4 KEJANGGALAN Tewasnya Bripda Diego Rumaropen Diungkap Aktivis HAM, Tak Dibunuh KKB Papua?

Kejanggalan tewasnya BRipda Diego Rumarepon, Brimob di Papua diungkap Komnas HAM. Ada 4 kejanggalannya.

Editor: Musahadah
istimewa
Bripda Diego Rumaropen, anggota Brimob yang tewas ditembak OTK di Papua. Komnas HAM mengungkap 4 kejanggalan dari kejadian ini. 

Theo menjelaskan, kejanggalan Komandan Brimob AKP Rustam yang dimaksudkan yakni tak memikirkan dan menganalisa bahwa daerah tersebut adalah daerah rawan konflik.

"Justru cepat merespon ketika saudara Alex Matuan untuk membantunya menembak sapi milik Alex Matuan di daerah Napua Kabupaten Jayawijaya,"katanya.

Ia mengatakan, sangat ketahui betul bahwa berdasarkan data intelijen daerah Habema adalah daerah rawan konflik.

Lanjut dia,sebagai komandan Brimob, ia yakin telah mengetahui daerah tersebut adalah daerah rawan, sedangkan ia hendak ke daerah dan tidak mengajak anggota Birimob lain.

"Sampai sejauh mana hubungan antara Saudara Alex Matuan dan seorang Komandan Brimob, apakah ada hubungan saudara, teman atau hanya sebatas minta tolong untuk menembak sapi,"ujarnya.

3. Komandan tak bawa senjata

Egianus Kogoya (kanan), Pimpinan KKB Papua yang Diduga Serang Bripda Diego Rumaropen hingga Tewas. Simak profil dan biodatanya.
Egianus Kogoya (kanan), Pimpinan KKB Papua yang Diduga Serang Bripda Diego Rumaropen hingga Tewas. Simak profil dan biodatanya. (kolase youtube)

Menurut Theo, setelah sapinya ditembak, komandan Brimob meninggalkan anggota Bripda Diego dengan dua pucuk senjata api.

"Mengapa Komandan Brimob melepaskan senjata mengecek sapi tanpa membawah senjata,"katanya.

"Apakah ada perjanjian dengan orang lain untuk menghilangkan nyawa saudara Rumaropen atau merampas senjatanya di tangan korban, lalu di bawah kabur sejatanya,"ujarnya.

Theo menegaskan, seharusnya sebagai komandan Brimob harus mempelajari situasi belakangan ini di Kabupaten Jayawijaya.

"Kita ketahui ada beberapa pristiwa, demo berturut-turut namun berjalan dengan aman tanpa ada masalah, dan beberapa waktu kemudian terjadi pengibaran Bendera Bintang Kejora di beberapa tempat di kota Wamena,"ujarnya.

Dia mengatakan, setelah pengibaran bendera tersebut aksi demo pada 10 Mei 2022, terjadi mematakan tukang bendera di halaman Kantor DPRD Kabupaten Jayawijaya.

"Semua peristiwa ini perlu diamati secara cerdas oleh komandan sebagai seorang pimpimpinan. Justru komandan mengorbankan anak buahnya hingga sampai nyawanya korban begitu saja,"katanya.

4. Tidak ada balasan Bripda Diego

Theo juga mempertanyakan tidak adanya perlawanan dari Bripda Diego, padahal dia membawa dua pucuk senjata.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Papua
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved