rumaropen.
Ayah Diego, Edison Peter Rumaropen merupakan mantan pemain Persiwa Wamena dan Pemain Timnas Indonesia.
Edison Pieter Rumaropen yang lahir pada 13 November 1983 adalah pemain sepak bola Indonesia asal Papua yang berposisi sebagai penyerang.
Ia termasuk dalam skuat tim nasional indonesia menuju Piala Asia 2011.
Dia juga memperkuat timnas Indonesia U-23 pada pertandingan SEA Games 2005.