Berita Lamongan

Wabah PMK, Peternak di Kabupaten Lamongan Pasrah Sapinya Tak Bisa Terjual Jelang Idul Adha

Para peternak atau pengusaha sapi ini tetap harus menanggung biaya perawatan yang tidak sedikit hingga hari ini.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Titis Jati Permata
surya.co.id/hanif manshuri
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa saat meninjau ke peternakan sapi milik salah seorang warga di Tikung, Kabupaten Lamongan, Minggu (8/5/2022) 

SURYA.CO.ID, LAMONGAN - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak merugikan para pengusaha sapi di Kabupaten Lamongan Jawa Timur.

Adanya wabah tersebut membuat sapi yang telah dibeli dan dipelihara sebelum merebaknya PMK untuk dijual pada Idul Adha mendatang belum bisa dipastikan laku.

Para peternak atau pengusaha sapi ini tetap harus menanggung biaya perawatan yang tidak sedikit hingga hari ini.

Seorang pengusaha, Suratman mengaku ia mempunyai 10 ekor sapi yang rencana untuk dijual kembali menjelang Hari Raya Idul Adha nanti.

Baca juga: 16 Sapi di Kabupaten Trenggalek Alami Gejala Penyakit Mulut dan Kuku

Dia mengatakan 10 ekor sapi tersebut belum terjual sampai hari ini.

Selain pasar hewan ditutup, juga masih ada keraguan bagi calon pembeli.

"Semua alasannya PMK, padahal sapi peliharaan saya tidak ada yang kena penyakit," katanya, Kamis (2/6/2022).

Intinya, sampai masuk bulan Selo ini belum ada gambaran bagaimana prospek penjualan sapi untuk korban Idul Adha.

"Kalau disimpan terus malah ada yang curiga kena penyakit, ditawarkan keluar belum boleh. Pusing mas," gerutunya.

Ia memang dan sejumlah pengusaha lainnya merasakan hal yang sama.

Yang ada hanya rasa kekhawatiran sapi-sapi yang dipelihara selama ini tidak laku dijual.

Baca juga: Pria Madiun yang Diduga Tewas Dibunuh Itu Baru Sehari Pensiun dari Pekerjaannya

Untuk menyiasati kerugian tersebut, ia dan pengusaha lainnya terpaksa menjual kembali sapinya kepada teman-temannya sesama juragan, itupun sudah tidak banyak yang merespon.

"Bayang-bayang takut rugi yang terus menghantui kami," ungkapnya.

Menurutnya harga jualnya pun akan mengalami penurunan drastis.

Akhirnya, momen Idul Adha yang diharapkan bisa meraih keuntungan justru malah rugi.

"Ya kalau secara bisnis hitungannya rugi. Harusnya kan di sini bisa dijual di harga Rp belasan juta. Mau nggak mau harus turun harga, bisa- bisa dibawah sepuluh juta," ungkapnya.

Ditanya soal persiapan penjualan hewan kurban menjelang Idul Adha, Suratman mengatakan dirinya terpaksa tidak berani menambah populasinya. Apalagi ia hanya pemain lokalan.

Kondisi ini berpengaruh terhadap jagal sapi. Beberapa diantaranya terpaksa harus mengambil daging di Surabaya. Karena di Lamongan tidak ada pemotongan.

"Sementara ya ambil daging ke Surabaya, atau memotong sendiri sisa sapi yang ada," kata M. Arif.

Di kebupaten tetangga, seperti Gresik, Jombang, Mojokerto dan Tuban, semua pasar hewan juga masih di tutup.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Moh Wahyudi mengungkapkan, pihaknya memaklumi apa yang menjadi keluhan para peternak atau kelompok pengusaha sapi.

Wahyudi berharap untuk sementara peternak menahan diri dan tetap melakukan pemantauan dan perawatan ekstra terhadap sapi-sapi peliharaannya.

"Jika kondisi membaik, sudah pasti akan ada pasar yang dibuka," kata Wahyudi.

BACA BERITA SURYA.CO.ID DI GOOGLE NEWS LAINNYA

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved